Seminggu kemudian
Hari ini Keira dan Dean berangkat untuk berbulan madu ke Cape Town, Afrika Selatan. Sebelum keberangkatan mereka untuk berbulan madu sudah menghubungi Rudi agar segera kembali ke Jakarta, tapi tidak ingin kembali pulang dulu ke rumahnya, malah Rudi menyuruh Dean dan Keira agar fokus bersenang-senang menikmati liburan di Cape Town dan meminta agar segera dibuatkan cucu.Di dalam pesawat kelas bisnis tingkah laku Dean semakin menjadi-jadi tidak ingin sedetikpun berpisah dari Keira dan mereka selalu bergandengan tangan. Dean mencium tangan istrinya terus-menerus. Sikap mesra tentu saja membuat Keira merasa menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini.Setelah hampir 21 jam dari Jakarta ke Cape Town, Afrika Selatan tibalah mereka di Bandar Udara Internasional Cape Town, Afrika Selatan. Dean sudah mengatur semuanya dari kendaraan lengkap dengan supir dan hotel bintang 5 yang mewah. Dia ingin memberikan kemewahan juga kebahaKeesokan paginyaKeira terbangun dengan wajah yang masih kesal. Bagaimana dia bisa tidur nyenyak jika semalaman Dean memeluk dirinya dari belakang sambil sesekali mencium curuk lehernya. Walau dia agak terbangkit hasratnya, tapi berusaha untuk memegang teguh pendiriannya kalau sedang marah. Dia tidak boleh goyah agar Dean bisa menghargainya.Tapi pagi ini suaminya tersebut tidak ada di sampingnya. Dia mencari ke mana Dean?“Dean,” panggil Keira sambil turun dari atas ranjang.Keira mencari Dean di kamar mandi dan ruang tamu yang ada di kamar hotel president suit tersebut, tapi hasilnya juga sama Dean tidak ada di sekitar kamar hotelnya.“Ke mana perginya yaa Dean,” ucap Keira bingung.“Masa gara-gara aku ngambek ga kasih jatah Dean kabur sih. Kalau kabur mampus aku sendiri di Cape Town. Mana duit cuman mepet lagi,” keluh Keira.“Koper, paspor Dean.”Dengan secepat mungkin Keira memb
Setelah sarapan pagi Dean mengajak Keira berdansa. Di dalam pikiran Keira seharusnya berdansa itu di malam hari setelah makan malam bukannya setelah makan pagi. Walau pun berbeda, tapi dia menikmatinya. Sesekali tampil beda tidak masalah dari pada sama terus.Bagi Dean seorang Keira seperti hati adalah rumah tempatnya berada. Rumah yang memiliki ketenangan, tempat bernaung melepaskan segala penat, dan kelelahan dalam hidup juga pekerjaan. Ingin sekali dia mengatakan semuanya pada Keira bila waktunya sudah tepat.“Kei setelah ini kita jalan-jalan ke tempat wisata di Cape Town ya,” ucap Dean.“Iya Sayang. Aku juga lelah kalau harus di kamar terus,” ujar Keira bersemangat.“Tapi sebelumnya aku ingin yang minta jatah yang tertunda.”“Hmm, aku nanti malam aja yaa.”“Jangan nanti malam Sayang, aku sudah ga tahan. Pagi ini yaa.”Keira menggelengkan kepalanya. Dia sedang tidak ingin berhubungan suami istri pagi in
Kehidupan bahagia selalu diinginkan setiap orang. Serba mendapatkan apa yang diharapkan baik dari kehidupan keluarga bahkan di pekerjaan. Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua bisa sesuai dengan keinginan.Itulah yang diinginkan Vio, tapi pada kenyataannya semua tak seindah impian. Vio mencintai Ettan, tapi lelaki yang dia kira mencintainya ternyata sanggup berselingkuh. Vio melihat secara langsung adegan dewasa Ettan dengan sekretarisnya. Hatinya sangat sakit akan tetapi dia mencoba untuk bertahan tidak meneteskan air matanya di hadapan Ettan.“Eh, Vi. Ayo ke sini kita treesome,” ajak Ettan tanpa rasa bersalah.Mendengar perkataan Ettan membuat Vio tak percaya. Dia tahu Ettan memang maniak seks akan tetapi tidak seperti ini yang diinginkannya.“Kenapa Sayang? Ayolah kita bareng-bareng. Dari pada cuma kamu dan aku lebih baik bersama,” ucap Ettan sambil menghampiri Vio.Vio ingin sekali menangis, berteriak, bah
Komitmen, kesetiaan, napsu, dan cinta merupakan bagian dari sebuah pernikahan. Jika cinta dan napsu sudah saling membutuhkan membuat hasrat menjadi menggebu-gebu.Dean merasakan cinta dan napsu saat bersama Keira. Baru kali ini dia menikmati semuanya secara bersamaan. Tubuh, bibir, dan seluruh bagian milik Keira membuatnya tak bisa sedikitpun berpaling dari istrinya. Tak pernah ada kata puas saat dia menikmati bagian-bagian yang membuat desiran darah menggelora dari tubuhnya. Terbakar hasrat yang memabukkan ingin lagi dan lagi.“Sayang… aku akan membuatmu panas dingin yaa,” ucap Dean dengan membelai perut istrinya.Tangan Dean bermain dari perut hingga menuju buah da.da Keira membuat tubuh istrinya menggeliat tak karuan dengan apa yang dilakukannya. “Deaan jangan nakal kayak gitu dong Sayang,” keluh Keira yang tak tahan dengan perlakuan Dean.“Tenanglah Sayang. Relax aja, nikmati semuanya.”Dean menunduk
Tanpa terasa sudah 2 minggu Dean dan Keira menghabiskan waktu di Cape Town, Afrika Selatan untuk bulan madu. Sebenarnya hanya seminggu mereka di sana, tapi entah mengapa mereka terus melanjutkan liburan menjadi 2 minggu.Bulan madu terasa begitu indah menikmati hari berduaan dengan orang yang dicintai. Belajar untuk lebih memahami sifat dan tingkah laku orang yang dicintai. Hubungan Keira dan Dean bukan melalui pengenalan terlebih dahulu atau berpacaran. Jadilah butuh proses untuk saling memahami karakter, kesukaan, dan keinginan masing-masing.“Besok pulang deh, aku merindukan gado-gado nih,” ucap Keira membayangkan saus kacang di sayur mayur gado-gado.“Apa kamu menyukai gado-gado?” tanya Dean.“Iya Sayang. Apa lagi kalau minumnya es dawet gula merah hidup terasa begitu indah.” Keira membayangkan minuman kesukaannya.“Suka petai ga?” tanya Dean.“Iya aku suka petai. Kamu suka petai?”“Sama dong Sayang kita su
Hari ini Keira dan Dean akan kembali ke Jakarta. Walaupun kemarin malam harus berakhir dengan kram dan pegal-pegal tapi tidak terlalu berpengaruh pada keadaan Dean. Laki-laki yang menjadi suami Keira Rose masih saja sama dengan sifat kemesumannya yang sulit untuk bertobat.Keira yang terkadang jengah dengan perlakukan Dean hanya bisa menghela napasnya. Ingin sekali dia menendang suaminya jauh ke antartika agar tidak menempel layaknya perangko ketemu amplop.“Sayang apaan sih ndusel-ndusel terus,” ucap Keira kesal.“Aku suka ndusel-ndusel sama kamu,” ujar Dean sambil mencengkram lengan Keira dengan gemas.“Aduuh Dean sakit,” pekik Keira kesakitan.“Iih kamu teriak sakit malah aku makin gemas tau ga sih.”Keira mencibirkan bibirnya dan hanya bisa menepis tangan Dean yang mulai bergerilya menuju tempat-tempat keramat.“Dean, ini di mobil jangan kayak gitu.” Keira berkata sambil menepis tangan Dean.
Cinta tanpa rasa saling mengerti dan memahami akan membuat sebuah hubungan menjadi tidak baik - baik saja. Terkadang cinta harus saling menghormati dan menghargai pasangan kita. Di dalam sebuah hubungan tidak bisa dipungkiri harus ada yang mengalah bukannya saling mengalahkan. Tanpa terasa 2 jam terlewati Keira yang dari tadi sibuk membaca novel Desire In Love akhirnya bisa tersenyum setelah tadinya dia menangis dengan perjuangan cinta Selena dan Devano. Dia juga kasihan pada Kevandra dan berharap ada sequel lanjutan untuk pria yang begitu baik dan selalu mencintai Selena dengan tulus. Mungkin inilah yang dikatakan cinta tak harus memiliki walau sakit, tapi melihat orang yang dicintai bahagia akan membuat perasaan menjadi lebih bahagia. Jam dinding terus berdetak Keira menatap jalannya jarum panjang yang terus mengelilingi arah perputaran waktu. Walau sudah menunjukkan jam 1 dini hari, tapi Dean belum juga kembali. Dia merasa khawatir deng
Di saat suasana di antara mereka menjadi canggung sebuah dering ponsel berbunyi membuat Dean dan Vio terkejut. Vio pun melihat ponselnya. Ada nama Keira tertera di layar telepon genggamnya. "Dean ini Keira telepon,” ujar Vio memberitahukan Dean. “Ngapain istriku menghubungimu?” tanya Dean heran. “Biasanya nih kalau Keira telepon tengah malam begini pasti lagi baper, galau juga merana nih." “Serius?” “Iya serius. Keira memang begitu selalu menghubungi aku jika ada masalah." Dean mengernyitkan dahinya. Apakah benar Keira menghubungi Vio kalau ada masalah? Dia jadi penasaran sendiri apa yang akan Keira katakan. “Hmm, aku yakin kamu dan Keira sedang bertengkarkan?” Vio bertanya sambil menggoda Dean. Dean terdiam dan berpikir ingin mendengar versi Keira tentang pertengkaran mereka. “Angkat aja. Aku penasaran Keira akan mengata
Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m
Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga
Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes
Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.
Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa
Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes
Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress
Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har
Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan