Beranda / Romansa / Om Duda! / 23: Long Night

Share

23: Long Night

Penulis: Anaa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-03 20:22:47

Disya membuka aplikasi microsoft word di laptopnya. Tidak ada yang sedang ia kerjakan, hanya mengetik random.

Sesekali matanya melirik suaminya yang sedang duduk di kursi kerja dengan jemari-jemarinya yang bergerak di atas keyboard, ada banyak sekali kertas-kertas dan buku-buku yang bertebaran di atas meja. Pandangannya juga tetap fokus menatap layar monitor di depannya.

Kali ini Disya membuka aplikasi YouTube, mengklik salah satu video yang berada di urutan paling atas yang ada di berandanya. Ia sengaja menambah volumenya.

"Kamu tidak tuli, 'kan?" sindir Devan.

Disya semakin memanyunkan bibirnya, ia mendelik menatap suaminya, lalu menekan tombol pause, sehingga tayangan video terhenti. Sudah berbagai kode ia lakukan untuk mencari perhatian, namun hal itu tidak di gubris oleh Devan.

"Pak Devan ...." rengek Disya.

"Hm." Devan hanya berdehem, matanya masih terus fokus menatap laptopnya.

"Disya bosen banget!"

"Tidur saja kalau beg

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Om Duda!   Chapter 24: Your My Wife

    Hari ini tiba, entah ini kebetulan atau bagaimana. Devan akan bertemu dengan keluarga besar Disya, setelah kemarin lusa Disya bertemu dengan keluarga besar Devan di acara pertunangan Syiren dan Diky.Sekali lagi, helaan napas berat Disya hembuskan. Devan melepaskan safety belt, lalu melirik Disya yang ada di sampingnya. "Ayo!"Devan keluar dari mobil, begitu juga dengan Disya yang tidak lama menyusul.Devan menyerahkan kunci mobil kepada seorang lelaki untuk memarkirkan mobilnya. Tempat ini sudah sangat ramai banyak orang.Devan menarik pundak Disya agar gadis itu sejajar dengannya. Disya mendongakkan wajahnya menatap Devan dengan tatapan muram.Lelaki itu tersenyum, mendekatkan keningnya dengan kening Disya. "Wajah muram itu tidak cocok denganmu," kata Devan pelan.Disya membalas senyuman suaminya. Lalu keduanya berjalan masuk. Disya bisa merasakan jika banyak sekali pasang mata yang menatap ke arahnya juga Devan. Orang-orangnya tentu lebih

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Om Duda!   Chapter 25: Melamar?

    "Ini hasil ulangan kalian Minggu lalu," kata Devan. Menatap Alif, seolah mengerti Alif berdiri dari duduknya dan menghampiri Devan untuk mengambil tumpukan kertas itu yang akan dibagikan kepada teman-temannya."Mana punyaku," kata Disya semangat, menyodorkan tangannya untuk menerima kertas hasil ulangannya. Mata Disya berbinar menatap nilai yang ada di kertas itu.Sembilan puluh dua, menakjubkan!Senyumnya langsung mengembang, gadis itu menggerak-gerakkan kakinya bahagia."Waw! Kenapa engga dari dulu Sya, kamu kaya gini," kata Fani yang ikut mengintip hasil nilai ulangan milik Disya.Disya menatap Fani lalu terkekeh. Setelahnya ia menggeser pandangannya menatap Devan yang juga sedang menatapnya, jangan lupakan senyum bahagia yang terus merekah dari bibirnya."Bahagia banget," sindir Alya.Disya memutuskan kontak matanya dengan Devan, lalu melirik Alya. "Iya dong!"Pembelajaran sudah berakhir, ada beberapa mahasiswa yang sudah k

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Om Duda!   Chapter 26: Pasar Malam

    'Aku mencintai kamu'Kata itu, dan semacamnya tidak pernah keluar dari mulut Devan. Walaupun begitu, sifat Devan lambat laun sudah berubah—maksudnya lelaki itu tidak sedingin dulu. Kadang dia juga selalu tersenyum kecil, terkekeh, dan juga tertawa jika Disya melakukan sesuatu hal yang lucu atau bertingkah menggemaskan.Tapi ... saat menjadi dosen, tetap saja dia galak!"Saya harus profesional," kata Devan saat itu.Jangan kira punya suami dosen macam Pak Devan itu, selalu dapat nilai A. Makalah, jurnal, dan sejenisnya tidak di revisi."Kamu mahasiswi saya di kampus, kenapa harus di beda-bedakan?" tanya Devan, kepada Disya yang sedang merajuk karena di suruh merevisi jurnalnya saat itu.Walaupun begitu, Devan memberikan bocoran materi apa yang akan diajarkannya di kelas, kepada Disya saat malam harinya. Setidaknya Disya bisa mempelajari itu terlebih dahulu daripada teman-temannya, dan selain itu Devan memiliki banyak sekali buku-buku ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Om Duda!   Chapter 27: Not Special Night

    Devan mengecup kening Kai lembut, lalu menyelimuti dan mematikan lampu kamar. Setelahnya berjalan keluar dari kamar anak lelakinya dan masuk ke kamarnya.Devan melihat Disya sedang menata boneka-boneka yang di dapatnya malam ini, di atas kasur."Saya pergi, Disya."Disya turun dari kasur, lalu berjalan menghampiri Devan yang masih berdiri di dekat pintu. "Mau ke mana?" tanya Disya, gadis itu melirik sebentar jam digital yang ada di atas nakas, lalu kembali menatap Devan. "Ini sudah malam," lanjutnya.Devan mengalihkan pandangannya, tidak ingin menatap manik mata Disya, yang selalu menatapnya lembut. "Saya ada urusan," kata Devan singkat."Urusan kerja? Ya udah engga papa, nanti Disya tidur di kamar Kai, soalnya kalau Disya tidur di kamar ini sendirian, Disya takut ...," ucap Disya sedikit terkekeh."Pulangnya kapan?""Nanti saya kabari.""Oke."Devan mengangguk samar, lalu berbalik dan melangkah untuk ke luar

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-15
  • Om Duda!   Chapter 28: Menjadi yang ke-2

    Devan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Jalanan memang tidak sepi, masih banyak kendaraan hilir mudik walaupun suasana sudah sangat larut malam. Tidak heran, di kota besar memang seperti itu, kendaraan hilir mudik tanpa kenal waktu.Semua kontak Fatya sudah di blokir oleh Devan, itu alasan Fatya menghubungi nomor Disya. Devan tidak tahu perempuan itu bisa mendapatkan nomor Disya dari mana. Untung saja Devan yang membaca pesan itu, juga yang menjawab telepon dari Fatya. Jika Disya, pasti semuanya akan kacau!"Kau gila, Fatya!" teriak Devan saat dirinya baru saja memasuki apartemen.Fatya berdiri dari duduknya, menampilkan senyum lebar lalu menghampiri Devan."Apa aku harus menelpon dan memberi pesan kepada istrimu, supaya kamu datang ke sini?"Devan sudah berkacak pinggang, lalu mengalihkan pandangannya menatap sekeliling unit apartemen dengan wajah marah."Apa mau kamu, hah?!"Fatya kembali berjalan menghampiri

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-18
  • Om Duda!   Chapter 29: Mencintai Bukan Sebuah Kesalahan

    "Pak Devan?"Suara Sasya berhasil membuat Devan membuyarkan lamunannya."Iya?"Sasya mengangkat satu alisnya. Bosnya terlihat berbeda hari ini, sudah beberapa kali Sasya memanggil nama bosnya karena saat Sasya sedang memberi tahu schedule, Devan terlihat melamun dan tidak memperhatikan."Ada apa? Bapak terlihat tidak fokus?"Devan menggeleng. "Buatkan saya teh," titah Devan.Sasya mengangguk, perempuan itu berjalan keluar dari ruangan bosnya.Devan memijit pelipisnya, punggungnya dia senderkan di senderan kursi sambil memejamkan matanya. Kata-kata Fatya terus terngiang di kepalanya, walaupun Devan sudah menolaknya tapi ada perasaan aneh yang muncul di hatinya.Sudah tiga hari semenjak kejadian malam itu. Devan belum menemui Disya maupun Kai—lelaki itu belum ke rumah sampai sekarang.'Saya tidak akan ke rumah beberapa hari ini.' Pesan seperti itu yang Devan kirim kepada Disya. Tanpa menaruh curiga apapun, Disya tida

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-21
  • Om Duda!   Chapter 30: Menyerah?

    "Naisya, kenapa bisa seperti ini?" tanya Doni mengelus pipi perempuan yang sedang berbaring di atas brankar.Perempuan yang di panggil Naisya itu hanya diam, menatap ke arah lain dengan mata yang sudah berkaca-kaca, perempuan itu seperti enggan menatap Doni."Papah minta maaf, sayang ...."Tidak ada suara yang di keluarkan perempuan itu.Doni menarik bibirnya tersenyum. "Baiklah, yang terpenting sekarang kamu baik-baik saja, itu membuat Papah lega. Kamu sudah makan?sudah minum obat?" Doni memberikan banyak pertanyaan kepada putrinya.Namun hanya anggukkan kepala yang menjadi jawaban dari perempuan itu."Papah bawain permen jelly kesukaan kamu," ujar Doni semangat, tangannya merogoh paper bag yang berisi banyak permen jelly."Tapi, apa kamu boleh makan ini? Nanti Papah tanyain dulu sama Abang Sam ya ... eum kalo sedikit sepertinya boleh," kata Doni tersenyum, lalu tangannya membuka bungkus kemasan permen jelly itu."Ayo di makan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-24
  • Om Duda!   Chapter 31: Secret

    Perkataan Disya tentang Ayah dan Bundanya yang berada di rumah ini memang benar. Tadi, saat Devan datang ke rumah, dia langsung ke kamar. Karena Doni ada di halaman samping rumah, jadi Devan tidak melihatnya. Bahkan, dia tidak menyadari jika ada mobil milik Doni di parkiran. Mungkin karena Devan ingin cepat-cepat bertemu dengan Disya, jadi dia tidak terlalu memperhatikan.Menatap manik mata Disya yang berkaca-kaca membuatnya merasa bersalah. Tapi, Devan sangat ingin memberitahukan tentang niatnya untuk menyudahi pernikahan ini kepada Disya."Terima kasih sudah membuat Disya bahagia," kata Doni.Devan yang sedang memperhatikan Kai bermain dengan Disya juga Dina di gazebo langsung menatap ke arah Doni yang duduk di sampingnya. Doni yang juga sedang memperhatikan interaksi Kai, Dina, dan Disya kini menatap ke arah Devan.Doni menampilkan senyumnya. "Saya melihatnya sendiri, kamu memperlakukan Disya dengan baik. Walaupun sangat sulit menghadapi Disya, dia san

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25

Bab terbaru

  • Om Duda!   Cuap-cuap:)

    Hai teman-teman pembaca novel Om Duda! Waw! Akhirnya aku bisa menyelesaikan novel ini. Makasih buat teman-teman yang udah selalu baca novel ini dari chapter awal sampe akhir, aku juga selalu buat kalian nunggu beberapa hari untuk update. Maaf ya, aku belum bisa konsisten buat nulis. Terutama permintaan maaf dan makasih buat teman-teman yang udah ngikutin novel ini dari awal, novel yang pertama kali aku update di bulan Juni, dan selesai di bulan Maret—8 bulan, waktu yang cukup lama. Makasih loh kalian udah setia dan enggak kabur karena aku jarang update, hehehe .... Lagi-lagi ucapan makasih buat teman-teman yang udah ngasih review, trus komentar di setiap babnya, dan makasih sudah ngasih vote yaa ... walaupun aku jarang balas komentar kalian, tapi aku tetep baca kok, baca komentar kalian itu seruu! Kalau suka sama novel ini, ayo bantu kasih review-nya. Dari chapter satu sampai chapter akhir, kalian lebih suka chapter berapa? Kalian boleh kasih pendapat tentang

  • Om Duda!   Epilog

    Katanya tidak perlu khawatir tentang jodoh. Sejauh apapun ia berada, pasti akan mencari jalannya sendiri untuk bertemu.Walaupun awalnya memang Devan tidak baik-baik saja karena perceraiannya dengan Disya, tapi Mamahnya selalu menasihatinya."Biarkan Disya pergi dulu, ia perlu menyembuhkan lukanya. Kalaupun kalian memang ditakdirkan berjodoh, Disya akan kembali, Tuhan akan mempersatukan kalian kembali."Devan seperti menemukan kembali harapannya.Terkadang memang ada kisah yang harus usai, meski rasa belum juga selesai. Devan sudah melukai hati Disya, lelaki itu akan membiarkan Disya pergi untuk menyembuhkan lukanya, jika memang Tuhan mentakdirkan mereka berjodoh, Devan yakin Disya akan kembali, sesuai apa yang dikatakan oleh Mamahnya.Dear Queen ....Saat saya pertama melihat kamu, saya cukup terkejut melihat wajah kamu seperti Ibu kandung Kai, netra berwarna coklat, bibir juga hidung mungil, serta kulit putih—semua bagian wajahnya te

  • Om Duda!   Chapter 53: Ending Story

    "Gimana hotel di Lombok?" tanya Devan mencoba bangun dari baringannya dengan susah payah."Oke, tidak ada problem," jawab Diky membantu Devan untuk duduk bersender di kasurnya.Devan mengangguk pelan, terdengar hembusan napas dari lelaki itu, kedua matanya sengaja dia pejamkan, menahan sakit di semua bagian tubuhnya."Ayo, saya antar ke rumah sakit," kata Diky untuk yang kesekian kalinya mengajak Devan untuk pergi ke rumah sakit."Tidak perlu, ini hanya sakit biasa.""Saya akan panggilkan dokter kalau begitu.""Tidak usah! Ini saya kurang istirahat saja," kata Devan. "Kai, ada?" tanya Devan. Sudah tiga hari ini, Devan tidak bertemu dengan putranya."Masih di rumah Disya, katanya hari ini akan di antar pulang ke sini."Devan mengangguk sekilas. Lalu kembali memejamkan matanya dengan kepala yang bersandar di kepala ranjang.Diky menatap wajah Devan dengan seksama. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya lemas. Sudah tiga hari ini De

  • Om Duda!   Chapter 52: Tsundere

    Disya menghela napasnya pelan, ia sudah berada di depan pintu ruang HCU. Naisya yang berada di samping Disya mengulurkan tangannya kepada Disya. Disya menatap tangan Naisya lalu menatap wajah perempuan itu."Ayo!" kata Naisya tersenyum.Disya tersenyum kecil lalu membalas uluran tangan Naisya. Keduanya melangkah memasuki ruangan HCU.Samudra yang ada di dalam ruangan langsung menatap ke arah keduanya. Semulanya wajahnya terkejut melihat kedatangan mereka. Namun, saat matanya melirik tangan keduanya yang saling bergandengan membuat senyum merekah di bibir Samudra."Kalian?"Disya menatap Samudra lalu mengulas senyum kecil di bibirnya, begitu juga dengan Naisya."Pah, lihat siapa yang datang," kata Samudra excited."Queen ...," sapa Doni dengan suara lirihnya.Naisya menatap Disya, lalu mengangguk pelan, menyuruh Disya untuk menemui Doni.Tautan tangan Disya dan Naisya terlepas. Kaki Disya melangkah perlahan menghampiri br

  • Om Duda!   Chapter 51: Penyesalan

    Disya menatap lekat-lekat wajah Devan. Tangannya terulur untuk mengelus pipi suaminya lembut. Memang benar apa kata Bundanya, penampilan Devan berubah, tubuhnya kurusan, rambutnya gondrong, tumbuh berewok di sekitaran dagunya."Pak Devan enggak pernah cukuran ya?" tanya Disya lirih.Devan masih tertidur pulas, itu kenapa Disya berani menyentuh wajah Devan. Bohong jika Disya mengatakan ia tidak merindukan Devan—Disya sangat merindukan suaminya."Pak Devan kelihatan aneh kalau berewokan. Kalau Pak Devan brewokan kelihatan kaya om-om beneran," kata Disya masih tetap menyentuh pipi Devan. "Disya lebih suka Pak Devan yang klimis, ganteng banget tahu ...."Disya kembali memperhatikan wajah Devan, hidung bangirnya, alis tebal, juga bulu matanya yang panjang—Disya merindukannya."Pak Devan kok kurusan? Memang di rumah kekurangan makanan, huh?""Penampilan Pak Devan benar-benar beda dari biasanya. Aneh, waktu Disya pertama kali lihat Pak

  • Om Duda!   Chapter 50: Pembalasan

    Disya sedang bergelung dipelukan Bundanya. Gadis itu sudah menceritakan semuanya tentang kejadian tadi siang.Devan, lelaki itu sedang mengobrol dengan Kakek dan Nenek Disya di teras. Satu jam yang lalu mereka baru saja selesai makan malam bersama.Kakek, Nenek, dan Dina menyambut hangat kedatangan Devan. Bersikap seolah tidak terjadi apapun. Bukan tidak marah kepada Devan, tapi mereka sudah memaafkan lelaki itu. Nasi sudah menjadi bubur, masa lalu tidak bisa diubah. Mereka menyerahkan semuanya kepada Disya. Walaupun nanti akhirnya mereka berpisah, tapi silaturahmi tetap harus dijaga bukan?"Disya harus gimana Bunda?" tanya Disya lirih."Kamu masih mencintai Devan?" tanya Dina mengelus sayang rambut putrinya. Disya memanyunkan bibirnya, sepertinya pertanyaan itu tidak perlu Disya jawab pun, Bundanya sudah mengetahui kalau Disya masih mencintai Devan."Bunda tidak perlu mendikte apa yang harus kamu lakukan, kamu sudah dewasa sekarang, kamu bisa meni

  • Om Duda!   Chapter 49: Rasa Rindu dan Luka

    Disya beneran enggak suka duduk di kantin kampus. Pak Devan tahu karena apa? Mahasiswi di sana selalu aja ngomongin Pak Devan, muji-muji Pak Devan, bahkan ada yang ngaku-ngaku kalau dia istri Pak Devan katanya. Ih, nyebelin kan?!Terus juga kenapa sekretaris Pak Devan harus punya bodi kaya gitar spanyol? Kenapa enggak nyari sekretaris yang laki-laki aja? Pak Devan tahu, Disya beneran enggak suka lihat Pak Devan sama Bu Sasya. Disya minder, Bu Sasya kelihatan lebih cocok kalau jalan beriringan sama Pak Devan dibanding sama Disya. Kenapa sih orang-orang selalu ngira kalau Disya itu adik Pak Devan? Karena Disya pendek, gitu? Tinggi Disya juga enggak sampai pundak Pak Devan. Ah! Enggak pokonya ini salah Pak Devan, karena Pak Devan yang ketinggian!Terus Pak Devan kenapa sih ganteng banget, huh? Bisa enggak sih gantengnya cuman bisa dilihat sama Disya aja, trus kalau Pak Devan ketemu orang-orang mukanya di jelek-jelekin aja gitu, biar yang naksir Pak Devan cuman Disya doang

  • Om Duda!   Chapter 48: Pergi Untuk Menyembuhkan Luka

    Pak Devan tahu enggak sih, Disya tuh rasanya pengen banget nanyain sama Mamah Maya, bener enggak sih Pak Devan anak kandung Mamah Maya sama Papah Husein? Pak Devan tuh enggak humoris kaya Mamah, Papah sama Naya. Jangan-jangan Pak Devan anak pungut lagi! Pak Devan tuh jutek, dingin, trus kalau bicara irit banget. Bicara panjang lebar kalo lagi marahin Disya aja, trus Pak Devan selalu aja pakai istilah-istilah dan kata-kata yang kadang Disya harus loading dulu buat paham. Huh! Nyebelin.Pak Devan juga selalu ngelarang Disya sama Kai buat makan cokelat, es krim, ciki-cikian, junk food, pokonya semua makanan enak deh. Pak Devan tuh manusia ter-aneh yang pernah Disya temuin tahu! Mana ada manusia yang enggak suka makanan enak banget kaya gitu ... Aish, aneh!Devan menyunggingkan senyumnya setelah selesai membaca tulisan tangan Disya yang ada di kertas berwarna merah muda itu. "Apa saya perlu tes DNA untuk membuktikan saya anak kandung Mamah dan Papah? Dan, makanan seperti i

  • Om Duda!   Chapter 47: Kehilangan Yang Belum Diketahui Kehadirannya (2)

    Tepat pukul satu siang Disya terbangun. Dina yang selalu berada di samping Disya, menemani putrinya. Saat siuman, Disya langsung khawatir tentang keberangkatannya ke Yogyakarta yang harus dibatalkan karena Disya berada di rumah sakit sekarang."Hari ini kita harus pergi, Bunda ...," kata Disya lagi.Dina menggeleng. "Kamu harus pulih dulu, sayang," jawab Dina sembari mengelus pucuk kepala Disya lembut."Disya baik-baik aja kok! Disya cuman kecapean aja, enggak perlu dirawat juga," kata Disya.Sebenarnya itu tidak benar. Disya merasakan keram di bagian perutnya. Namun, dia harus berbohong karena gadis itu benar-benar ingin cepat pergi dari kota itu."Kamu harus tetap di sini, sayang."Disya memanyunkan bibirnya."Ayo makan dulu," ucap Dina. Mengambil makanan yang sudah disediakan. Disya menerima suapan yang disodorkan oleh Bundanya. Dina terus memperhatikan gerak-gerik Disya yang selalu menatap pintu yang tertutup rapat, wajah pu

DMCA.com Protection Status