Seringnya kebersamaan dengan orang lain membuat yang tadinya tidak saling dekat menjadi lebih dekat. Memahami segala kekurangan dan kelebihan dari masing - masing pasangan membuat segalanya jadi lebih mudah.
Hari ini Dean akan membeli sebuah rumah untuk dia dan Keira tempati. Walau Rudi, ayahnya tidak keberatan mereka tinggal bersama malah sangat menginginkannya, tapi Dean tidak ingin seperti itu. Baginya kalau sudah berumah tangga harus mandiri tanpa ada pihak manapun yang ikut campur.“Pulang kerja jam berapa Sayang?” tanya Dean sambil memeluk tubuh Keira.“Jam 4 sore sih Sayang seperti biasanya,” jawab Keira.“Kita makan siang bersama yaa.”“Iya.”“Hari ini kamu bisa pulang lebih cepat?”“Hmm, nanti aku lihat jadwal dulu yaa. Tapi kayaknya susah deh, Sayang.”“Pimpinan redaksi agak rewel, hehe.”“Bagaimana kalau kamu berhenti kerja saja.”“Dean, aku kan pernah mengatakan kalau akuKeira tidak pernah menyangka akan keluar dari kantornya dengan cara yang tidak biasa. Walau bagaimanapun dia harus memiliki harga diri sebagai seorang wanita. Apa lagi jika menyangkut suaminya, Dean. Dia tidak bisa membiarkan siapapun menghina Dean.Dengan menghela napasnya dia menatap gedung majalah yang telah memberikannya berbagai macam pengalaman juga tempat dia dulu mengenal Cristo. Mengingat Cristo, dia jadi penasaran bagaimana nasib mantan kekasihnya itu. Semenjak Dean dan Ettan menyelamatkannya dia tak pernah tahu lagi tentang Cristo.“Bagaimana yaa kabar Cristo?” tanya Keira.“Semoga dia baik-baik saja. Yaah mau bagaimana lagi Cristo juga dulu sangat baik ke aku walau pada akhirnya dia salah paham sendiri.” Keira tersenyum miris mengingat Cristo Joseph.Panas matahari di siang hari tidak membuat Keira mengeluh, dia berjalan melewati gedung-gedung bertingkat di daerah Sudirman mengingatkan pada awal-awal dulu dia bekerja. Se
Dean berada di dalam kamar mandi membasahi tubuhnya yang atletis di bawah guyuran shower. Tetesan air yang menerpa wajahnya membuat pikiran terasa lebih tenang. Dia tidak ingin melampiaskan rasa takut dan khawatir nya terhadap kompor membuat hubungannya dengan Keira menjadi tidak menentu.“Apa aku harus memberitahukan Keira tentang kejadian dulu,” ucap Dean bimbang.Seolah semua kilasan tentang masa lalu terbayang lagi olehnya. Jeritan Rudi, ayahnya seperti baru saja kemarin terjadi. Kobaran api yang melahap rumah dan segala harta benda milik keluarga Dean berubah menjadi debu.Saat itu dia masih berusia 5 tahun. Rudi, ayahnya sedang berada di dapur akan memasak untuk sarapan pagi. Sudah menjadi kebiasaan Rudi kalau masalah makan pagi, dia lah yang memasak. Tapi mungkin nasib beruntung sedang tidak berpihak pada Rudi. Saat Rudi akan menghidupkan kompor malah terjadi kebocoran gas dan meledak.Dean yang mengetahui apa yang terja
Seminggu kemudianHari ini Keira dan Dean berangkat untuk berbulan madu ke Cape Town, Afrika Selatan. Sebelum keberangkatan mereka untuk berbulan madu sudah menghubungi Rudi agar segera kembali ke Jakarta, tapi tidak ingin kembali pulang dulu ke rumahnya, malah Rudi menyuruh Dean dan Keira agar fokus bersenang-senang menikmati liburan di Cape Town dan meminta agar segera dibuatkan cucu.Di dalam pesawat kelas bisnis tingkah laku Dean semakin menjadi-jadi tidak ingin sedetikpun berpisah dari Keira dan mereka selalu bergandengan tangan. Dean mencium tangan istrinya terus-menerus. Sikap mesra tentu saja membuat Keira merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini.Setelah hampir 21 jam dari Jakarta ke Cape Town, Afrika Selatan tibalah mereka di Bandar Udara Internasional Cape Town, Afrika Selatan. Dean sudah mengatur semuanya dari kendaraan lengkap dengan supir dan hotel bintang 5 yang mewah. Dia ingin memberikan kemewahan juga kebaha
Keesokan paginyaKeira terbangun dengan wajah yang masih kesal. Bagaimana dia bisa tidur nyenyak jika semalaman Dean memeluk dirinya dari belakang sambil sesekali mencium curuk lehernya. Walau dia agak terbangkit hasratnya, tapi berusaha untuk memegang teguh pendiriannya kalau sedang marah. Dia tidak boleh goyah agar Dean bisa menghargainya.Tapi pagi ini suaminya tersebut tidak ada di sampingnya. Dia mencari ke mana Dean?“Dean,” panggil Keira sambil turun dari atas ranjang.Keira mencari Dean di kamar mandi dan ruang tamu yang ada di kamar hotel president suit tersebut, tapi hasilnya juga sama Dean tidak ada di sekitar kamar hotelnya.“Ke mana perginya yaa Dean,” ucap Keira bingung.“Masa gara-gara aku ngambek ga kasih jatah Dean kabur sih. Kalau kabur mampus aku sendiri di Cape Town. Mana duit cuman mepet lagi,” keluh Keira.“Koper, paspor Dean.”Dengan secepat mungkin Keira memb
Setelah sarapan pagi Dean mengajak Keira berdansa. Di dalam pikiran Keira seharusnya berdansa itu di malam hari setelah makan malam bukannya setelah makan pagi. Walau pun berbeda, tapi dia menikmatinya. Sesekali tampil beda tidak masalah dari pada sama terus.Bagi Dean seorang Keira seperti hati adalah rumah tempatnya berada. Rumah yang memiliki ketenangan, tempat bernaung melepaskan segala penat, dan kelelahan dalam hidup juga pekerjaan. Ingin sekali dia mengatakan semuanya pada Keira bila waktunya sudah tepat.“Kei setelah ini kita jalan-jalan ke tempat wisata di Cape Town ya,” ucap Dean.“Iya Sayang. Aku juga lelah kalau harus di kamar terus,” ujar Keira bersemangat.“Tapi sebelumnya aku ingin yang minta jatah yang tertunda.”“Hmm, aku nanti malam aja yaa.”“Jangan nanti malam Sayang, aku sudah ga tahan. Pagi ini yaa.”Keira menggelengkan kepalanya. Dia sedang tidak ingin berhubungan suami istri pagi in
Kehidupan bahagia selalu diinginkan setiap orang. Serba mendapatkan apa yang diharapkan baik dari kehidupan keluarga bahkan di pekerjaan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua bisa sesuai dengan keinginan.Itulah yang diinginkan Vio, tapi pada kenyataannya semua tak seindah impian. Vio mencintai Ettan, tapi lelaki yang dia kira mencintainya ternyata sanggup berselingkuh. Vio melihat secara langsung adegan dewasa Ettan dengan sekretarisnya. Hatinya sangat sakit akan tetapi dia mencoba untuk bertahan tidak meneteskan air matanya di hadapan Ettan.“Eh, Vi. Ayo ke sini kita treesome,” ajak Ettan tanpa rasa bersalah.Mendengar perkataan Ettan membuat Vio tak percaya. Dia tahu Ettan memang maniak seks akan tetapi tidak seperti ini yang diinginkannya.“Kenapa Sayang? Ayolah kita bareng-bareng. Dari pada cuma kamu dan aku lebih baik bersama,” ucap Ettan sambil menghampiri Vio.Vio ingin sekali menangis, berteriak, bah
Komitmen, kesetiaan, napsu, dan cinta merupakan bagian dari sebuah pernikahan. Jika cinta dan napsu sudah saling membutuhkan membuat hasrat menjadi menggebu-gebu.Dean merasakan cinta dan napsu saat bersama Keira. Baru kali ini dia menikmati semuanya secara bersamaan. Tubuh, bibir, dan seluruh bagian milik Keira membuatnya tak bisa sedikitpun berpaling dari istrinya. Tak pernah ada kata puas saat dia menikmati bagian-bagian yang membuat desiran darah menggelora dari tubuhnya. Terbakar hasrat yang memabukkan ingin lagi dan lagi.“Sayang… aku akan membuatmu panas dingin yaa,” ucap Dean dengan membelai perut istrinya.Tangan Dean bermain dari perut hingga menuju buah da.da Keira membuat tubuh istrinya menggeliat tak karuan dengan apa yang dilakukannya. “Deaan jangan nakal kayak gitu dong Sayang,” keluh Keira yang tak tahan dengan perlakuan Dean.“Tenanglah Sayang. Relax aja, nikmati semuanya.”Dean menunduk
Tanpa terasa sudah 2 minggu Dean dan Keira menghabiskan waktu di Cape Town, Afrika Selatan untuk bulan madu. Sebenarnya hanya seminggu mereka di sana, tapi entah mengapa mereka terus melanjutkan liburan menjadi 2 minggu.Bulan madu terasa begitu indah menikmati hari berduaan dengan orang yang dicintai. Belajar untuk lebih memahami sifat dan tingkah laku orang yang dicintai. Hubungan Keira dan Dean bukan melalui pengenalan terlebih dahulu atau berpacaran. Jadilah butuh proses untuk saling memahami karakter, kesukaan, dan keinginan masing-masing.“Besok pulang deh, aku merindukan gado-gado nih,” ucap Keira membayangkan saus kacang di sayur mayur gado-gado.“Apa kamu menyukai gado-gado?” tanya Dean.“Iya Sayang. Apa lagi kalau minumnya es dawet gula merah hidup terasa begitu indah.” Keira membayangkan minuman kesukaannya.“Suka petai ga?” tanya Dean.“Iya aku suka petai. Kamu suka petai?”“Sama dong Sayang kita su
Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m
Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga
Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes
Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.
Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa
Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes
Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress
Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har
Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan