"Kau sebut siapa? Namaku Arunika bukan Melly!" ketus Arunika sambil berjalan gontai dan menyeret koper.
"Tidaaakk, jangan pergi. Ini saya sedang mengubungi Melly berbicara dengannya," tukas Rino. Dia memegangi tangan Arunika, tetapi wanita itu lekas mengurai tangan Rino, hingga ponsel milik Rino jatuh terhempas ke lantai.
"Jangan ganggu aku!" pinta Arunika dengan nada tinggi.
Lantas dia pun beranjak pergi meninggalkan Rino. Lelaki itu tertegun dan terhenyak melihat Arunika membawa mobil. Tatapan nanar Rino lambat-laun tenggelam dan bola matanya berkaca-kaca. Masalah semakin besar. Ditambah Melly yang kini menuntut tanggung jawab.
*
Suara sedu-sedan Arunika di dalam kamar hotel sementara waktu. Dia bingung entah harus pergi ke mana. Pikiran membungbung tinggi memikirkan kondisi Lisna. Sesuai perjanjiannya dengan Forguso, jika dia tak bisa bayar. Maka Arunika harus menjadi istri Forguso.
Forguso memang tahu. Titik lemah Rino ada di Aruni
"Sudahlah ikut aku saja," ajak Forguso sambil menarik tangan Arunika."Forguso, jangan ikut campur urusan saya! Dia istri saya!" geram Rino."Bukan istri lagi. Aku pokoknya mau bercerai," tukas Arunika mengurai tangan Forguso. Dia berlari sekencang mungkin meninggalkan rumah Rino.Arunika tidak menyangka bahwa Rino benar-benar menghianatinya. Mobil taksi melintas. Dia pun memberhentikan mobil. Langsung Arunika masuk ke dalam dan menangis sesenggukan. Dia menyebutkan alamat hotelnya.Pikirannya mengawang menggiring kala malam hari. Dia pun menghubungi nomor Melly yang pernah memberitahu semuanya. Lolos kalimat demi kalimat yang dituturkan oleh Arunika, seolah-olah dia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Melly. Kemudian dia pun segera meminta Melly menghampirinya.Mereka berdua melakukan kesepakatan. Melly pun datang ke kamar hotel Arunika."Jika Rino tergoda. Ambil dia untukmu, jika dia tak tergoda. Maka kamu harus berhenti jan
Di bawah rimbunnya pohon yang menjulang tinggi menjadi saksi bisu di mana sepasang suami istri itu duduk berdampingan. Ini sudah tiga hari pasca kejadian Arunika memergoki Rino.Hampir seperempat jam mereka berdua di sana. Si wanita meremas-remas surat putih itu. Tatapannya sayu melirik sekilas ke arah Rino."Kamu mau bercerai sama saya 'kan. Ini sudah saya permudah," ucap Rino membuka pembicaraan."Iya," jawab Arunika datar."Kamu sekarang bukan istri saya lagi.""Iya.""Maaf jika saya banyak salah dan juga kamu nggak usah memikirkan soal hutang lagi. Saya sudah membayarnya," cetus Rino. Lalu dia bangkit berdiri dan langkahnya gontai menuju mobil.Betapa terkejutnya Arunika saat melihat Lisna digendong oleh Tomi. Spontan wanita itu menghambur mendekati Lisna yang digendong oleh Tomi turun dari mobil Rino.
"Kamu tahu semuanya?" tanya Arunika parau sembari melihat Tomi yang sedang menyetir."Tahu apa?" Tomi mengerutkan dahi."Pernikahan Rino dan Talita. Kenapa ini tiba-tiba? Dan Rino punya uang dari mana untuk melunasi hutangku?" Todong Arunika menginginkan kebenaran.Tomi menggeleng pelan. Dia berpura-pura tak tahu apa-apa. Meskipun, didesak oleh Arunika.Arunika memejamkan mata sesaat sambil menggendong Lisna. Tidak terasa air mata pun luruh berderai berlomba-lomba menghiasi pipi. Lekas dia seka air mata itu. Kini hanya tinggal kenangan hidup bersama Rino.Sementara itu di lain tempat.Rino memunggungi Talita. Meskipun, wanita itu sudah memakai baju tidur sexi dan itu tidak membuat Rino bergairah."Rino, kamu sudah tidur?" bisik Talita menggoda."Saya capek.""Kamu tak mau malam pertama dulu?" tawar Talita sambil meremas punggung Rino, tangannya mulai memijat memberikan sentuhan lembut, lalu menjalar ke bagian depan inti
Brugh!Kepalan tangan membulat sempurna mendarat di pipi Rino. Lelaki itu karena tidak siap. Langsung terhuyung jatuh ke tanah. Dia pun memicingkan mata ke arah siluet lelaki itu yang berdiri tegak di depannya."Forguso! Mau kamu apa?!" bentak Rino sambil berdiri dan memegang pipinya yang terasa linu."Ini semua gara-gara kamu! Arunika pergi dari sini." Forguso geram sambil menyerang Rino dengan membabi-buta melayangkan tendangan dan pukulan.Lelaki jangkung itu pun menangkis serangan Forguso. "Saya sudah bayar hutang Arunika. Dan kamu nggak berhak memiliki dia atau menahannya ada di sini.""Egois, kamu sudah nyakitin dia dan nikah dengan Talita! Kamu memang pemarah hati yang ulung," ejek Forguso sambil menatap nyalang kepada Rino. Dia pun kembali menyerang.Di pinggir jalan dua lelaki itu bertengkar. Padahal Rino sedang mencari Arunika, dengan sekuat tenaga Rino mendorong tubuh Forguso.Forguso geram, dia merasa percuma berbica
"Forguso?! Ngapain di sini?" tanya Talita beringsut mundur."Tenang, aku hanya melihat keadaanmu saja."Kemudian Forguso berbalik badan dan beranjak keluar dari ruangan Talita. Hal ini membuat Talita bertanya-tanya. Apa yang terjadi sebenarnya? Tak biasanya Forguso bersikap ramah dan manis.Talita tertegun. Lalu dia memegang dadanya sendiri. "Sebenarnya ini milik siapa?" gumamnya lirih.Satu minggu kemudian. Wanita itu sudah merasa segar. Dia berniat mencari tahu tentang siapa yang telah mendonorkan jantung kepadanya. Talita sudah melepas infusannya. Sebenarnya dia sedih karena pasca di rumah sakit. Rino tak menemaninya sama sekali.Namun, Talita tetap semangat menjalani kehidupan karena dia ingin berterima kasih kepada keluarga yang telah memberikan kehidupan baru kepadanya.Talita berjalan di koridor rumah sakit. Dia berpapasan dengan Tomi dan Forguso. Ini sungguh pemandangan yang langka melihat dua lelaki itu berjalan beriringan.
Tiga hari kemudian. Dua insan manusia itu turun dari mobil. Talita tiap hari memaksa Forguso agar memberikan informasi di mana dia harus berterima kasih. Wanita itu pun mengernyitkan kedua alisnya saat dituntun oleh Forguso ke TPU.Talita masih diam membisu sejenak. Tidak banyak berkomentar, sehingga dia sampai di depan makam gundukan tanah merah yang masih segar bunga-bunga menghiasi di atas makam baru itu.Mata wanita itu membulat sempurna saat melihat tulisan nisan orang yang menolongnya. Dia melirik ke arah Forguso."Jangan bercanda, Forguso.""Aku tak bercanda. Dialah yang menolongmu," jawab Forguso tenang."Apa? Arunika. Jadi dia yang mau mendonorkan jantungnya kepadaku?" Talita terduduk luruh dan air matanya mengalir berlomba-lomba dari pelupuk matanya. Sungguh tidak menyangka bahwa wanita yang dia hancurkan rumah tangannya justru menyelamatkan hidupnya.Tangannya terulur mengusap nisan Arunika. Dia pun memeluk nisan itu. "Maafkanku,
Tiga tahun kemudian."Selamat datang, Bro!" sapa Tomi dan Forguso bersamaan. Mereka berdua menjemput Rino di bandara.Tiga sahabat itu kembali berkumpul bersama dan bercengkrama hangat. Lalu mereka berjalan beriringan keluar dari bandara memakai mobil Tomi."Bagaimana keadaanmu sekarang? Sudah membaik?" tanya Forguso."Baik sekali," jawab Rino mengulum senyum tipis. Dia seperti menemukan kehidupan baru. Selama tiga tahun ini, Rino tak mendapatkan gangguan dari Talita. Bahkan wanita itu hilang seperti ditelan bumi dan ini adalah berkah bagi Rino. Tanpa mau tahu asal penyebab Talita menghilang dari kehidupannya."Saya kangen rumah kakek," lanjutnya."Meluncur ke rumah," jawab Forguso.Tomi langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mereka bertiga berbincang hangat. Rino berdecak kagum dengan perubahan di Jakarta, ham
"Biar aku saja yang bicara dengan Rino," tukas Tomi sambil menarik tangan Rino. Lelaki itu pun mengernyitkan kedua alisnya."Sebenarnya kalian ada apa?""Rino, aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu.""Tapi, harusnya aku yang jelaskan," pungkas Talita.Namun, Forguso lekas mencengkram lengan Talita. Seakan melarang wanita itu.Rino pun digiring masuk ke ruang kerja, sedangkan Talita berdiri tak bergeming seraya menatap nanar manik mata Forguso."Kenapa kamu melarangku bicara dengan Rino?""Kalian tiga tahun tak berkomunikasi. Lalu tiba-tiba kamu bicara dengan Rino soal Arunika. Itu akan sangat memukul hatinya," jelas Forguso sambil melempar senyum."Baiklah, aku tunggu reaksi dia saja," sahut Talita melirik Lisna yang berdiri di sampingnya.Sementara itu di ruang kerja. Tomi menjelaskan semuanya tentang Arunika yang sudah meninggal kecuali tentang jantung Arunika yang ada di tubuh Talita.