"Pak Rino, bangun," bisik Melly lembut. Tangannya terulur sembari meraba pipi Rino dengan sangat hati-hati.
Lelaki itu pun membuka matanya perlahan. Spontan dia tertegun dan terkesiap. Betapa terkejutnya dia saat mengetahui saat ini berada di satu kasur bersama Melly, telanjaang dada.
"Apa ini?!" pekik Rino yang menyadari bahwa dirinya hanya memakai celana pendek bahan, sedangkan pakaiannya teronggok di lantai sembarangan. Sudut matanya berkeliling. Benar, saat ini berada di kamar orang lain, bukan di kamar singgasananya bersama Arunika. "Nggak mungkin!" Rino lolos menaikkan nada bicara tinggi.
"Pak Rino, lupa. Apa yang kita lakukan tadi malam?" tanya Melly tersenyum simpul, lalu dia mencodongkan tubuhnya yang hanya memakai bra dan celana dalam. Tampak tubuh gadis itu mulus dan putih. Seakan minta dijamaah kembali oleh Rino. Terlihat bulat dan menggoda.
Ini sangat mengejutkan Rino. Bangun pagi, justru berada di ranjang seorang gadis. Lelaki itu meng
Bendera kuning berkibar di depan rumah Raffi. Langkah Rino tertatih masuk ke dalam rumah. Di sana banyak tamu yang melayat. Ingin menangis, tetap pantang bagi Rino untuk meneteskan air mata di depan orang banyak. Matanya sayu sembari melangkah lebar mendekati Raffi yang sudah terbujur kaku.Suara tangis Talita sedu-sedan meratapi kematian Raffi. Dia duduk di samping jasad itu. Wajahnya menunduk dan sesekali mengusap air mata yang jatuh ke pipi dari pelupuk matanya.Rino duduk bersimpuh dan tangannya terulur membuka kain batik cokelat yang menutupi jasad Raffi. Saat dibuka, tampak wajah lelaki tua itu cerah dan terpejam tenang."Kakek, sudah tenang. Maafkan saya," ucapnya lirih. Menahan agar air matanya tidak jatuh."Sebenarnya ada apa?" tanya Rino melirik ke arah Talita."Terkena serangan jantung." Talita menjawab parau."Kenapa kamu tak memberitahu soal ini? Pasti Kakek dibawa ke rumah sakit dulu 'kan?" protes Rino yang geram dan kece
Pasca kejadian satu malam dengan Melly. Rino memilih tak datang ke kantor. Dia bahkan lebih dominan di rumah di ruang kerja mematut di depan laptop. Sikap Rino kepada Arunika pun mendadak dingin dan berubah. Ini membuat Arunika semakin penasaran dengan perubahan sikap sang suami.Empat belas hari bukanlah waktu yang sebentar untuk memahami perubahan Rino. Arunika menjadi ragu untuk meminta uang. Dia pun berinisiatif datang ke rumah Yusman. Rasa rindunya kepada Lisna sudah menggunung tinggi.Arunika mengetuk pintu ruang kerja berkali-kali. Tampak di sana ada Rino sedang sibuk menelepon. Dia berdiri bergeming di ambang pintu. Menunggu hampir sepuluh menit di sana. Lantas Rino menutup telepon dan melirik kepada Arunika."Mau ke mana sudah rapi?" tanya Rino."Mas, aku mau keluar. Kalau mau makan sudah aku sediakan di meja makan. Tinggal buka saja tudung sajinya," jawab Arunika melangkah gontai. Lalu dia mengecup punggung tangan Rino."Hati-
Rino tak mengindahkan ucapan Melly. Lelaki itu lekas masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.Melly berkali-kali mengetuk pintu, tetapi tidak dibuka oleh sang empu rumah. Rino duduk membeku sambil menunggu Arunika.Mendadak suara ketukan pintu itu berhenti lima detik. Lelaki berhidung bangir itu menghela napas lega karena Melly sudah tidak ada dalam dugaannya. Namun, kembali terdengar suara ketukan pintu.Saking kesalnya Rino langsung membuka pintu dan lantang berkata, "Melly!!""Arunika, Mas. Bukan Melly," jawab Arunika sembari menatap sendu Rino."Sayang, kamu dari mana?" tanya Rino langsung merengkuh erat tubuh Arunika. Akan tetapi, lekas Arunika mengurai pelukan dari Rino.Wanita itu gontai berjalan melewati Rino dan hal itu membuat lelaki berkulit putih itu mengerutkan dahi. Bertanya-tanya. Baru saja Rino mau menguntit Arunika.Suara bariton membuat Rino langsung menoleh ke sumber suara."Lain kali kau jag
"Aku bisa menolongmu," sambung Talita tiba-tiba mendekati Rino."Kamu ada di sini?" tanya Rino terbelalak. Tidak menyangka bahwa Talita satu ruangan dengannya dan dia tidak tahu jika wanita itu ternyata berada di belakang punggung. Kursi Talita tepat di belakang.Jangan ditanya lagi. Pasti Talita mendengar perbincangan Tomi dan Rino."Sempit sekali dunia ini. Kita bisa berjumpa di sini. Tandanya jodoh," ucap Talita."Kamu nguntit?" Tomi melontarkan pertanyaan.Talita terkekeh kecil sambil mengibaskan rambutnya. "Kau percaya takdir. Kalau aku dan Rino adalah berjodoh."Lalu Rino memilih diam dan langsung berdiri. Langkahnya melebar beranjak pergi. Akan tetapi, suara Talita membuat lelaki jangkung itu menghentikan langkah."Aku punya lima miliar. Asal kamu mengikuti apa mauku!!"Namun, Rino tak menjawab apa-apa. Lantas dia berjalan meninggalkan Talita dan Tomi.**Menjelang sore. Rino baru sampai sudah d
"Kau sebut siapa? Namaku Arunika bukan Melly!" ketus Arunika sambil berjalan gontai dan menyeret koper."Tidaaakk, jangan pergi. Ini saya sedang mengubungi Melly berbicara dengannya," tukas Rino. Dia memegangi tangan Arunika, tetapi wanita itu lekas mengurai tangan Rino, hingga ponsel milik Rino jatuh terhempas ke lantai."Jangan ganggu aku!" pinta Arunika dengan nada tinggi.Lantas dia pun beranjak pergi meninggalkan Rino. Lelaki itu tertegun dan terhenyak melihat Arunika membawa mobil. Tatapan nanar Rino lambat-laun tenggelam dan bola matanya berkaca-kaca. Masalah semakin besar. Ditambah Melly yang kini menuntut tanggung jawab.*Suara sedu-sedan Arunika di dalam kamar hotel sementara waktu. Dia bingung entah harus pergi ke mana. Pikiran membungbung tinggi memikirkan kondisi Lisna. Sesuai perjanjiannya dengan Forguso, jika dia tak bisa bayar. Maka Arunika harus menjadi istri Forguso.Forguso memang tahu. Titik lemah Rino ada di Aruni
"Sudahlah ikut aku saja," ajak Forguso sambil menarik tangan Arunika."Forguso, jangan ikut campur urusan saya! Dia istri saya!" geram Rino."Bukan istri lagi. Aku pokoknya mau bercerai," tukas Arunika mengurai tangan Forguso. Dia berlari sekencang mungkin meninggalkan rumah Rino.Arunika tidak menyangka bahwa Rino benar-benar menghianatinya. Mobil taksi melintas. Dia pun memberhentikan mobil. Langsung Arunika masuk ke dalam dan menangis sesenggukan. Dia menyebutkan alamat hotelnya.Pikirannya mengawang menggiring kala malam hari. Dia pun menghubungi nomor Melly yang pernah memberitahu semuanya. Lolos kalimat demi kalimat yang dituturkan oleh Arunika, seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Melly. Kemudian dia pun segera meminta Melly menghampirinya.Mereka berdua melakukan kesepakatan. Melly pun datang ke kamar hotel Arunika."Jika Rino tergoda. Ambil dia untukmu, jika dia tak tergoda. Maka kamu harus berhenti jan
Di bawah rimbunnya pohon yang menjulang tinggi menjadi saksi bisu di mana sepasang suami istri itu duduk berdampingan. Ini sudah tiga hari pasca kejadian Arunika memergoki Rino.Hampir seperempat jam mereka berdua di sana. Si wanita meremas-remas surat putih itu. Tatapannya sayu melirik sekilas ke arah Rino."Kamu mau bercerai sama saya 'kan. Ini sudah saya permudah," ucap Rino membuka pembicaraan."Iya," jawab Arunika datar."Kamu sekarang bukan istri saya lagi.""Iya.""Maaf jika saya banyak salah dan juga kamu nggak usah memikirkan soal hutang lagi. Saya sudah membayarnya," cetus Rino. Lalu dia bangkit berdiri dan langkahnya gontai menuju mobil.Betapa terkejutnya Arunika saat melihat Lisna digendong oleh Tomi. Spontan wanita itu menghambur mendekati Lisna yang digendong oleh Tomi turun dari mobil Rino.
"Kamu tahu semuanya?" tanya Arunika parau sembari melihat Tomi yang sedang menyetir."Tahu apa?" Tomi mengerutkan dahi."Pernikahan Rino dan Talita. Kenapa ini tiba-tiba? Dan Rino punya uang dari mana untuk melunasi hutangku?" Todong Arunika menginginkan kebenaran.Tomi menggeleng pelan. Dia berpura-pura tak tahu apa-apa. Meskipun, didesak oleh Arunika.Arunika memejamkan mata sesaat sambil menggendong Lisna. Tidak terasa air mata pun luruh berderai berlomba-lomba menghiasi pipi. Lekas dia seka air mata itu. Kini hanya tinggal kenangan hidup bersama Rino.Sementara itu di lain tempat.Rino memunggungi Talita. Meskipun, wanita itu sudah memakai baju tidur sexi dan itu tidak membuat Rino bergairah."Rino, kamu sudah tidur?" bisik Talita menggoda."Saya capek.""Kamu tak mau malam pertama dulu?" tawar Talita sambil meremas punggung Rino, tangannya mulai memijat memberikan sentuhan lembut, lalu menjalar ke bagian depan inti