author-banner
Anaa
Anaa
Author

Novel-novel oleh Anaa

Emergency Couple

Emergency Couple

Kesalahan kakak laki-lakinya karena menyakiti dan mempermainkan adik Samudra, membuat Naya harus berada diposisi sulit. Banyak hal yang harus Naya relakan termasuk meninggalkan kekasihnya. "Kakakmu itu tidak hanya merenggut kehormatan adik saya, dia juga sudah menyakiti hati keduanya." Tragedi itu terjadi karena sebuah balas dendam. Nyawa dibalas dengan nyawa, mata dibalas dengan mata—katanya.  "Kak Nathan sudah menikah, aku memutuskan untuk tidak menikah seumur hidup, dan... apa ... menikah—" Naya memberanikan diri untuk mendongak menatap tepat di manik mata lelaki itu. "Kenapa? Supaya dokter Sam lebi mudah menghancurkan hidupku?" lanjutnya. Wajah Samudra berubah mengeras setelah mendengar perkataan Naya, menatap Naya dengan kilat marah. "Iya! Jika kamu menikah dengan saya, saya akan lebih mudah untuk membunuhmu dengan perlahan-lahan!" Tidak! Naya tidak ingin menikah dengan laki-laki yang jelas-jelas sudah menghancurkan hidupnya. Namun, takdir tidak selalu menuruti apa yang kita inginkan. Pernikahan itu terjadi—tanpa cinta, bahkan restu dari beberapa orang. ***
Baca
Chapter: Chapter 21: Losmen
Naya membuka matanya perlahan ketika merasa lapar, mengerjap pelan supaya penglihatannya jelas untuk melihat ke sekeliling. Menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, lalu mencoba duduk di tepi kasur sebentar untuk mengumpulkan kesadarannya. Menundukkan wajahnya, matanya terbuka lebar ketika tubuhnya dibalut dengan kemeja berwarna hitam, seingatnya ia tidak punya kemeja sebesar ini. “Pakaianmu basah, tadi.” Suara lelaki yang tentu Naya mengenalnya terdengar di telinga, dengan refleks kepalanya menengok ke arah sumber suara. Lelaki itu berjalan masuk ke dalam kamar dengan membawa dua mangkuk yang terlihat jika makanan itu masih panas, terbukti dari asap yang mengepul bersumber dari makanan itu. Naya memberengut kesal ketika tahu jika pasti Samudra sendiri yang menggantikannya pakaian. Benar-benar mesum! Seingatnya ia menangis di depan Samudra di bawah guyuran hujan, lalu entah apa yang terjadi, kenapa juga ia berada di sini sekarang? “Kamu jatuh pingsan tadi. Tidak ada cara lain se
Terakhir Diperbarui: 2024-12-08
Chapter: Chapter 20: Takdir Jahat
Naya meremas permukaan dadanya kuat sekali, berharap rasa sakit yang timbul akan berangsur membaik, namun itu benar-benar tidak berpengaruh sama sekali. Naya memilih untuk memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Ia menunduk, menangis tergugu, dadanya semakin sesak rasanya. Naya sudah menahan mati-matian rasa sakit itu ketika berbicara dengan Nathan di dalam caffe. Menahan air matanya agar tidak keluar, hanya untuk menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja di hadapan lelaki itu. Kenyataannya tidak! Naya benar-benar hancur ketika mengatakan setiap kalimatnya. Apa yang dikatakan oleh Naya semuanya hanyalah kebohongan! Suara ketukan dari kaca mobil, membuat Naya mendongakkan wajahnya. Samudra ada dibalik pintu mobil, menatap ke arahnya. “Turun! Duduk di sana, saya yang akan mengantar kamu pulang.” Masih mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Samudra, Naya masih diam duduk di kursi kemudi. Namun, detik berikutnya, lelaki itu sudah menarik tangan Naya untuk keluar dari mobil. “Tidak!”
Terakhir Diperbarui: 2024-12-07
Chapter: Chapter 19: Calon Suami?
Naya menatap bangunan di depannya sambil menghela napas panjang, mengulum bibirnya menatap ke sekeliling gugup, tangannya melepas safety belt, lalu turun dari dalam mobil miliknya yang sudah terparkir rapih di parkiran rumah sakit. Perempuan itu turun dari mobil, dengan berusaha meredakan rasa gugup di dadanya. Terakhir kali ia mengunjungi rumah sakit ini, suasananya jelas sangat buruk. Naya diperhatikan dengan tatapan tidak bersahabat oleh beberapa pekerja di sini. Akankah tetap seperti itu hingga sekarang? "Kamu tahu tempat itu dari mana?" "Dulu, mobilku pernah mogok daerah situ. Laper banget, akhirnya mampir ke warung makan, dan ternyata enak banget." Naya bisa mendengar obrolan dua orang yang baru keluar dari mobil, satu orang perempuan dan satu lelaki. "Naya?" Naya yang merasa dirinya dipanggil langsung menengokkan wajahnya. Menatap perempuan yang memanggilnya, sebuah senyuman kecil namun jelas terkesan canggung itu Naya perlihatkan. "Ada urusan apa datang ke sini? Kamu s
Terakhir Diperbarui: 2024-12-06
Chapter: Chapter 18: Sekedar Masa Lalu
'Ayo bertemu.' 'Sekali ini saja. Ayo kita bertemu, Nay.' Naya menggigit bibir bawahnya, menatap layar handhone yang menunjukkan chat room Nathan di salah satu aplikasi. Hati kecilnya tentu punya keinginan untuk membalas, dan mengiyakan ajakan Nathan. Namun, ketika mengingat jika Nathan sudah menikah, rasanya ia tidak harus membalas pesan itu. 'Demi Tuhan, Kakak ingin bertemu, Nay. Setidaknya kita akan membicarakan hubungan kita. Jika kita berpisah, jelaskan mengapa, beri Kakak penjelasan agar Kakak tidak bertanya-tanya dan kebingungan.' 'Tidak ada kesenangan menjalani pernikahan ini, Nay.' Ketika membaca tulisan itu, rasanya Naya bisa mendengar bagaimana suara Nathan yang mengatakan kalimat-kalimatnya secara langsung, terdengar frustasi. Naya setuju pada akhirnya. Hubungan mereka sudah terjalin cukup lama dulu, dan berakhir hanya lewat salah satu aplikasi chatting. Naya akan menjelaskan mengapa mereka pada akhirnya harus berpisah, dan menasihati lelaki itu agar bisa melupakannya
Terakhir Diperbarui: 2024-12-04
Chapter: Chapter 17: Kecemasan Naya
Setelah selesai menonton, Samudra menawarkan untuk membeli beberapa mainan untuk Kai, bahkan menyuruh Naya untuk berbelanja. Tadinya Naya menolak, namun Samudra terus berbicara sedikit memaksa, menyuruhnya untuk memilih apapun barang, atau pakaian yang ia mau. Pada akhirnya Naya setuju, bahkan sengaja memilih pakaian dengan harga cukup fantastis. Samudra tidak masalah dengan itu, Naya terlahir dari keluarga terpandang, kalau bicara selera pasti bukan main. Perempuan itu banyak diam, benar-benar tidak berinteraksi terlalu dekat dengannya, hanya jika Kai mengajak bicara baru perempuan itu membuka suaranya. Berkunjung ke restaurant korean food dulu terlebih dahulu untuk mengisi perut sebelum mengantar mereka pulang. "Kita belum membicarakan tentang hubungan—" "Nanti saja, kita bisa mencari waktu lain untuk itu." Samudra menatap Naya melalui pantulan cermin, lalu kembali fokus dengan kemudinya. "Besok—" "Tidak! Tiga atau empat hari lagi." "Itu terlalu lama, saya tidak setu
Terakhir Diperbarui: 2024-12-03
Chapter: Chapter 16: Bioskop
"Bagaimana kalau kita menonton hari ini?" "Menonton apa?" "Kita berangkat ke bioskop aja, nanti bisa pilih langsung filmnya di sana 'kan?" "Aku sama Om Sam, rencananya akan menonton film Spider-Man, tapi tidak tahu kapan. Om Sam sangat sibuk akhir-akhir ini." Senyum Naya yang sedari terbit kini langsung sirna ketika nama lelaki itu disebut oleh Kai. Menyebalkan, moodnya mendadak buruk. Apalagi ketika mengingat pesan yang dikirimkan oleh lelaki itu yang mengajaknya untuk bertemu hari ini. "Kita menonton film itu saja ya, Aunty Nay!" Naya kembali fokus kepada Kai yang duduk di sampingnya, kembali menampilkan senyum, lalu mengangguk setuju. "Boleh!" "Yey!" "Minta ijin dulu sama Oma, Opa dulu sana. Nanti habis itu siap-siap." Kai mengacungkan jempolnya, lalu bangun dari duduknya dan berjalan dengan setengah berlari menuju kamar Maya dan Husein. Bertepatan dengan Kai yang sudah hilang dari pandangannya, Naya mengambil ponselnya yang tergeletak di meja dengan tujuan untu
Terakhir Diperbarui: 2024-12-02
Om Duda! 2

Om Duda! 2

'Duda' Sebutan itu tersemat untuk seorang Devano Zayn Ganendra sekarang. Bohong jika Devan baik-baik saja setelah ditinggalkan oleh Disya. Lelaki itu sampai tumbang, berbaring di rumah sakit untuk beberapa pekan karena sakit fisik... juga hati sebenarnya. Ditinggalkan Disya benar-benar berdampak buruk untuk Devan. Apa yang sudah dilakukan oleh Devan untuk membuat istri kecilnya kembali? Tidak ada! Devan tidak melakukan apapun selama tiga tahun ini, bukannya tidak ingin berusaha... Devan merasa Disya memang tidak mau memaafkannya, apalagi kembali menjadi istrinya. Belum lagi sekarang Disya mempunyai Kakak laki-laki yang begitu amat protektif dan posesif. Devan tidak takut, hanya saja posisi lelaki itu lebih darinya, dalam artian lebih tinggi posisi terpenting dalam hidup Disya setelah Ayahnya, sekarang. Sulit! Sangat sulit. "Sudah tiga tahun 'kan? Tidak ingin kembali dengan Disya? Setidaknya kembali perkenalkan dirimu seolah-olah kau adalah orang baru—seorang Devano dengan versi yang lebih baik. Masuk ke dalam kehidupannya lagi dengan perlahan-lahan dan hati-hati, yakinkan hati Disya kembali untuk bisa bersamamu. Dulu, jalanmu terlalu gampang untuk bersama Disya, mungkin kali ini Tuhan ingin kamu lebih berusaha untuk mendapatkan Disya kembali, supaya kamu berpikir beberapa kali jika ingin membuatnya menangis." Seseorang mengatakan itu kepada Devan. Perkataannya berhasil membuat Devan kembali mendapatkan kepercayaan dan keyakinan diri yang lebih besar untuk mendapatkan kembali cintanya. Mungkin benar apa katanya, kali ini jalan untuk mendapatkan hati Disya lebih susah dan sulit, akan ada banyak rintangan dan badai yang datang. Tapi... Devan memang harus melewatinya jika ingin kembali mendapatkan hati Disya, 'kan? Akankah Devan berhasil? ***
Baca
Chapter: Chapter 73: Double Date - II
Devan tidak berhenti memperhatikan wajah istrinya yang sudah terlelap tidur setengah jam yang lalu, mengusap sisa peluh yang membasahi kening istrinya dengan lembut—entah itu karena kegiatan bercinta sebelumnya, atau memang suhu di ruangan yang memang cukup panas karena pendingin ruangan di dalam sini tidak terlalu berfungsi. Devan juga kegerahan sebenarnya, sedari tadi matanya tidak kunjung mau terpejam. Menyunggingkan senyum ketika mengingat kegiatan keduanya, mereka belum pernah bercinta menggunakan alat kontrasepsi, pengalaman baru, dan itu berakhir begitu saja, baik Devan dan Disya setuju tidak menyukainya. Segala sesuatu tentang Disya selalu membuat Devan candu—semuanya, tidak akan pernah membuatnya bosan. Devan begitu sangat mencintai istri kecilnya itu. Mencium kening Disya untuk beberapa saat sebelum dia beranjak dari atas kasur, lelaki itu memutuskan untuk ke luar dari kamar, berniat mencari udara segar karena demi Tuhan di dalam kamar menurutnya sumpek sekali. "B
Terakhir Diperbarui: 2024-11-27
Chapter: Chapter 72: Double Date - I
Hening Mungkin bisa menggambarkan situasi di dalam mobil saat ini, tidak ada yang mengeluarkan suara seolah keempatnya punya dunia masing-masing—sebenarnya Disya dan Naya yang merasa tidak nyaman dengan situasi canggung ini, keduanya sudah mencoba mencairkan suasana, beberapa kali mencari topik obrolan, tetapi kedua lelaki di sana tidak terlalu menanggapi, yang satu sibuk dengan kemudinya, yang satu sibuk dengan i-Pad di tangannya. "Mumpung lagi lewat sini, ayo kita ke caffe Rainbow, aku kangen cakenya...," rengek Naya menyentuh lengan suaminya manja. "Sudah jam segini, nanti kamu pulang kemaleman. Abang kan sudah bilang kamu menginap saja di rumah untuk malam ini, tidak usah langsung berangkat ke Bandung." Devan yang menjawab, tidak memperbolehkan untuk mengunjungi caffe yang tadi disebut oleh adiknya. Naya terlihat memanyunkan bibirnya. "Kita aja nurutin kemauannya Bang Devan yang mau makan di restonya Bu Eliza ya!" "Kalian kan masih bingung ingin makan di mana, saya hanya meny
Terakhir Diperbarui: 2024-11-24
Chapter: Chapter 71: Titik Terang
"Yakin tidak papa jika saya berangkat kerja, sayang?" tanya Devan, ini adalah pertanyaan kesekian yang lelaki itu berikan kepada istrinya. Yang semulanya Disya menjawab 'Tidak papa' perempuan itu kini menatap Devan dengan bibir yang ditekuk sembari menampilkan puppy eyesnya. "Kamu ingin saya tidak berangkat kerja?" Kali ini Disya mengangguk, merentangkan kedua tangannya meminta pelukan dari sang suami. Devan menyunggingkan senyum, menyimpan jasnya di atas sofa, lalu melangkah untuk duduk di tepi kasur, setelahnya memberikan pelukan kepada istrinya. "Manja sekali, sedang datang bulan, hm?" Disya menggeleng pelan dalam dekapan suaminya, lelaki itu semakin mengeratkan pelukannya, bahkan mengusap rambut Disya lembut. Sedari tadi Disya belum menuruni kasur, perempuan itu sudah bangun tetapi memilih berdiam di kasur lengkap dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Devan sudah bertanya apakah dia boleh berangkat kerja, atau Disya ingin dirinya tetap di rumah menemani istrinya
Terakhir Diperbarui: 2024-11-17
Chapter: Chapter 70: Istri Kedua?
Alif menjelaskan bahwa dia bertemu dengan Layla di salah satu club malam, keduanya tertarik secara fisik satu sama lain sehingga terjadihal hal yang tidak diinginkan, apalagi keduanya dalam pengaruh alkohol malam itu, nafsu benar-benar menguasai mereka. Disya percaya? Tidak— Yang benar saja? Bisa jadi Alif hanya ingin menutupi kesalahan Samudra. Tidak masuk ke dalam apartemen yang ditinggali Layla, Disya memilih untuk pergi dari sana setelah Alif menjelaskan tentang Layla dan bayinya. Hatinya masih gundah. "Maaf menunggu lama sayang," kata Devan yang baru saja memasuki ruang kerjanya, tersenyum menatap sang istri, lalu melangkah menghampiri Disya yang sedang duduk di sofa seorang diri. Disya menatap Devan, memanyunkan bibirnya, bahkan maniknya sudah berkaca sekarang. "Kenapa, hm?" Perempuan itu menggeleng pelan, kedua tangannya terulur untuk meminta pelukan dari suaminya yang baru tiba setelah menyelesaikan meeting dengan beberapa pekerjanya. Disya memilih untuk me
Terakhir Diperbarui: 2024-11-10
Chapter: Chapter 69: Bayi Layla
Sekali lagi Devan memperhatikan wajah Disya, keningnya mengernyit seolah sedang menelisik wajah cantik itu yang tampak terlihat sendu—mendung, seperti cuaca di luar pagi ini. "Sya, kamu benar tidak apa-apa?" Kembali mengajukan pertanyaan yang jelas mendapatkan jawaban yang sama dari Disya— "Aku ngga papa, Pak Devan." Disya mendongak untuk menatap suaminya sambil tersenyum manis, lalu detik berikutnya kembali fokus pada kegiatannya yang sedang memasangkan dasi di leher sang suami. "Selesai!" ucap Disya menatap puas hasil tangannya, mengusap bagian pundak Devan dengan lembut. "Semoga hal-hal baik selalu menyertai Pak Devan, dan semua urusan Pak Devan hari ini dilancarkan." "Terimakasih sayang," balas Devan mengusap bagian atas kepala Disya, lalu memeluk tubuh perempuan itu. "Kamu berjanji akan menceritakan apapun yang kamu rasakan kepada saya, jangan memendamnya sendiri ya." Disya terkekeh pelan. "Pak Devan, Disya beneran ngga papa kok," jawabnya, perempuan itu tahu ini masih tentan
Terakhir Diperbarui: 2024-11-03
Chapter: Chapter 68: Berita Baik?
"Tokcer juga ya Pak Devan," ucap Fani menatap lembaran hasil USG milik Disya dengan senyuman lebar menghiasi bibirnya. "Iyalah tokcer! Kamu ngga lihat Pak Devan tuh aura-auranya hyper—" "Al!" Yumna menyenggol lengan Alya, memperingati agar ia berhati-hati dengan ucapannya. Tidak masalah jika hanya mereka berempat di sana, tetapi ini ada Bundanya Disya. Mengulum bibirnya, Alya menatap Dina lalu menampilkan cengiran tanpa dosa. "Maksud aku, Pak Devan auranya ganteng banget, Bun... hehehe." Dina menggeleng-gelengkan kepalanya pelan, lalu mengacak bagian atas rambut Alya dengan gemas. "Jadi, kalian mau langsung pulang atau bagaimana?" tanya Dina mencoba mengalihkan topik pembicaraan. "Masa langsung pulang sih, Bun. Makan dulu yuk!" ajak Fani. Alya, Yumna, dan Fani tadinya berniat untuk berkunjung ke rumah Disya, tetapi Disya memberi tahu jika ia sedang tidak ada di rumah, tanpa sengaja juga ia memberikan informasi jika sedang berada di salah satu rumah sakit—mereka yang jelas khawat
Terakhir Diperbarui: 2024-10-27
Om Duda!

Om Duda!

"Mommy!" seorang bocah laki-laki menghampiri Disya yang sedang duduk menikmati es krim bersama dengan ketiga sahabatnya di salah satu caffe. Disya tentu saja membelalakkan matanya, yang benar saja bocah laki-laki di depannya memanggil Disya dengan sebutan 'Mommy' padahal Disya masih duduk di bangku kuliah semester tujuh, dan lagipula Disya belum menikah, bagaimana mungkin dia sudah mempunyai anak? Kailash, nama bocah laki-laki itu. Rupanya dia salah mengira Disya Mommynya. Hingga akhirnya seorang lelaki menghampiri meja mereka. Disya sampai membelalakkan matanya, mulutnya menganga ketika melihat lelaki tampan itu. Devan, lelaki yang dipanggil 'Daddy' oleh Kai. Baru pertama kali bertemu saja, rasanya Disya langsung jatuh cinta. Memejamkan kedua matanya, sedikit membenarkan posisi duduknya, lalu menengadahkan kedua tangannya di depan dada. "Ya Tuhan... jodohkanlah hamba dengan Pak Devan, kalo Pak Devan masih ada istri, ambil saja istrinya!" "Astaga, Disya omogan kamu ih!" pekik ketiga sahabatnya berbarengan. Mereka tentu saja syok mendengar ucapan sembarangan yang diucapkan Disya beberapa detik yang lalu. "Sejak kapan kamu suka sama om-om hah?!" "Sejak hari ini!" Berbeda dengan Disya yang langsung terpikat, Devan malah melihat Disya dengan tatapan tidak suka. Namun, Disya akan tetap bertekad, dia harus mendapatkan hati Devan. Setelah menjadi detektif dadakan untuk mengamati Devan. Sebuah fakta yang berhasil membuat Disya merasa sangat senang. Devan hanya tinggal berdua dengan Kai, yang artinya Devan adalah seorang duda bukan? Benar! Tentunya itu adalah kesempatan besar untuk Disya mendapatkan hati Devan. Tidak perlu mengambil hati Kai—bocah itu sudah menyukai Disya sejak pertemuan pertamanya. Tugas Disya hanya mencari cara untuk mengambil hati Devan. Akankah Disya berhasil? "Otw jadi Mommy Kai." — Nadisya Queensa Fatyavia. "Ck! Gadis kecil!" — Devano Zayn Ganendra. ***
Baca
Chapter: Cuap-cuap:)
Hai teman-teman pembaca novel Om Duda! Waw! Akhirnya aku bisa menyelesaikan novel ini. Makasih buat teman-teman yang udah selalu baca novel ini dari chapter awal sampe akhir, aku juga selalu buat kalian nunggu beberapa hari untuk update. Maaf ya, aku belum bisa konsisten buat nulis. Terutama permintaan maaf dan makasih buat teman-teman yang udah ngikutin novel ini dari awal, novel yang pertama kali aku update di bulan Juni, dan selesai di bulan Maret—8 bulan, waktu yang cukup lama. Makasih loh kalian udah setia dan enggak kabur karena aku jarang update, hehehe .... Lagi-lagi ucapan makasih buat teman-teman yang udah ngasih review, trus komentar di setiap babnya, dan makasih sudah ngasih vote yaa ... walaupun aku jarang balas komentar kalian, tapi aku tetep baca kok, baca komentar kalian itu seruu! Kalau suka sama novel ini, ayo bantu kasih review-nya. Dari chapter satu sampai chapter akhir, kalian lebih suka chapter berapa? Kalian boleh kasih pendapat tentang
Terakhir Diperbarui: 2022-03-09
Chapter: Epilog
Katanya tidak perlu khawatir tentang jodoh. Sejauh apapun ia berada, pasti akan mencari jalannya sendiri untuk bertemu.Walaupun awalnya memang Devan tidak baik-baik saja karena perceraiannya dengan Disya, tapi Mamahnya selalu menasihatinya."Biarkan Disya pergi dulu, ia perlu menyembuhkan lukanya. Kalaupun kalian memang ditakdirkan berjodoh, Disya akan kembali, Tuhan akan mempersatukan kalian kembali."Devan seperti menemukan kembali harapannya.Terkadang memang ada kisah yang harus usai, meski rasa belum juga selesai. Devan sudah melukai hati Disya, lelaki itu akan membiarkan Disya pergi untuk menyembuhkan lukanya, jika memang Tuhan mentakdirkan mereka berjodoh, Devan yakin Disya akan kembali, sesuai apa yang dikatakan oleh Mamahnya.Dear Queen ....Saat saya pertama melihat kamu, saya cukup terkejut melihat wajah kamu seperti Ibu kandung Kai, netra berwarna coklat, bibir juga hidung mungil, serta kulit putih—semua bagian wajahnya te
Terakhir Diperbarui: 2022-03-09
Chapter: Chapter 53: Ending Story
"Gimana hotel di Lombok?" tanya Devan mencoba bangun dari baringannya dengan susah payah."Oke, tidak ada problem," jawab Diky membantu Devan untuk duduk bersender di kasurnya.Devan mengangguk pelan, terdengar hembusan napas dari lelaki itu, kedua matanya sengaja dia pejamkan, menahan sakit di semua bagian tubuhnya."Ayo, saya antar ke rumah sakit," kata Diky untuk yang kesekian kalinya mengajak Devan untuk pergi ke rumah sakit."Tidak perlu, ini hanya sakit biasa.""Saya akan panggilkan dokter kalau begitu.""Tidak usah! Ini saya kurang istirahat saja," kata Devan. "Kai, ada?" tanya Devan. Sudah tiga hari ini, Devan tidak bertemu dengan putranya."Masih di rumah Disya, katanya hari ini akan di antar pulang ke sini."Devan mengangguk sekilas. Lalu kembali memejamkan matanya dengan kepala yang bersandar di kepala ranjang.Diky menatap wajah Devan dengan seksama. Wajahnya pucat pasi, tubuhnya lemas. Sudah tiga hari ini De
Terakhir Diperbarui: 2022-03-02
Chapter: Chapter 52: Tsundere
Disya menghela napasnya pelan, ia sudah berada di depan pintu ruang HCU. Naisya yang berada di samping Disya mengulurkan tangannya kepada Disya. Disya menatap tangan Naisya lalu menatap wajah perempuan itu."Ayo!" kata Naisya tersenyum.Disya tersenyum kecil lalu membalas uluran tangan Naisya. Keduanya melangkah memasuki ruangan HCU.Samudra yang ada di dalam ruangan langsung menatap ke arah keduanya. Semulanya wajahnya terkejut melihat kedatangan mereka. Namun, saat matanya melirik tangan keduanya yang saling bergandengan membuat senyum merekah di bibir Samudra."Kalian?"Disya menatap Samudra lalu mengulas senyum kecil di bibirnya, begitu juga dengan Naisya."Pah, lihat siapa yang datang," kata Samudra excited."Queen ...," sapa Doni dengan suara lirihnya.Naisya menatap Disya, lalu mengangguk pelan, menyuruh Disya untuk menemui Doni.Tautan tangan Disya dan Naisya terlepas. Kaki Disya melangkah perlahan menghampiri br
Terakhir Diperbarui: 2022-02-28
Chapter: Chapter 51: Penyesalan
Disya menatap lekat-lekat wajah Devan. Tangannya terulur untuk mengelus pipi suaminya lembut. Memang benar apa kata Bundanya, penampilan Devan berubah, tubuhnya kurusan, rambutnya gondrong, tumbuh berewok di sekitaran dagunya."Pak Devan enggak pernah cukuran ya?" tanya Disya lirih.Devan masih tertidur pulas, itu kenapa Disya berani menyentuh wajah Devan. Bohong jika Disya mengatakan ia tidak merindukan Devan—Disya sangat merindukan suaminya."Pak Devan kelihatan aneh kalau berewokan. Kalau Pak Devan brewokan kelihatan kaya om-om beneran," kata Disya masih tetap menyentuh pipi Devan. "Disya lebih suka Pak Devan yang klimis, ganteng banget tahu ...."Disya kembali memperhatikan wajah Devan, hidung bangirnya, alis tebal, juga bulu matanya yang panjang—Disya merindukannya."Pak Devan kok kurusan? Memang di rumah kekurangan makanan, huh?""Penampilan Pak Devan benar-benar beda dari biasanya. Aneh, waktu Disya pertama kali lihat Pak
Terakhir Diperbarui: 2022-02-27
Chapter: Chapter 50: Pembalasan
Disya sedang bergelung dipelukan Bundanya. Gadis itu sudah menceritakan semuanya tentang kejadian tadi siang.Devan, lelaki itu sedang mengobrol dengan Kakek dan Nenek Disya di teras. Satu jam yang lalu mereka baru saja selesai makan malam bersama.Kakek, Nenek, dan Dina menyambut hangat kedatangan Devan. Bersikap seolah tidak terjadi apapun. Bukan tidak marah kepada Devan, tapi mereka sudah memaafkan lelaki itu. Nasi sudah menjadi bubur, masa lalu tidak bisa diubah. Mereka menyerahkan semuanya kepada Disya. Walaupun nanti akhirnya mereka berpisah, tapi silaturahmi tetap harus dijaga bukan?"Disya harus gimana Bunda?" tanya Disya lirih."Kamu masih mencintai Devan?" tanya Dina mengelus sayang rambut putrinya. Disya memanyunkan bibirnya, sepertinya pertanyaan itu tidak perlu Disya jawab pun, Bundanya sudah mengetahui kalau Disya masih mencintai Devan."Bunda tidak perlu mendikte apa yang harus kamu lakukan, kamu sudah dewasa sekarang, kamu bisa meni
Terakhir Diperbarui: 2022-02-25
Terjebak BossZone

Terjebak BossZone

Rumor yang mengatakan Edgar bermasalah tentang orientasi seksualnya, membuat Nesa berada diposisi yang tidak mungkin Edgar lepaskan begitu saja untuk pergi dari kehidupannya. Kejadian satu malam yang membuat Nesa merasakan rasa sesal yang luar biasa. Edgar membuatnya terjebak, Edgar tidak akan melepaskan Nesa begitu saja—lelaki itu mengikat Nesa untuk tetap berada di kehidupannya selama sisa hidupnya. Ini sulit, terlebih Nesa memiliki tujuan hidup sederhana dengan lelaki yang menjadi pilihannya. Edgar akan diam saja? Tentu saja tidak, Nesa sudah menjadi miliknya sejak malan itu.
Baca
Chapter: Extra Chapter I (Ngidam & Bian)
"Mas...." Edgar terlihat menghela napas, melepaskan perlahan tangan Nesa yang melingkar di lengannya. "Mas masih marah ya?" tanya Nesa memanyunkan bibirnya, kembali mencoba melingkarkan tangannya di lengan Edgar, walaupun suaminya itu kembali melepaskannya. "Iya maaf, ngga jadi Mas. Tadi aku cuman bercanda kok," lanjutnya. "Saya berangkat," katanya terkesan jutek walaupun sebelumnya mencium kening Nesa sebagai rutinitas wajib pagi mereka sebelum Edgar berangkat kerja. "Ah Mas Edgar...." Nesa kembali merengek, menghalang langkah suaminya. "Aku minta maaf, jangan marah." "Saya ada meeting Vanesa." "Tuh kan! Panggilan sayangnya mana?" Edgar kembali menghela napas pelan, menampilkan senyum yang sebenarnya tidak sampi hati itu. "Saya berangkat kerja ya, ada meeting pagi ini sayang," kata Edgar mengulang pernyataannya. Melingkarkan tangannya memeluk pinggang Edgar, Nesa mencium pipi kanan suaminya dengan lembut. "Aku beneran cuman bercanda tadi, jangan ngambek lagi yaa... dan semoga
Terakhir Diperbarui: 2024-12-01
Chapter: Chapter 62: Private Beach (Ending)
Nesa mengerjapkan matanya perlahan, bibirnya berdecak pelan ketika telinganya masih mendengar suara notifikasi alarm dengan volume yang bukan main kencangnya.Mencoba bangun dari tidurannya untuk mengambil ponsel, tetapi tubuhnya dipeluk erat oleh sang suami.Dengan perlahan ia mencoba melepaskan tangan Edgar yang melingkar di perutnya, setelah berhasil, ia bangun lalu berjalan mengitari ranjang untuk duduk di tepi kasur, mengambil ponsel Edgar yang masih mengeluarkan suara notifikasi alarm untuk mematikannya.Disya mengernyit ketika merasakan perbedaan dengan kamar yan ditempatinya, mendongak lalu kembali memperhatikan sekitaran kamar dengan cahaya remang."Sudah bangun, sayang?" tanya Edgar, kedua tangannya kembali memeluk perutnya erat.Nesa tersenyum kecil lalu mengusap lembut lengan Edgar yang melingkar di perutnya."Sudah, tumben banget pasang alarm pagi-pagi buta begini sih?""Biar ngga kesiangan.""Mau ke mana?""Lihat sunrise.""Huh?"Nesa ingat, semalam ia dan Edgar menghadi
Terakhir Diperbarui: 2024-11-03
Chapter: Chapter 61: Sunrise Gagal
Edgar menghentikan kegiatanya yang sedang berkutat dengan laptop, melirik Nesa yang sepertinya sangat fokus menatap handphone dengan kedua telinga yang disumpal earphone, keduanya duduk bersebelahan, tetapi sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Cup! Edgar mencuri satu ciuman di pipi kanan Nesa, yang jelas hal itu dilakukan untuk mendapat perhatian dari si perempuan. "Sedang menonton apa, fokus sekali?" Nesa sedikit terperanjat kaget, langsung mematikan layar handphone, menatap suaminya dengan senyum canggung sambil melepaskan earphone yang masih terpasang di telinganya. "Ngga ada apa-apa kok—aku ngga nonton apa-apa, Mas." Edgar mengernyit, reaksi Nesa terlihat berlebihan padahal dia hanya bertanya. Ditatap sebegitunya oleh Edgar jelas membuat Nesa ciut, seolah ia tidak akan pernah bisa berbohong kepada lelaki itu. "A—aku menonton video Sandi bernyanyi, aku ngga sengaja nyari, Mas, beneran. Tiba-tiba dia muncul di beranda sosial mediaku." "Mana lihat." Nesa kembali menyalakan
Terakhir Diperbarui: 2024-10-20
Chapter: Chapter 60: Hubungan Sandi & Nadya
"Masih main?" Sandi kembali menyesap batang nikotin yang ada di sela jarinya, lalu menggeleng pelan menjawab pertanyaan Edgar. Edgar mencebikkan bibirnya tidak percaya ketika lelaki yang duduk di sampingnya menjawab tidak pada pertanyaan yang sebelumnya diajukan. "Nadya juga tidak buruk mendesah dibawah saya, dan yang paling penting saya tidak perlu repot-repot memakai pengaman ketika bercinta—wah rasanya berkali-kali lipat lebih nikmat ternyata!" "Saya pernah bilang kan, apa enaknya bercinta menggunakan karet?" Sandi menyunggingkan senyum miring, kembali mengepulkan asap rokoknya ke udara, mendongak menatap ke atas lalu menghela napas berat. "Kamu menyesal melakukannya?" Edgar bisa melihat wajah Sandi sebenarnya sedang tidak baik-baik saja. Jelas ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. "Hanya tidak menyangka akan sampai di titik ini." "Nesa tidak tahu kamu lelaki seperti apa. Jika dia tahu kamu sering bercinta dengan banyak perempuan jelas ia tidak akan setuju kamu bersama
Terakhir Diperbarui: 2024-10-12
Chapter: Chapter 59: Kunjungan Ibu
Jam dua siang mereka benar-benar baru meninggalkan kamar, itupun karena rasa lapar menghantui mereka. Jangan ditanya mereka melakukannya lagi atau tidak setelah membaca lembaran diary milik Nesa—tentu saja iya—maklum keduanya masih dimabuk cinta, kata Edgar ini adalah bentuk balas dendam karena selama hampir dua bulan resmi menikah mereka belum melakukannya. Beruntung Nesa mau melayaninya walaupun sembari merengek menangis. “Ih iya Mas aku lupa hari ini jadwal pemberangkatan Nadya lho,” kata Nesa ketika ia sedang fokus membuka handphonenya. “Jam berapa?” tanya Edgar. “Jam lima. Untung jam lima, jadi masih ada waktu buat ke sana,” kata Nesa mematikan layar handphonenya lalu menatap Edgar. “Aku ijin ketemu sama Nadya dulu ya Mas sebelum berangkat, ada Seruni juga kok, boleh?” Edgar mengangguk. “Sama saya.” “Oke!” Nesa kembali menampilkan senyum manisnya menatap Edgar, kembali melingkarkan kedua lengannya di leher Edgar—keduanya sedang menuruni tangga sekarang, hendak me
Terakhir Diperbarui: 2024-06-09
Chapter: Chapter 58: Kemesraan
"Hah....."Baik Nesa maupun Edgar sama-sama terengah. Nesa yang berada di atas tubuh Edgar sampai tumbang, jatuh memeluk tubuh suaminya erat, menenggelamkan wajahnya tepat di dada Edgar."Saya masih belum selesai," kata Edgar menampilkan smirknya, mengusap bagian atas rambut Nesa.Masih dalam posisi yang sama, Nesa menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu setelahnya mendongakkan wajahnya menatap manik sang suami. "Pak Edgar tadi janji hanya akan melakukannya satu kali," katanya dengan bibir yang ditekuk.Edgar mencubit pelan ujung hidung Nesa dengan gemas. "Ah! Kamu saja masih memanggil saya dengan sebutan Bapak. Bukankah sudah saya katakan akan menghukum kamu jika kembali mengatakan panggilan itu?"Nesa kembali memanyunkan bibirnya. "Justru kalau aku panggil selain itu, pasti akan terjadi ronde-ronde selanjutnya. Aku lelah—" Nesa menjeda ucapannya, kembali menenggelamkan wajahnya di permukaan dada suaminya. "Setelah melakukannya, aku ngantuk, mau tidur lagi...."Nesa dibawa berbaring di
Terakhir Diperbarui: 2024-04-12
Anda juga akan menyukai
DMCA.com Protection Status