“Duduk, kamu nanti malam ngeset makan malam romantis untuk klien. Dia meminta yang spesial.” Aku beranikan diri memandang lurus kea rah wajah Pak Bryan.
“Ada permintaan khusus seperti apa?” Pak Bryan menggeleng.
“Tidak ada, hanya dia meminta yang romantis dan perfek. Sang wanita suka bunga mawar putih.” Aku mengerti, pamit untuk segera mempersiapkan.
***Meyyis***
POV SHASHA
Bunga mawar putih identik dengan kakaknya Elsa. Sungguh ada ketidaksukaan pada bunga cantik itu. Namun ini sebuah pekerjaan yang harus dilakukan olehnya. Shasha menyetarter motornya
menuju ke toko bunga langganan restoran.
“Paman Rano.” Seperti biasa langsung ke belakang.
“Anak gadis teriak-teriak? Ada apa? Butuh bunga apa?” Shasha nyengir saja.
“Gio mana?
“Tidak, Nak. Dia kakakmu, kalau mama membantah ucapnnya, malah akan terkesan yang dikatakan benar. Kamu tidak penaasaran kisah mama dan papa Aji?” Shasha menggeleng. Aku percaya mama dan fakta. Papa bercerai dua tahun sebelum kalian menikah. Jadi secara logika tidak mungkin.”“Terima kasih, sudah percaya.” Shasha mengusap air matanya, saat kembali ke dalam kehidupan yang sebenarnya. Dia hampir menabrak pohon karena tidak fokus.***Meyyis***POV SHASHASeperti perintah Pak Bos, aku harus mendekor ruangan tersebut untuk acara candle dinner. Aku tersenyum kecut, melihat dekorasi yang sudah jadi. Orang lain, untuk makan saja setengah mati. Hanya untuk pasangannya yang nantinya dibuang, seseorang merogoh kocek demikian dalam. Paket candle dinner seperti itu tidak murah. Paling murah lima juta, itu juga tidak menggunakan privat. Ini, mereka menyewa seluruh area restoran untuk
“Tidak, pemborosan. Menurutku romantis tidak harus mewah dan bunga. Kebersamaan, selalu meluangkan waktu, makan bareng, saling mengerti, lebih dari kata romantis candle dinner. Satu set candle dinner sepuluh jutaan, kalau buat beli nasi bungkus, berapa anak yatim yang kenyang?” Devan tersenyum. Tidak salah memilih jatuh cinta dengan wanita itu, walau sepertinya masih jauh dari balasan.***Meyyis***POV DAVINMungkin aku memang pengecut. Hanya bisa memandang dia dari video tanpa bisa menghubunginya. Diam-diam, aku menolongnya, mengawasinya, menyuruh orang untuk selalu menjaganya. Seperti malam ini, aku live streaming dengan Rizki untuk memantau aktivitasnya. Elsa memang kakaknya, tapi dia begitu sangat jahat.Aku tahu malam ini wanita itu kesal setelah gagal mempermalukan Shasha, karena menjadi pelayannya malam ini.“Vin, hampir saja,” ucap Rizki.
Ah, kacau, kenapa jadi gambar dia? Sepertinya memang inspirasi games saat ini kisahku sendiri besamanya. Untuk dia, hasilnya mungkin juga akan aku berikan Sebagian untuk dia. Atau semua? Ya, untuk pengobatan Tante Rara yang sedang berbaring lemah di rumah sakit. Ini sepertinya akan menjadi puncak aku membantunya.***Meyyis***POV SHASHAPagi ini, aku nggak mood datang bekerja. Tapi, tetaps aja harus datang. Seperti biasa, Devan akan menganatar aku sebelum dia datang ke kantor sang papa. Dia memang hebat, kuliah sudah bekerja di kantor papanya. Walau statusnya masih sama pegawai, namun setidaknya sudah jelas masa depannya.“Aku jemput nanti sore. Kita pergi kuliah bareng.” Aku mengangguk. Entah bagaimana, persahabatan kami ini sduah lekat. Namun, aku masih saja setia menunggu Davin. Bagiku, dia adalah masih yang terbaik di salam hatiku.“Cie, cie … kamu se
“Heh, kamu selalu begitu padaku, entar jodoh baru tahu rasa, aku kekepin tiap hari.” Aku hanya terkekeh.“Apa? Gue jodoh sama lo? Najis!” Mereka berdua memang tidak pernah akur, tapi saling merindukan satu sama lain ketika tidak ketemu.***Meyyis***POV DEVANAku sudah berusaha untuk meyakinkan Shasha, tapi ternyata dirinya masih saja tidak melirikku sama sekali. Aku masih penasaran, siapa sebenarnya yang ditaksirnya. Jujur, aku cemburu. Kenapa bukan aku? Tapi, anaehnya seperti orang bodoh tetap ingin dekat dengannya. Rasanya, aku ingin selalu melindunginya. Hanya saja, apakah dia sulit untuk dipahami? Mau curhat dengan Davin, percuma. Dia sudah jauh. Kalau dulu, dia menjadi penasehatku, sekarang … ah, ini membuatku frustrasi. Lebih baik aku telepon Davin saja.“Bro, sedang apa?” basa-basi dulu, sudah agak lama sejak terakhir aku telepon
“Apa bule-bule sangat cantik sehingga kamu karasan?” Dia tersenyum, tapi aku melihat senyum kecut.“Tidak ada yang lebih cantik dari cewek Indonesia. Aku akan pulang ketika lulus S2, untuk S3, mungkin nggak terlalu harus stay.” Aku mengangguk, semoga dia benar akan pulang, tidak lari lagi.***Meyyis***POV SHASHAAku tidak mengerti yang diinginkan Elasa. Dia sudah mendapatkan papa dan semuanya, tapi merasa tidak puas. Apa yang tidak dia puas? Apa melihat aku dan mama mati, barulah merasa puas. Dia menggangguku pada jam sibuk seperti ini.“Heh anak pelakor! Dengarkan baik-baik, ya? Kalau sampai pacarku tahu tentangmu, kemudian berubah pikiran, maka aku akan buat perhitungan denganmu.” Daasar wanita sinting. Kenapa tiba-tiba begitu? Ini kalau aku ladeni akan jadi petaka. Biarkan saja.“Dengar nggak sih?” bentak dia.&nbs
“Maaf, Nona. Pelanggan VVIP saya banyak. Jika semua seperti Anda, akan ada berapa pegawai saya yang harus resign? Dia pelayan terbaik saya, sangat istimewa. Jadi saya harus adil dengan dia?” Aku melirik ke arah Elsa. Dia terlihat kesal tidak dapat meraih tujuannya. Aku sedikit lega. Walau belum diputuskan, setidaknya ada dua suara yang mendukungku. Tidak berapa lama, ada yang datang. Ah, Elsa memanggil bala bantuan? Lelaki yang semalam candle dinner bersamanya? Ternyata masih sama, kolokan dan tidak dewasa lenih tepat kekanak-kanakkan. ***Meyyis*** POV AUTHOR “Sayang, pelayan bodoh ini yang semalam. Dia memperlakukanku tidak baik,” manja Elsa. Lelaki itu bernama Arya. Dia seoran CEO di perusahaan yang dikenal lewat kolega Ajisaka. “Kita selesaikan masalah ini,” ucap Arya. Dia melepaskan tangan Elsa dengan lembut, saat wanita itu bergelayut manja.
“Aku akan membelamu jika kamu benar, tapi kamu salah, minta maaf maka semua akan selesai,” bujuk Shasha.“Nggak!” Elsa berlari keluar. Semua terbengong, melihat sikap Elsa.“Baik, saya akan menempuh jalur hukum,” tegas Arkana.***Meyyis***POV AUTHOR“Saya minta maaf mewakili dia, untuk kerugian biar saya yang tangani,” ucap Arya.“Maaf, Tuan Arya. Harus dia sendiri yang meminta maaf. Saya tidak terima ini, akan menempuh jalur hukum.” Shasha memejamkan mata. Waktunya akan banyak tersita jika menempuh jalur hukum.“Bos, tidak perlu. Aku memaafkannya. Tapi, tolong lain kali jaga tunangan Anda, Tuan Arya. Jangan sampai pelayan yang lain mengalaminya. Masalah ini kita anggap selesai saja, bagaimana?” tanya Shasha.“Kamu lihat? Betapa baiknya pelayan saya ini. Makanya, tida
“Oh, begitu? Kalau begitu, lanjuttt … malam ini ke rumah sakit? Lama nggak jengukin tante.” Shasha mengangguk.“Iya, mama juga sudah sadar, dia menanyakanmu.” Nisa kegirangan.***Meyyis***POV SHASHAAku tidak tahu apa yang diinginkan Elsa. Dia sangat serakah menurutku. Kenapa selalu mengusik kehidupanku? Untug saja, Pak Arkana baik, karena menurutnya aku adalah anak atasannya dulu. Mama memang wanita karir sebelum terkulai lemah seperti sekarang. Aku bersama Nisa ke rumah sakit untuk menjenguknya. Mungkin sekitar satu minggu lagi mama pulih. Semoga saja, aku akan berjuang agar skripsiku kelar dalam waktu tiga bulan paling lama. Sudah tidak sabar rasanya untuk bekerja yang lebih layak.“Ma, lihat siapa yang datang,” ucapku.“Nisa, apa kabar, Sayang?” Nisa dan aku bergantian salim sama mama.