Lelaki itu terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Dengan gemas Shilla mencubit paha pria tersebut membuat dia mengaduh. "Aww ... sakit tau, itu tangan kecil-kecil juga sakit banget kalau nyubit," seru lelaki itu."Biarin, lagian ditanya Kakak Ipar gue lo diem aja. Jawab napa!" omel Shilla.Lelaki itu hanya mendengkus, ia kesal dengan gadis yang selalu semena-mena ini. "Awas, lo itu selalu KDRT aja, pasti gak ada laki yang suka sama lo," sembur lelaki itu.Amel yang melihat pertengkaran kedua manusia ini hanya mengeryit bingung. "Kalian ini malah berantem, malu tau! Dilihatin banyak orang juga. Lagian kalian aneh, udah kaya orang saling kenal aja," cecar Amel.Shilla dan lelaki itu saling pandang. Mereka terdiam kala mendengar perkataan Amel. "Kalau kalian berantem, siapa yang mau jelasin," sembur Amel.Kini malah keduanya malah saling sikut. Membuat Amel hanya menggelengkan kepala dan memilih melahap makanan."Tuh, gara-gara lo temen gue marah," hardik Shilla.Amel melirik sekil
"Tapi gak sopan lah, Bos," seru Dimas. Amel menghela napas mendengar perkataan Dimas. Ia menatap malas lelaki itu. "Kalau diluar bicara formal apalagi di kantor laki gue, kalau cuma kita-kita aja ya gak usah lah. Gak nyaman gue," jelas Amel.Dimas mengangguk paham, mereka kini berjanji akan menjadi teman. "Gimana kakak ipar gue, baek bukan. Makanya jangan termakan sama gosip!" seru Shilla. Gadis itu sangat senang menggoda Dimas. "Udah deh, jangan mulai lagi. Mendingan kalian habisin itu makan, habis itu anterin kami pulang," ujar Amel. ***Waktu berputar begitu cepat, kini malam tiba. Jam tengah menunjuk angka sebelas. Raffa masih berkutak di meja kerjanya, ia sesekali melirik jam tangan melihat pukul berapa sekarang. "Akhh ... akhirnya selesai juga, pasti Amel menungguku," ujar Raffa. Lelaki itu lekas bangkit dari duduk dan mulai melangkah keluar. Ia berpamitan pada sekuriti dan mulai melajukan kendaraan roda empat miliknya."Tunggu aku, Sayang. Aku sangat merindukanmu," seru
Raffa terkejut mendengar teriakan sang istri, ia langsung membekam bibir wanita itu. Lalu menunduk agar wajah mereka sejajar. "Jangan teriak, nanti kalau Shilla denger pasti ke sini lho," ucap Raffa. Amel berusaha melepaskan bekaman sang suami. Tetapi masih tidak dilepaskan lelaki itu."Aku bakal lepasin kalau kamu gak teriak."Raffa memberikan syarat pada sang istri. Amel langsung mengangguk sebagai jawaban. "Mas ini, kok keluar cuma pake handuk aja sih," omel Amel. Perempuan itu menatap nyalang mata sang suami. Dengan gerakan kesal ia memukul lelaki tersebut tapi malah membuat handuk Raffa melorot."Mas!" pekik Amel. Raffa yang mendengar teriakan sang istri lagi ia langsung bergegas membelit handuk di pinggang. Dan berlari mengunci pintu kamar. Selang beberapa menit suara ketukan terdengar. Sepasang suami istri itu saling pandang. "Aku sudah bilang jangan teriak," tekan Raffa. Raffa bergegas mencari pakaian dan memakai dengan tergesa-gesa. Ia langsung membuka pintu dan menata
Kedua perempuan itu terkejut mendengar ucapan Raffa. Shilla langsung memegang bulu matanya dan berperaga seperti merapikan. "Ini lho, Ka. Kayanya ada bulu mataku yang copot deh," sahut Shilla. Sedangkan Amel, ia juga berusaha mengalihkan perhatian sang suami. "Mas, boleh ya kami ke kantormu." Amel mengedipkan mata dengan wajah memohon. Raffa terlihat menghela napas dan mengusap wajahnya."Ya udah boleh, tapi kalau kamu capek mendingan langsung pulang aja ya, kita." Amel mengangguk dengan semangat, membuat Raffa yang melihat itu mengulas senyum."Oh iya, hari ini biar aku yang jemput. Tapi nanti kalau aku sibuk, boleh ya si Dimas lagi yang jemput kamu," tutur Raffa.Amel hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia langsung mendaratkan kecupan di pipi pria itu lalu keluar dari mobil. Wanita tersebut mencari ke sekitar tidak menemukan adik iparnya.Wanita itu hanya mengangguk sebagai jawaban. Karena dia kini fokus melahap makan. Setelah sarapan, mereka diantar oleh Raffa. "Makasih, Ka. S
Gala yang sebenarnya tau semua itu karena memang memerintahkan salah satu siswa kelas ini untuk memberitahu apapun apa yang dilakukan Amel. Senyuman terukir di bibir pria tersebut, lalu ia masuk ke sana dan mendekati meja Amel. "Ada apa ini? Kenapa kalian di sini?" tanya Gala. Kedua wanita itu langsung menoleh sedangkan Amel hanya cuek. Perempuan tersebut memilih duduk di kursinya. "Ini lho, Gala. Dia gigit jari aku," adu cewek itu. Amel hanya melirik perempuan itu sekilas, lalu mulai mengeluarkan buku karena melirik jam sebentar lagi masuk. "Masa sih, Amel gigit jari lo. Pasti lo aja yang cari gara-gara sama dia," balas Gala. Lelaki itu mata kini memandang Amel yang sibuk dengan dirinya sendiri. Ia mengacuhkan mereka yang berada di dekatnya."Kalau lo pengen ngadu pergi sana! Bentar lagi kelas ini mulai," usir Amel. Dua senior perempuan itu melotot ke arah Amel. Sedangkan Gala hanya menyeringai. Ia menarik baju dua cewek teman sekelasnya ini dan menarik agar ikut keluar. "Lo
Diana menelepon seseorang, lalu mengulas seringai kala selesai berbincang. Ia tersenyum miring dan melangkah keluar, bergegas menuju kelas. "Lo ngapain aja sih, lama banget," bisik sang teman. Diana hanya menoleh melirik temannya lalu cuma ngeulas senyum. Sedangkan di kantor Raffa, ia masih menyuruh asistennya untuk mencari dalang dari gosip itu. Dia menggeram kesal karena belum menemukan yang membikin reputasi Amel jelek. "Kenapa lama banget! Bisa kerjanya lebih cepat," omel Raffa. Lelaki itu menatap asistennya yang menunduk. Raffa menghela napas lalu menerintahkan dia pergi. Tak lupa menyuruh membeli bahan bangunan untuk kediamannya."Ahh ... semoga istriku gak tau tentang gosip ini," gumam Raffa pelan.Dengan cepat ia mengerjapkan pekerjaan. Agar jika sang istri sudah berada di sini, Raffa tidak terlalu sibuk. Sesekali lelaki tersebut memijat kening dan terus melirik jam."Bos," panggil Asistennya. Terlihat lelaki itu meringis membuat Raffa mengeryitkan alis. Ia memandang taj
Siska melotot mendengar ucapan perempuan itu. "Jaga sikapmu, Erika! Kamu itu karyawan magang disini," tegur Siska. Erika hanya tersenyum miring mendengar itu. Tatapan perempuan itu semakin berani."Hahaha ... jaga sikap? lo kali yang jaga sikap. Lo cuma gantiin Kakak lo yang abis operasi. Nanti kalau dia udah sembuh total, lo bakal di tendang," cecar Erika.Siska mengepalkan tangan mendengar ucapan perempuan itu. Ia langsung menunjuk-nunjuk wajah Erika dan berlalu memilih pergi."Dasar," cibir Erika. Perempuan itu langsung duduk, ia dengan arogan mendaratkan bokong ke kursi. Sedangkan Siska, gadis tersebut menarik napas dan mengembuskan. Lalu senyuman terukir di bibir, kala mengeluarkan ponsel yang disembunyikan olehnya. "Kena kau," gumam Siska pelan. Dengan gerakan santai ia menyimpan rekaman suara itu. Lalu bergegas mengerjakan pekerjaan, dia langsung bergegas masuk ke ruangan miliknya. "Pasti Bos senang, nanti kasihnya kalau pekerjaan udah beres," ujar Siska. *** Kini Amel
"Apa lo budek ya! Gue udah bilang, kan. Amel itu udah jadi kakak ipar gue, apa lo masih belum paham," hardik gadis itu. Gala melotot ke arah Shilla, ia sangat kesal pada perempuan di hadapannya."Lepas tangan lo, gue gak mau kasar sama cewek!" tekan Gala."Lagian, gue denger kok. Terus kalau gue masih pengen ngejar Amel emang salah. Lagian walau mereka udah nikah kan masih bisa cerai, apalagi belum ada anak bukan," seru Gala.Amel langsung terdiam perkataan lelaki itu. Ia lekas bangkit meninggalkan makanan yang masih lumayan banyak. Wanita tersebut cepat mendekati sang adik ipar. "Shilla, tolong bayarin bakso gue ya. Gue udah gak mood buat makan," ucap Amel.Gala yang mendengar itu berbinar. "Biar gue aja yang bayar," celetuk Gala. Amel langsung melirik dingin Gala. Membuat lelaki itu terdiam, merasakan hawa dingin dari tatapan wanita tersebut."Gue gak minta ke elo, tapi ke adik ipar gue." Perempuan itu berkata dengan nada sedikit tingkah. Lalu ia pergi meninggalkan mereka. "Ah
Beberapa bulan kemudian ...Besok memasuki empat puluh minggu kehamilan Amel. Wanita itu kini mulai kesulitan berjalan, karena perutnya yang lumayan besar. Karena hamil anak kembar, semua belum mengetahui. Hanya Raffa, Amel dan dokter yang memeriksa perempuan tersebut."Kapan yang anak kita lauching, kok belum ada tanda-tanda ya," ucap Amel sendu.Raffa yang mendengar itu mendekati istrinya di sofa. Kini keduanya tengah di ruang kerja lelaki tersebut. Karena Amel memaksa ikut ke kantor."Sabar aja, kalau udah waktunya mereka bakal meluncur kok, mungkin sekarang belum waktunya. Sabar aja, hplnya juga kan besok. Lagian kalau pas hpl belum lahiran kan itu cuma pekiraan manusia aja, nanti kalau udah waktunya kita bakal ngeliat mereka kok. Sekarang kamu berdoa aja, agar lahiran lancar dan sehat buat kalian," tutur lelaki itu.Amel mengulas senyum mendengar hal itu. Ia mengangguk kepala lalu menyandarkan kepalanya pada bahu sang suami."Mas, aku sekarang gendut. Jangan bosen pandangan aku y
Suasana malam kini sangat ramai, yang biasanya hanya suara Amel dan Raffa. Sekarang banyak orang yang berbicara. Shilla langsung menarik Raffa yang terus disamping istrinya."Gantian lah, Ka! Shilla juga pengen elus perut Amel. Pengen nyapa calon keponakan," seru perempuan itu. Raffa hanya menghela napas, lalu mengangguk. Ia pergi ke dapur untuk menyeduhkan susu Ibu hamil. Wulan yang lewat di sana langsung mendekat dan menepuk pundak anaknya. "Allhamdulilah, kamu jadi suami siaga. Mama bangga sama kamu," tutur Wulan. Lelaki itu menoleh dan mengusap senyum, ia berbalik dan memeluk wanita yang melahirkannya. "Makasih, Mah. Kamu udah melamarkan Amel menjadi istriku, Raffa sangat bahagia," ujar lelaki itu.Wulan mengangguk, wanita itu membalas dekapan anaknya. Lalu menepuk punggung lelaki tersebut, mereka langsung melepaskan pelukkan."Kamu harus kurangi porsi kerjamu, jangan terlalu sibuk. Amel sekarang sangat butuh perhatian dan bantuan kamu, apalagi nanti setelah lahiran," tegur Wu
Amel membulatkan mata, ia hendak menyerang perempuan itu tapi ditahan Raffa. "Udah, Sayang. Gak perlu urusin orang ginian, biar aku saja. Nanti calon anak kita kenapa-napa lagi," kata lelaki itu.Cewek itu terkekeh, ia bersidekap memandang mereka. Dengan lancarnya ia menghina Amel. "Haduh ... ternyata lo simpenan sugar dady ya, wah ... keliatannya aja polos ternyata," ucapannya terhenti kala karyawan lagi menarik lengannya."Diam! Udah lo gak perlu ngebacot lagi bisa gak."Wanita itu hanya memanyunkan bibirnya, ia memandang lawan jenis yang menatap berang. Sedangkan Raffa langsung merogoh saku, dan memperlihatkan pada perempuan tersebut. "Ini bukti kami udah menikah tahun lalu, jadi ucapan lo itu salah!" sinis Raffa.Suara dingin lelaki itu membuat perempuan tersebut bergidik ngeri. Ia bungkam saat disodorkan bukti oleh Raffa, sedangkan Amel tersenyum sinis. "Amit-amit jabang bayi, jangan sampe anak gue miring sama Tante nyebelin ini," kata Amel.Wanita itu melotot mendengar ucapa
Raffa sampai menjauhkan handphone dari kuping. Karena suara Sekar yang menggelegar, Amel melihat hal tersebut hanya meringis. Raffa menghela napas lalu menempelkan benda itu ke telinga kembali."Kami mau berbagi sedikit buat anak panti Bu. Raffa punya omongan soalnya," jelas Raffa.Sekar terdiam beberapa menit, karena ternyata Raffa yang memegang ponsel tersebut. Lelaki itu menegur dan bicara kalau ia tengah menyetir. "Apa ada pertanyaan lagi, Bu. Raffa lagi nyetir soalnya. Palingan kami menginap lusa ya," ucap lelaki itu.Wanita itu menggeleng lalu memukul keningnya sendiri. Karena sadar jika sang menantu tidak bisa melihat gelengannya. "Enggak, Raf. Boleh handphonenya kasih ke Amel. Ibu mau kasih wejangan buat dia," balas Sekar.Pria tersebut langsung memberikan pada istrinya, lalu Amel dan sang Ibu sangat lama berbincang. Bahkan dia mengerucutkan bibir karena banyak sekali pantangan yang diberikan oleh Sekar."Udah jangan cemberut gitu, Ibu ngebilangi gitu karena sayang sama kamu
Kala tersadar dengan ucapan, Amel langsung mendorong sang suami agar menjauh. Sedangkan Raffa terkekeh mendengar hal tersebut, kini lelaki itu menaik turunkan alis. "Apaan sih, Mas! Genit banget deh, aku tadi lagi ngimpi eh pas buka tidur ternyata ikut ngomong gitu. Gak usah geer deh," papar Amel. Raffa hanya mengangguk kepala tanda mengiyakan tetapi, wajahnya masih saja menggoda. Wanita itu jadi salah tinggal dengan tatapan sang suami, ia mengadahkan tangan. "Mana bubur kacang milikku, kan aku tadi nyuruh beliin terus baru bangunin. Berarti Mas udah beliin dong," pinta perempuan tersebut.Dia langsung memberikan bubur kacang tersebut, Amel menerima dengan senyum sumringah. Ia segera mengambil wadah plastik dan sendok, wanita itu menuangkan ke mangkuk. "Ah ... wanginya menggoda," pekiknya. Sang suami mengulas senyuman memandang Amel, ia terus menatap wanita itu. Membuat perempuan tersebut memalingkan wajah karena salah tingkah."Kamu ini kenapa sih! Lihatin aku terus. Mendingan
Lelaki itu menggeleng mendengar ucapan Amel, membuat wanita tersebut mengeryitkan alis bingung."Terus kamu kenapa natap aku sampe segitunya," sungut perempuan itu. Raffa memegang dagu lalu tangannya mengelus-elus jengot pendek."Katamu hamil kebo, kenapa kamu gak mirip kebo. Aku lagi nyari kemiripan itu dari kamu," jawab Raffa. Mata wanita itu melotot mendengar jawaban sang suami, ia langsung melemparkan tas. Beruntung lelaki tersebut tangkap, Amel bersidekap dan mendengkus kesal. "Punya laki gini amat, maksudnya ... ah sudahlah, kamu juga gak bakal ngerti! Aku udah gak mood buat makan," geram Amel. Perempuan tersebut bangkit lalu mendekati suaminya dan merebut tas yang tadi dilempar. Kala hendak pergi, tangan dicekal oleh Raffa."Kamu harus sarapan, ayo cepat duduk!" perintah lelaki itu. Amel menggeleng menolak perintah suaminya. Ia menarik tangan yang digenggam Raffa, dia langsung bersidekap. "Udah gak berselera lagi makan ini, aku mau bubur kacang ijo Mang Mamat," lontar san
Wulan dan Sekar dijemput Shilla, perempuan itu sangat senang saat ngetahui ia akan mempunyai keponakan. Kini hanya tinggal mereka, keduanya berbaring di kasur. Raffa mengusap lembut rambut Amel. "Sayang ... maaf ya, acaranya jadi berantakan gara-gara aku pingsan," tutur perempuan itu. Lelaki itu menggeleng lalu membenarkan posisi tiduran sang istri. Ia kini mendekap wanita tersebut, lalu mendaratkan kecupan di pipi Amel. "Gak papa, mereka nanti pasti paham kok. Udah gak usah pikirin apapun yang buat kamu stress, hayu ... mendingan sekarang tidur," ujar lelaki itu. Dia menuruti ucapan suaminya, ia membenarkan posisi tidur agar berhadapan lelaki itu. Lalu menyusupkan wajah ke dada bidang Raffa. Tak lama suara dengkuran terdengar, membuat Raffa mengulas senyum."Kayanya kamu capek banget ya, Sayang," bisik lelaki itu. "Makasih kamu udah mau jadi istri aku, aku sayang banget sama kamu."Setelah mengatakan demikian, lelaki itu ikut terlelap. Waktu pagi tiba, Amel dengan semangat memba
"Kenapa sekarang gak nyoba di cek, kali aja sesuatu harapan. Yang penting kalian sudah berusaha kan, kalau belum waktunya gak papa, kalian bisa terus berdua dan meminta pada sang maha kuasa," lontar dokter tersebut."Aku bawa nih, aku juga lagi mau nyecek, tapi di telepon Nyonya Wulan jadi ke sini dibawa-bawa deh," lanjutnya. Semua langsung memandang Amel, mereka mengangguk menyakinkan wanita itu. "Ya udah," kata Amel pelan. Mereka langsung tersenyum, dokter itu segera merogoh tespack dan memberikan pada Amel. "Ayo bantu Amel, ke kamar mandi, Raf. Kenapa malah diem aja," cecar Wulan. Mendengar perintah Mamanya, lelaki itu langsung mengangguk. Lalu membantu memapah sang istri menuju bilik mandi. Kala sampai dia disuruh keluar oleh Amel. Dia mengangguk paham dan memegang bahu wanita tersebut terlebih dulu. "Kalau hasilnya negatif gak papa, kok. Jangan sedih, kalau udah waktunya di kasih kok," tutur sang suami. Amel mengangguk kepala, Raffa langsung mengelus sayang puncuk kepala s
"Yang!" Raffa memekik, ia menepuk pipi sang istri. Semua orang sangat terkejut, mereka langsung mengerumi Amel. Wulan melihat menantu seperti ini, ia segera menyuruh Raffa membawa ke kamar dan dia menelepon dokter pribadi. "Makasih, Mah. Raffa bawa Amel ke kamar dulu," ucap lelaki itu gemetar.Lelaki itu sangat ketakutan, dia tergesa-gesa membawa istrinya. Sedangkan Sekar segera menyusul menantu dan anaknya. Kala sampai di pintu kamar, ibu mertua pria tersebut membantu untuk membuka benda tersebut. "Ayo cepat letakan hati-hati di kasur, Raf," perintah Sekar. Raffa mengangguk, ia dengan perlahan membaringkan sang istri ke kasur. Lalu Sekar segera menyelimuti perempuan itu, ia ikut naik ke ranjang dan membelai sayang kening anaknya. "Raf, ada minyak kayu putih gak?" tanya Sekar. Lelaki itu terdiam, lalu mengangguk dan segera mencari benda tersebut. Setelah ketemu, dia memberikan pada Sekar. "Ayo Nak, bangun! Jangan buat kami cemas," ujar wanita itu. Aroma minyak kayu putih, memb