“Ada di perpus. Insiden kecil terjadi di sana.” Aku tersenyum, entah untuk alasan apa. Lelaki ini kini menatapku curiga, dengan sejuta tanya tersirat di matanya. Semoga Devan tidak bilang jika aku bersamanya. Aku tidak tahu, kenapa ada rasa takut jika Davin mengetahui alasan aku menghilang kemanrin. Padahal, Davin bukan siapa pun bagiku, kecuali seseorang yang menguasai pikiran batinku saat ini.
***Meyyis***
POV SHASHA
Kami sudah selesai memakan bubur ayam itu. Sebenarnya, aku pingin membayar, tapi dia buru-buru menyelonongkan uang kea bang penjual.
“Tunggu aku, ya?” Davin tersenyum dan pergi dari taman itu. Dia terlihat sedikit tergesa-gesa meninggalkan taman itu. Aku tersenyum, lebih baik memainkan ponsel dari pada suntuk. Tidak berapa lama, ada yang datang. Aku mengira dia Davin. Namun setelah diteliti, dia adalah Devan.
“Ngapain kamu?” Aku berbalik, bermaksud
“Pagi.” Aku membelalakkan mata, Devan kirim pesan padaku? Dari mana juga dia tahu nomor ponselku? Aku tidak membalas.“Kenapa hanya dibaca? Masih ngambek? Pasti baru bangun tidur, ya? Kelihatan dari sini.” Ini orang sotoy banget. Demi Tuhan, dia memang akar masalah dari masalah apa pun. selalu membuat aku jadi pingin, ihhhh.POV SHASHAAku masuk ke kales, dan kali ini sudah terlambat sekitar tiga menit. Guru killer,
“Apa yang kamu tertawakan?” ucap dia.“Tidak ada, apakah kalian ….”“Apa maksudmu? Yang ada dia menyusahkanku. Nggak bisa menata buku, alhasil aku semua dan dia? Dia hanya ngomel mirip burung ciblek.” Davin tertawa lagi. Aku baru melihat dia tertawa begitu. Terlihat sangat tampan.POV SHASHAAku melihat Davin ikut tertawa. Kata teman-teman, dia sangat jarang tertawa. Tapi kenapa sangat mudah membuatnya tertawa. Plis dong, jangan buat aku kegeeran seperti ini. Apakah aku termasuk orang yang special untuknya? Entahlah, yang pasti aku merasakan hal yang berbeda jika bersamanya. Tapi, tentu saja tidak berani untuk muluk-muluk sampai menginginkannya. Biarkan saja, rasa ini hanya mengendap. Karena aku takut, saat dia tahu aku menyukainya, akan ada yang berubah.“Kenapa memandangku begitu? Ada yang aneh? Di makan jangan hanya
“Tapi, Sha, kamu kenapa sangat baik, sih? Orang macam dia itu tidak pantas dikasih hati.” Aku hanya tersenyum melihat dia begitu.***Meyyis***POV DEVANTidak tahu kenapa? Dari sekian banyak cewek, aku hanya menginginkan Shasha. Padahal dia jelas-jelas cewek super jutek. Tapi, setiap kali dia marah, aku malah merasa senang. Hatiku berkata, marahnya memang karena peduli.“Lo kesambet? Sejak kapan jadi melo begitu.” Zefan mendekatiku. Zefan adalah sahabat kami. Sebenarnya, awalnya papa dan papanya Zefan yang bersahabat. Tapi menurun ke kami.“Fan, kalau lo pingin terus deket sama cewek itu, pingin ngelindungi dia, tapi lo jugtru senang kalau dia jutek gitu, artinya kenapa?” Zefan malah tertawa mendengar penuturanku. Sialan dia. Aku ngomong serius malah dianggap bercanda.“Lo mau mati, ngetawain gue?” Zefan memeper
“Heh, bukankah kamu ke UKS? Kenapa masih nongkrong di sini?” Zefan ngapain? Ganggu lamunan gue saja.“Gue lagi melihat pemandangan indah, kalau di UKS terus, malah tambah sakit.” Zefan kebingungan. Dia melihat kanan kiri, mungkin dia bertanya-tanya, apakah pemandangan indah itu? Bodo amat! Dia mengacaukannya. Shasha sudah pergi. Ck, dasar!Aku mengikuti Langkah dia. Dia mau ke perpus? Ngapain? Sepertinya memang aku tidak salah memilihnya. Dia gadis yang pekerja keras dan sangat peduli dengan membaca. Itu artinya, dia gadis yang pintar. Aku masuk menyelinap di belakangnya. Dia mengambil sebuah buku yang menurutku sangat bagus. Ilmu Alam? Dia menyukai itu.“Ehem! Ada tugas dari guru?” Dia menoleh. Ya Tuhan, matanya sangat tajam melebihi silet. Boleh nggak mata indah itu sedikit teduh untukku? Aku tersenyum kepadanya. Jangankan membalas, dia malah pergi meninggalkanku. Ya Tuha
Mencari arah sumber suara. Shasha? Kenapa dia? Sepertinya aku kenal melodi itu? Melodi music klasik? Tapi apa, ya? Melodi ini sangat sedih dan menyayat hati. Apa sebenarnya yang terjadi dengan dia? aku seperti ingin ikut masuk dalam kehidupannya. Rasa sakit ini, aku ingin ikut merasakannya, jika ternyata memang benar ungkapan hatinya. Dia menangis? Aku ingin memeluk dan menenangkannya. Tapi … nanti dia malah tambah bad mood lihat aku.***Meyyis***POV SHASHAAku sangat tidak mood hari ini untuk sekolah. Lebih baik ke ruang baca saja. Di sana, bis abaca atau tidur. Saat jam pulang, bisa ikutan pulang. Kenapa selalu ada Devan? Bikin tambah kacau saja. Cowok satu itu selalu membuatku kesal. Aku sudah melihat dia dari jauh, pasti akan mendekatiku.“Ehem! Ada tugas dari guru?” Sok tahu. Aku tidak menanggapi. Hanya menatapnya saja. Bisakah dia mengartikan tatapanku? Kenapa masih saja berada di d
POV DEVANAku tahu emosi Shasha sangat tidak menentu. Dia menggesek biolanya sangat keras sehingga dawainya sampai putus. Kalau gadis lain, mungkin akan menjerit karena jemarinya terluka. Tapi tidak dengan Shasha. Dia hanya meringis sedikit. Aku akan mendekatinya, tapi terlambat. Davin sudah mendekat terlebih dahulu. Sukurlah, lebih baik aku pergi saja.“Hati-hati!” Davin memegang tangannya dan memasukkannya ke mulut. Dadaku semakin bergejolak. Apakah aku cemburu? Tapi Davin memang akrab dengan Shasha dari pertama kali dia datang. Selakanya, Davin belum pernah akrab dengan wanita mana pun. Apakah dia jatuh cinta dengan Shasha? Kalau iya, apakah aku dan dia memang memiliki selera yang sama? Sepertinya, perlu melakukan wawancara kecil.Aku ke belakang sekolah saja. Sepertinya, aliran sungai yang airnya mulai keruh itu, cukup membuatku tenang sejenak. Bayangan Davin dan Shasha terus saja tidak mau lepas dari pik
“Ma, bagaimana papa?” tanyaku.“Sudah lebih baik. Papa mengalami serangan jantung mendadak.” Aku mengerutkan kening. Papa tidak pernah mengeluh apa pun, selain itu dia menerapkan gaya hidup sehat. Pasti ada yang tidak beres.***Meyyis***POV DavinAku mencari Shasha kemana-mana tapi tidak ketemu. Bahkan kata teman satu kelasnya, dia tidak masuk kelas seharian ini. Biasanya, Shasha lebih suka ngadem di perpus sambil baca buku. Ke perpus, tidak ada. Kemana sebenarnya dia. Saat melewati ruang musik, pintu terbuka sedikit. Siapa yang ceroboh membuka ruang musik? Aku membukanya. Membelalakan mata, ketika menyadari ada Shasha yang terluka karena dawai biola. Sebenarnya kenapa bisa terluka? Dawai biola jarang melukai pemakainya.“Hati-hati!” Aku panik. Langsung memasukkan jari yang terluka ke mulut tanpa persetujuannya. Tapi, ini sangat berbahaya, jik
Aku lihat, mama tidak nafsu makan. Sebaiknya, aku menyuapinya sama ketika ada papa. Saat mama mulai malas makan, lelaki dewasa itu akan memanjakannya. “Ah, mama bisa makan sendiri.” Aku menggeleng.“Biarkan lelakimu ini menyuapimu.” Aku menirukan gaya papa. Mata mama berembun.“Kau ini, jangan merayu mama. Kamu sendiri, makanlah!” Eliana menyuapi Davin. Mereka makan saling menyuapi.“Ma, jangan khawatir. Papa tidak akan bermasalah. Bukankah dia lelakimu yang sangat kuat? Om Irwan pasti akan mencarikan cara.” Eliana mengangguk.“Sekarang mama tidur. Davin mau mengerjakan tugsa sekolah. Bukankah putra kembar mama ini harus mengerjakan dua?” Eliana mengelus puncak kepala Davin.“Ya sudah, terima kasih, Sayang.” Davin mengangguk. Dia mengerjakan pekerjaan rumah miliknya, juga milik Devan. Untuk gambar flip-flop y
“Lihatlah Davin melongo,” bisik Rania. Apa ada yang salah? Apakah dia tahu jika belakang gaun ini terdapat banyak peneliti aku tiba-tiba tidak percaya diri.POV Davin“Ada apa?” tanyaku. Penasaran masih juga menggerayangi jiwaku. Aku tahu kekasihku itu hanya meggodaku. Ia memang membuat aku sangat gemas kepadanya. “Dilarang bertanya,” katanya. “Biar aku yang menyetir. Matamu begitu merah, kamu boleh tidur,” ucapnya. Aku tahu ia adalah kekasihku yang super pengertian. Jika tidak begitu, mana mungkin aku tergila-gila padanya. Biar aku lihat lagi, ada apa sebenarnya di matanya? Ia selalu membuatku tidak dapat berpaling darinya.“Tidak,” ucapku. Aku laki-laki, kalau hanya bertahan sebenatar sampai kantor, masa tidak bisa? Ah, Dia keras kepala. Punggungku didorong ke arah kursi penumpang di samping kemudi. Setelah itu ia segera berlari memutar untuk masuk ke ruang kemudi.“Hari ini aku yang akan menjadi sopirmu. Itu kejutan pertamanya.” Ia tersenyum sambil mengenakan sabuk pengaman. Bib
“Maafkan aku, Cinta. Ini yang aku takutkan. Aku lelaki dewasa dan membutuhkan ini.” Aku kembali membungkus tubuhnya dengan selimut walau sejujurnya aku ingin melanjutkan. “Kuharap kamu mengerti. Tolong ….” Aku pergi meninggalkannya yang meringkuk di dalam selimut.***Meyyis***POV Shasha Jam dinding berbentuk kepala kelinci sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi aku segera bersih-bersih untuk melaksanakan salat malam yang tinggal beberapa menit lagi waktunya, menuju ke subuh. Setelah salat malam dan sedikit dzikir mulai terdengar suara azan. Aku melaksanakan salat dua rakaat dan keluar dari kamar untuk sekedar olahraga pagi. Davin sudah siap di taman belakang, melakukan pemanasan tanpa banyak bicara. Aku menyusulnya dan melakukan pemanasan juga. “Mau cobain kita jogging di trek taman depan?” tanyanya.“Yuk, aku ingin membeli sarapan,” ucapku.“Pingin sarapan apa?” tanyanya. “Bubur ayam di tepian itu sepertinya enak.” Davin mengangguk.“Baiklah, sebentar aku ambil dompet dulu.” Lelakiku
“Kamu sangat … please jangan seperti ini. Aku bisa mati penasaran.” Aku menggoyangkan telunjukku tanda memberinya kode bahwa dia tidak akan mendapatkan jawabannya sekarang. Ia terlihat kesal, akan tetapi menurut. Sebenarnya, aku sedikit merasa kasihan tetapi juga merasa senang, bisa sekali-kali ngerjain dia.***Meyyis***POV DAVINSetelah pesta usai, kami tentu pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Sasha membuatku jengkel. Apa ia sudah tidak cinta lagi? sepertinya berubah, hal itu menjadi sering uring-uringan karena takut kehilangan dia. Leboh baik aku menghindar saja, biar ia merasa. Kalau tidak merasa juga, berarti memang sudah tidak mencintaiku. Apakah ada orang lain? Tidak mungkin … ia mencintaiku. Aku menghempaskan pikiran jahat yang menguasaiku.Dia memegang tangan, aku tahu itu trik untuk mengelabuhi, lebih baik aku menghempaskan tangannya saja. Tapi aku rindu memeluk tubuhnya, harum tubuhnya terutama bibirnya yang membuatku mabuk
“Kamu mau mengatakannya atau mendapatkan hukuman dariku.” Davin akan menciumku kembali, akan tetapi aku dorong. “Tidak malam ini. Aku tidak akan mengalah padamu. Kalau kamu memberi hukuman, berarti tidak akan aku beritahu apa yang aku persiapkan.” Aku tahu ia sangat kesal. Biarkan saja.***Meyyis***POV Shasha“Kamu memang benar-benar,” tutur Davin. Ia merasa sangat kesal dengan sang keksih, tapi juga gemas.“Oke, kali ini kamu harus kalah, dan harus mengalah aku ….” Kedua lengaku, lepas dari leher Davin, dan berhasil kabur darinya. “Biarkan saja ia kesal. Makanya jadi orang jangan suka ngambil kesimpulan cepat.” Aku menutup pintu kamar dan menguncinya. Suara tutukan sepatu terdengar menjauh dari kamarku. Aku yakin lelakiku itu akan berpikir sepanjang malam dan tidak bisa tidur. Biarkan saja, aku sangat suka menggodanya seperti itu.Esok hari, telah tiba sebelum ayam berkokok. Davin sudah mengetuk pintu kamarku. Aku yang baru saja bangun tidur bahkan belum sempat mencuci wajah, m
Tepuk tangan menggema di taman itu. Setelah sesi tukar cincin, maka selanjutnya mereka berjalan turun dari pelaminan untuk menemui tamu. Aku sudah siap dengan keranjang kalau mawar untuk ditaburi sepanjang jalan. Sampai di ujung karpet, Elsa melempar buket bunga. Kami berdesakan agar mendapatkan buket itu.***Meyyis***POV ShashaSetelah pesta berlangsung aku dan Davin pulang ke Indonesia. Kami beraktifitas seperti biasanya, akan tetapi akhir-akhir ini Davin menjadi sering uring-uringan. Aku tidak tahu kenapa? Bahkan hari ini dia dua kali marah. Davin memang berbeda dengan orang lain, dia kalau marah lebih suka diam. Ditanya diam dan menghindar. Aku mengingat-ingat salah apa hari ini, tetapi tidak juga menemukan kesalahanku. Kami sudah memasuki mobil untuk pulang ke rumah. Aku bermaksud untuk mengajaknya bicara sekarang, karena kami dalam wilayah santai sehingga akan sangat mudah berbicara dengannya.Aku memegang tangannya, akan tetapi Davin menghempaskan tanganku. Aku memilih untuk t
Aku tahu papa juga terharu melihat putri pertamanya sudah melangkah ke jenjang selanjutnya. Meskipun Papa menginginkan ini, aku yakin sebagai seorang ayah lelaki itu merasa dirampok ketika putrinya akan dinikahi oleh lelaki mana pun. Bisa dibilang, hati dan cintanya akan direbut oleh lelaki lain walaupun dalam konotasi yang berbeda.***Meyyis***POV ShashaPapa adalah orang Jawa tulen. Meskipun sekarang berada di Singapura, ia menghendaki suara gamelan, alih-alih lagu romantic. Maka saat Elsa keluar, walaupun menggunakan gaun bertema internasional, akan tetapi suara gamelan mulai terdengar. Hatiku ikut merasa tersenyum mendengar suara music pentatonic itu. Betapa indahnya, sebuah musik yang menjadi ciri khas Nusantara tersebut yang telah mengakar pada budaya kita.Aku menjadi pengiring pengantin mengikuti langkah pengantin dari belakang. Setelah sampai ke pelaminan, Papa menyerahkan tangan pada Arya yang sudah berdiri di atas pelaminan dengan jas putih yang menawan. Rambutnya tertata
“Aku bawa ke rumah Davin. Di rumahnya akan banyak kesedihan jika ia melihat kamar mama.” Aku tahu karena kekasihku itu sudah bicara sebelumnya. Aku tersenyum dengan interaksi kedua orang itu. Setelah mengetahui yang dibicarakan Arya, aku memilih hengkang dari tempatku mengintip.***Meyyis***POV ShashaIni adalah pernikahan yang diimpikan oleh Elsa setelah banyak rintangan dengan Arya. Hari ini saatnya kedua sejoli itu melangkah ke jenjang selanjutnya, mengikat janji suci dalam ikatan pernikahan. Bunga-bunga bernuansa putih sudah menghiasi nuansa taman golf tersebut.Pernikahannya dilakukan di Singapura karena mama dan papa berada di sini. Wanita yang menjadi kakakku dari ibu yang berbeda itu, kini sudah mengenakan gaun putih dengan hiasan kepala yang menjuntai. Dia sangat cantik dan menawan. Lekuk tubuhnya yang indah, tinggi badannya yang menjulang dan semampai membuatnya bak model.“Kak, kamu sangat cantik.” Aku memandang lekat ke mata indah kakakku itu. “Benarkah? Aku masih tidak
Aku ke dapur untuk membuat yang kupikirkan itu. Setelah dua sendok sereal masuk ke gelas, dua sendok susu coklat masuk juga. Air panas segera meluncur untuk menyatukan keduanya. Aroma khas coklat semakin memperparah rasa laparku. Aku mulai meniup makanan itu, menyendoknya mengarahkan ke mulut. Hmmm … ini lebih nikmat. Sesuap demi suap makanan itu tandas meluncur ke perutku. Ini lebih dari cukup.***Meyyis***POV DAVINTeleponku berbunyi. Aku tersenyum saat di layar terlihat Sayangku memanggil. Langsung saja tombol terima aku usap.“Iya, Sayang.” Sapaan terakhir tidak akan pernah lupa agar wanitaku itu merasakan bahwa aku memang sangat menggilainya.“Bagaimana korbannya?” tanyanya. Aku tahu, hanya alasan saja bertanya tentang korban kecelakaan yang sedang kami urus. Akan tetapi aku paham bahwa sebenarnya ia sangat ingin bersamaku.“Kamu kangen sama aku?” Langsung saja aku tembak dengan perkataan begitu agar ia makin berbunga-bunga. Aku yakin saat ini perutnya penuh dengan taman bunga y
“Aku melihat korban penuh darah, Sha. Bagaimana keadaannya. Ia kasihan banget. Seandainya kita satu mobil saat itu, Arya akan lebih tenang memandangku. Aku yang salah.” Aku ingin tertawa rasanya. Bagaimana bisa Arya menyetir sambil memandang Elsa. Pantas saja kecelakaan.***Meyyis***POV Shasha“Kamu kok malah ketawa?” Elsa menghapus air matanya.“Maaf … aku tertawa karena itu lucu, Kak. Arya benar-benar mencintaimu. Aku akan cari tahu untukmu bagaimana keadaan dari korban.” Aku mengelus pundak Elsa. Setelahnya, menelepon Davin untuk mengetahui keadaan sang korban.“Iya, Sayang.” Suara Davin memang selalu bikin baper.“Bagaimana korbannya?” tanyaku.“Kamu kangen sama aku?” ‘Kan? Dia memang selalu begitu. Tapi … sebenarnya kangen juga, sih?“Jangan mengalihkan perhatian. Bagaimana keadaannya. Elsa masih ketakutan.” Davin terdengar tertawa sedikit.“Dia sudah ditangani. Bilang sama kakakmu tenang saja. Arya sedang diintrogasi. Tim legal dari kantornya juga sudah datang untuk membebaska