Keira dan Dean sarapan pagi berdua tidak ada Rudi, Arman, dan Rosanna. Kedua orang tua mereka seakan memberikan kesempatan Keira dan Dean untuk berduaan. Walau terasa sepi tapi tidak membuat suasana menjadi yang ada jadi romantis malah mereka hanya saling diam. Sibuk dengan pemikiran masing-masing.“Kei tentang yang tadi aku—”“Ooh sudahlah itu tadi ga di sengaja kok.” Dengan cepat Keira memotong perkataan Dean. Dia malu kalau Dean membahas kejadian handuk lepas.Dean terdiam. Sepertinya dia sudah salah membahas masalah handuk. Terlihat raut wajah Keira yang tidak suka dengan kejadian yang baru saja terjadi.“Kei sepertinya setelah beberapa hari kita tinggal di sini ada baiknya kalau kita pindah,” ucap Dean.“Mau pindah ke mana? Kalau apartemenku itu ada Vio,” ujar Keira.“Aku berencana akan membeli rumah saja di sini.”“Jadi kita tinggal di rumah? Bukan apartemen aja.”“Aku lebih suka rumah. Apartemen tempat yang sempit aku tidak nyaman.”“Terserah padamu saja. Aku punya tabungan wal
Sudah 3 hari hubungan Keira dan Dean tidak banyak berbicara, tapi jika di depan kedua orang tuanya dan Ayah Dean mereka bersikap sebaliknya. Saling mesra menunjukkan pasangan bahagia dan saling mencintai.Hari ini Arman dan Rosanna akan kembali ke kota pahlawan. Mereka harus mengurusi hasil kebun mereka yang sebentar lagi akan panen. Rudi juga ikut serta ke kota pahlawan, dia merasa tidak hanya mendapatkan besan yang memiliki hobi yang sama, tapi juga teman.“Kei, kamu harus baik-baik mengurus suami. Suamimu itu sangat menyayangimu. Kamu beruntung sekali memiliki suami yang tampan, pengertian, perhatian, dan satu lagi yang paling penting dia sangat bertanggung jawab pada semuanya,” ujar Rosanna menasehati putrinya.“Iya Ma.” Keira berkata sambil tersenyum.“Ingat jangan terlalu keras kepala. Semua yang dilakukan suamimu merupakan yang terbaik untuk hidupmu dan rumah tanggamu.”“Iya Ma.”“Jangan cuma iya… iya saja Kei, tapi iya ya
Dean dan Keira saling menatap satu dengan yang lain. Hari ini Dean harus bisa memiliki Keira seutuhnya, dia sudah tidak tahan lagi dengan berbagai godaan yang dilakukan istrinya walau terlihat sepele, tapi mampu membangkitkan sesuatu yang seharusnya terlelap menjadi bangun. Keadaan ini tentu tidak baik-baik saja untuk kondisi benda pusaka miliknya.“Kamu jangan terus menggodaku, Kei,” ucap Dean dengan parau.“Memangnya kamu merasa aku menggodamu?” tanya Keira berpura-pura tidak mengerti.“Aku mau tidur aja.”Dean membaringkan tubuhnya di atas ranjangnya yang empuk. Dia sulit untuk menahan hasrat yang akan segera meledak.“Yakin mau tidur? Ga ingin melakukan hal yang lainnya?” tanya Keira sambil menggoda Dean.Dean berpura-pura tidak mendengarkan Keira. Dia tidak ingin melakukan hubungan intim sebelum Keira yang memintanya.“Aah Dean… kok kamu cuek gitu sih sama aku sih, ayolah Dean.” Keira sengaj
Perlahan tapi pasti Dean menyusuri tubuh Keira. Dia sangat menikmati membelai secara lembut tubuh istrinya. Keira juga merasakan hal yang sama dia menutup matanya menikmati apa yang dilakukan Dean padanya. Belum pernah dia mendapatkan desiran yang menjalar dalam tubuhnya.Apa lagi saat Dean membelai bagian sensitif miliknya dengan semakin membuatnya mengerti tentang nikmatnya surga dunia. Keira berpikir inikah yang dirasakan Vio saat berhubungan intim dengan Ettan. Pantas saja sahabatnya itu selalu ketagihan melakukan hubungan intim.Sekarang Dean memegang milik sensitifnya yang sudah berdiri tegak dan siap untuk masuk ke lembah-lembah surgawi Keira. Dia mendekati tubuh Keira memeluknya dengan erat lalu mencium bibir istrinya dengan lembut. Dia ingin membuat Keira nyaman dan bisa beradaptasi saat dia akan memasukinya.Siap-siap tong kali ini kita harus berkolaborasi merobek selaput darah dan masuk ke dalam secara perlahan. Gadis perawan tong
Pagi ini terasa berbeda bagi Keira dan Dean. Hubungan yang dulu hanya sebatas pernikahan kontrak sekarang berubah menjadi seperti pernikahan yang sesungguhnya. Keira tidur dalam dekapan Dean, lelaki yang telah memilikinya memeluk dengan erat seakan tidak ingin berpisah.Secara perlahan Keira membuka matanya. Wajahnya bersemu merah mengingat kejadian tadi malam, dia tidak tahu berapa lama mereka bercinta. Yang pasti dia sangat menikmati permainan Dean diatas tempat tidur yang begitu liar membuatnya terpuaskan.Aku harus bagaimana ini menghadapi Dean. Aduh aku malu sama kelakuanku sendiri. Keira berkata dalam hatinya.Dia pun memegang tangan Dean. Melepaskan pelukkan Dean secara perlahan, dia ingin ke kamar mandi membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Kejadian tadi malam membuatnya berkeringat walau pendingin udara tidak henti-hentinya memberikan kenyamanan, tapi seakan tidak terasa di kulit mereka.“Mau ke mana?” tanya Dean
Siang itu Keira akhirnya bisa menikmati mandi yang sudah dia idam-idam kan sejak pagi. Dia sangat menikmati kucuran air yang menerpa tubuhnya yang terasa hangat. Wajahnya pun tak ketinggalan untuk dia bersihkan juga. Sabun mandi beraroma vanilla membuat perasaannya menjadi lebih baik. Secara perlahan dia menyabuni tubuhnya tak lupa juga shampo untuk membasahi rambut yang memiliki beraroma sama dipakainya. Menggosok secara perlahan menikmati pijatan-pijatan di kulit kepala dan rambutnya. Aroma Vanilla dihirupnya seakan lelahnya terlebur dalam wangi yang mampu menenangkan jiwanya.Setelah selesai Keira dengan kegiatan mandinya. Dia pun menatap di depan cermin. Terlihat banyak jejak-jejak memerah di curuk leher dan payudaranya. “Gila juga nih si Dean ganas euy,” ujar Keira sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri. “Satu, dua, tiga, dan delapan yaa ampun banyak banget ini. Si Dean drakula atau vampir yaa, eh tapi sama sih drakula dan vamp
Seringnya kebersamaan dengan orang lain membuat yang tadinya tidak saling dekat menjadi lebih dekat. Memahami segala kekurangan dan kelebihan dari masing - masing pasangan membuat segalanya jadi lebih mudah.Hari ini Dean akan membeli sebuah rumah untuk dia dan Keira tempati. Walau Rudi, ayahnya tidak keberatan mereka tinggal bersama malah sangat menginginkannya, tapi Dean tidak ingin seperti itu. Baginya kalau sudah berumah tangga harus mandiri tanpa ada pihak manapun yang ikut campur.“Pulang kerja jam berapa Sayang?” tanya Dean sambil memeluk tubuh Keira.“Jam 4 sore sih Sayang seperti biasanya,” jawab Keira.“Kita makan siang bersama yaa.”“Iya.”“Hari ini kamu bisa pulang lebih cepat?”“Hmm, nanti aku lihat jadwal dulu yaa. Tapi kayaknya susah deh, Sayang.”“Pimpinan redaksi agak rewel, hehe.”“Bagaimana kalau kamu berhenti kerja saja.”“Dean, aku kan pernah mengatakan kalau aku
Keira tidak pernah menyangka akan keluar dari kantornya dengan cara yang tidak biasa. Walau bagaimanapun dia harus memiliki harga diri sebagai seorang wanita. Apa lagi jika menyangkut suaminya, Dean. Dia tidak bisa membiarkan siapapun menghina Dean.Dengan menghela napasnya dia menatap gedung majalah yang telah memberikannya berbagai macam pengalaman juga tempat dia dulu mengenal Cristo. Mengingat Cristo, dia jadi penasaran bagaimana nasib mantan kekasihnya itu. Semenjak Dean dan Ettan menyelamatkannya dia tak pernah tahu lagi tentang Cristo.“Bagaimana yaa kabar Cristo?” tanya Keira.“Semoga dia baik-baik saja. Yaah mau bagaimana lagi Cristo juga dulu sangat baik ke aku walau pada akhirnya dia salah paham sendiri.” Keira tersenyum miris mengingat Cristo Joseph.Panas matahari di siang hari tidak membuat Keira mengeluh, dia berjalan melewati gedung-gedung bertingkat di daerah Sudirman mengingatkan pada awal-awal dulu dia bekerja. Se
Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m
Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga
Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes
Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.
Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa
Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes
Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress
Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har
Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan