Hidup dalam kemewahan tidak menjamin seseorang akan lebih bahagia, terkadang banyak hal yang harus ditutupi dibalik sebuah senyuman. Rasa ingin dicintai dan kenyamanan membuat seseorang sering berganti-ganti pasangan untuk mendapatkan mana hal yang terbaik.
Dean Angelo merupakan pengacara atau lawyer yang berwajah tampan, kharismatik, pintar, sukses, dan kaya. Karirnya sekarang dalam masa keemasan, ia selalu memenangkan setiap perkara pengadilan yang ditanganinya.
Selain memiliki banyak kelebihan, ia juga seorang pria yang banyak digandrungi wanita. Ia tidak pernah setia pada satu wanita, selalu saja berganti-ganti pasangan. Dean terkenal dengan julukan 1 women for 1 month. Sesuai dengan julukannya, ia tidak pernah lebih dari sebulan saat berhubungan dengan seorang wanita, seperti saat ini ia sedang bersama Calista, wanita yang sudah menjadi wanitanya satu bulan ini.
'Dean aku ingin bertanya, apa kamu mencintaiku?" tanya Calista pada Dean."
"Menurutmu bagaimana?" jawab Dean acuh.
Calista menjadi kesal pada Dean, bukannya Dean menjawab pertanyaannya malah balik bertanya.
"Kamu apa tidak bisa menjawab pertanyaanku." Calista meninggikan suara nya.
"Aku minta putus!" ucap Calista menatap Dean emosi.
Dean masih tidak memperdulikan Calista, ia sibuk menatap berkas-berkas yang ada di atas mejanya.
"Laki-laki sepertimu tak pantas denganku!! Kau lelaki yang seenak saja tidur dengan sembarangan wanita dan mencampakkan wanita itu jika sudah bosan. Jadi lebih kita putus."
"Sudah selesai? Pergilah dari ruanganku, aku sibuk. Mendengarkan ocehanmu yang tak berguna mengangguku saja," ucap Dean.
Calista sangat kesal Dean tidak memperdulikannya, ia ingin sekali mencakar pria yang ada di depannya dan membuang playboy berkedok pengacara ke laut mati di makan hiu.
"Aku rasa kamu tak pernah mencintai siapapun selain dirimu sendirikan? Aku menyesal telah mengenalmu Dean!!" Calista menghentakan kakinya keluar dari ruang kerja Dean.
Dean mendongakkan kepalanya saat mendengar perkataan Calista. Mungkin benar yang dikatakan Calista kalau dia tak pernah mencintai siapapun? Buat apa mencintai seorang wanita jika akhirnya hanya kecewa.
Wanita pertama dikenalnya meninggalkan rasa sakit dan kepercayaannya pada seorang wanita. Wanita itu ibunya. Ibunya pergi meninggalkannya meski ia sudah mengiba, menangis, memohon pada wanita yang melahirkannya, tapi wanita itu tetap pergi tanpa sekalipun menoleh kebelakang demi seorang pria idaman lain.
"Wanita hanya membuat masalah," ucap Dean.Calista sangat marah, kesal, jengkel, sedih, dan berbagai perasaan yang lainnya berkecamuk dalam hatinya. Percuma waktu satu bulan yang dihabiskan bersama Dean. Perkenalan hari pertama dia sudah tidur dengan Dean, menghabiskan waktu berdua berlibur selama seminggu. Selama seminggu Dean tak membiarkan Calista meninggalkan kamar hotel dengan lama, melayani nafsu Dean yang begitu besar dan liar.
Walau Dean melakukannya hal tersebut padanya, malah membuat Calista tidak tahan untuk meminta lagi dan lagi. Dean juga bukan lelaki yang pelit, dia sangat royal memberikan berbagai macam barang bermerk yang disukai Calista.
Setelah selesai liburan seminggu dia tetap bersama Dean hingga hubungan mereka sebulan. Setelah perayaan hubungan sebulan mereka Dean mulai menghindarinya. Berbagai alasan diberikan Dean agar tidak bertemu dengannya.
Dean seorang pengacara yang sukses dan selama 6 tahun belakangan ini tak pernah kalah dalam kasus yang ditanganinya. Calista juga tau kalau pria tersebut seorang Casanova yang suka bergonta ganti pasangan tak pernah berhubungan dengan wanita lebih dari sebulan. Ia berharap bukan salah satu wanita yang hanya berhubungan sebulan dengan Dean. Berbagai cara ia lakukan agar Dean tidak bosan dengannya, tapi ternyata usahanya sia sia. Akhirnya ia menjadi salah satu bagian wanita sebulan Dean.
*************
"Rosie Walington"
Born 15 June 19xx
Dean 12 Desember 20xx
Dean memandang sinis melihat papan nisan seorang wanita. Wanita yang meninggalkannya saat masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu, seorang wanita yang tega dan sangat egois meninggalkan anaknya hanya demi lelaki lain yang lebih kaya. Dia teringat pada masa lalu saat tak pernah sekalipun wanita itu melihat Dean. Saat Dean sakit, ulang tahun, dan memohon pada ayahnya agar bisa bertemu dengan ibu nya tak sekali pun Rosie datang untuk Dean.
Saat berumur 16 tahun Dean mencari Rosie, disebuah rumah mewah berwarna abu-abu. Dengan kerinduan yang tak bisa ia tahan lagi berjalan dengan semangat untuk bertemu Rosie. Dibalik pagar berwarna coklat Dean melihat ibunya sedang bermain dan tertawa bahagia dengan keluarga barunya.
Seorang anak perempuan yang mungkin berumur 10 tahun memanggil ‘mama’ pada ibunya dan ibunya menjawab dengan sebutan ‘iya sayang’ hatinya terasa sakit saat mendengar anak itu dipanggil sayang. Ia juga ingin dipanggil dengan seperti itu oleh ibunya.
"Ibu itu siapa?" tanya anak perempuan itu sambil menujuk Dean.
Rosie menoleh keluar pagar, ia bingung siapa pemuda yang berdiri di sana. Ia pun mendekat dan membuka pintu pagar.
"Siapa yaa? Mau cari siapa?" tanya Rosie dengan senyuman yang sangat indah.
Tubuh Dean bergetar, mata nya berkaca-kaca saat wanita yang sangat dirindukannya berada tepat dihadapannya.
"Ibu ..." panggil Dean dengan suara perlahan.
Mata Rosie membulat, wajahnya seketika pucat, senyuman yang tadi mengembang diwajahnya sudah berubah. Ia menatap Dean dengan tajam, terlihat dari raut wajahnya kalau ia tak menyukai kedatangan putranya.
"Bibi bawa Gracia masuk dalam rumah," ucap Rosie pada asisten rumah tangganya.
Setelah Rosie memastikan Gracia masuk ke dalam rumah. Ia menatap Dean dengan pandangan rendah, penampilan putranya yang lusuh membuatnya malu.
"Pergi! jangan pernah datang lagi kerumahku. Aku sudah bahagia dengan suami dan anakku, aku tak mau bertemu denganmu, Dean," ucap Rosie dengan dingin pada Dean.
"Tapi aku juga anakmu, Ibu. Aku sangat merindukan Ibu." Dean berkata serak menahan rasa kecewa pada Rosie.
"Aku mohon jangan mengusirku, Ibu. Aku lulus Sekolah dengan nilai tertinggi. Lihat ini ibu nilai ijazahku." Dean memperlihatnya amplop coklat yang ada di tangannya pada Rosie.
Rosie menutup matanya. Ia tidak tega pada Dean, walau bagaimanapun Dean anak yang lahir dari rahimnya. Ia melihat nilai Dean dan tersenyum tipis.
Dean, anak yang pintar. Rosie berkata dalam batinnya.
"Tunggu sebentar." Rosie masuk ke dalam rumahnya.
Dean tersenyum bahagia. Sekilas ia melihat kalau Rosie tersenyum, ia berharap Rosie bangga padanya tidak mudah lulus sekolah menengah atas favorit dengan nilai nyaris sempurna. Rosie kembali menemui Dean, ia memberikan Dean amplop tebal.
"Ini untukmu, Dean." Rosie memberikan amplop tebal di tangan Dean.
"Apa ini ibu?" tanya Dean bingung.
"Ini hadiahku untukmu, belilah pakaian yang layak, dan hidup yang baik. Jangan mengganggu hidupku dan keluargaku."
"I-ibu ke-napa?" Dean berkata terbata-bata menahan air mata disudut pelupuk matanya.
"Pergi!"
"Apa ibu pernah sekali saja menyayangi aku? Apa ibu pernah sekali saja merindukan aku?" tanya Dean bergetar. Air mata terjatuh dipipinya.
"Apa pernah ibu? Sekali saja ibu mengingatku?" tanya Dean dengan tubuh bergetar. Ia sangat kecewa dengan perlakuan Rosie padanya.
"Tidak pernah! Sekali pun tidak pernah. Pergi Dean!! Aku malu melahirkan anak sepertimu yang lusuk, jelek, dan jorok. Pergi Dean."
Dean mengepalkan tangannya, ia tidak menyangka wanita yang melahirkannya menghina dirinya. Air mata masih terus turun dipipinya.
"Ingat jangan pernah memanggilku ibu. Kalau suatu hari kita bertemu lagi jangan pernah menyapaku, jangan pernah memanggil namaku. Anggap kau dan aku tak pernah saling kenal. Pergi Dean, pergi!" teriak Rosie dengan keras pada Dean.
Dean dengan emosi yang tertahan langsung membalikan badannya berjalan menjauh dari Rosie. Rosie menghela napasnya, menatap kepergian putranya dengan mata memerah.
Dengan langkah gontai Rosie masuk ke dalam rumahnya, masuk ke dalam kamarnya dan menangis ditepi ranjang. Anak yang 10 tahun lalu ia tinggalkan sekarang sudah besar.
"Maaf kan ibu Dean, ibu selalu merindukanmu, Nak, ibu menyanyangimu, Dean. Maaf ibu yang menghinamu. Ibu tak bisa kembali pada kehidupan seperti dulu dan tak memiliki apapun. Maafkan ibu Dean." Rosie berbicara sendiri menangis memikirkan Dean.
Dean menangis sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya yang sederhana. Bukan rumah mewah seperti rumah Rosie. Mengingat penghinaan yang dilakukan Rosie membuatnya bertekat harus sukses. Ia harus sukses agar tidak ada satu orang pun bisa menghina dan merendahkannya terutama oleh Rosie, ibunya.
Rasa sayang Dean pada Rosie berubah menjadi rasa benci yang sangat mendalam dan membuatnya tidak lagi percaya dengan yang nama wanita.
Di saat Dean melamun tentang kejadian masaa lalu ia merasakan kehadiran seseorang disampingnya dan melirik wanita tersebut dengan tidak suka.
"Hai ... kak Dean kan? Aku adikmu, Gracia," ujar Gracia memperkenalkan dirinya.
Ooh, ini anak si Rosie yang masih kecil itu. Dean berkata dalam benaknya.
Dean tidak memperdulikan wanita tersebut, ia memilih pergi dari sana.
"Kak, tunggu aku," panggil Gracia.
"Mama menyayangimu, kak."
Dean menghentikan langkahnya. Ia terkejut saat mendengar perkataan Gracia.
"Mama tak pernah melupakanmu kak dan setelah papa meninggal terlebih dahulu, mama menceritakan tentang kak Dean ke aku. Mama sangat sedih sudah meninggalkan Kakak dulu. Mama selalu berdoa agar Kakak selalu sehat dan sukses," ujar Gracia.
"Apa maumu?" tanya Dean dingin.
"Aku tidak menginginkan apapun Kak. Aku tidak memiliki seorang adik dan cuman punya Kakak. Aku harap Kakak dan aku bisa bersama sebagai saudara."
Dean menatap Gracia dengan sinis. Ia tidak memerlukan adik. Ia pun melanjutkan jalannya lagi tak memperdulikan Gracia.
"Kak tunggu aku," ucap Gracia mengejar Dean.
Dean tetap tidak memperdulikan panggilan Gracia. Bagi dirinya ia adalah anak tunggal tidak mempunyai adik, hanya dirinya dan ayahnya saja yang ada di dalam keluarganya bukan orang lain.
Keinginan dan memperatahankan orang yang dicintai membuat seseorang bisa berubah menjadi sosok yang berbeda. Walau dihati mengatakan tidak ingin melakukannya akan tetapi demi membahagiakan seseorang membuatnya rela melakukan apapun. Cinta di dalam hati tidak selalu bahagia terkadang ada air mata dan perjuangan untuk bisa mendapatkannya. Kekecewaan, amarah, kesedihan yang datang silih berganti membuat segala sesuatu berubah menjadi lebih kuat menghadapi semua masalah kehidupan dan tetap tersenyum walau menyakitkan.Suara alarm terdengar nyaring di telinga seorang gadis yang meraba-raba menggapai ponselnya, dengan mata setengah terpejam ia melirik jam di terlihat jelas sudah pukul 5 pagi. "Mati aku telat bangun," serunya panik. Ia pun segera ke kamar mandi membuat kebisingan membangunkan sahabatnya yang masih tertidur pulas menikmati mimpinya. "Keira ini jam berapa? Berisik banget sih," teriak Vio. "Jam 5, Vi. Bangun Vi bantu aku," ujar Keira berteriak dari kamar mandi. Setelah
Terkadang seseorang yang tidak dikenal malah menjadi sosok penolong dibandingkan orang yang sangat kita kenal. Walau tidak sempurna, tapi mampu membuat hati berbedar saat ada yang berusaha masuk menelisik ke dalam relung sanu bari. Perlahan tapi pasti mampu membuat air mata berganti senyuman indah yang sulit untuk tidak terukir di raut wajah. Keira masih terpaku karena di cium Dean. Ia langsung menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya mencoba mencerna kejadian yang terjadi padanya. "Mana laki-laki itu kok ga ada yaa," ujar Keira sambil melihat ke berbagai arah, tapi ia tidak menemukan pria tersebut. "Awas aja dia kalau ketemu lagi akan ku balas seenaknya aja main cium bibir orang tanpa basa-basi," ucap Keira sangat kesal. Keira kembali lagi berkeliling mencari Cristo, sudah 30 menit berlalu tapi dia masih tak menemukan Cristo. Ia terkejut saat melihat ponsel dengan ada 20 panggilan tak terjawab dari Cristo. Ia dengan secepatnya menghubungi Cristo. "Hallo Sayang,
Dean menatap Keira heran. Ia bingung dengan apa yang dikatakan gadis yang ada di depannya. Menjadi kekasihnya untuk sementara? What the hell is this! Apa yang terjadi dengan gadis ini? Apa dia waras berkata seperti itu. "Wait, apa maksudmu?" Dean bertanya lagi agar tidak salah mendengar perkataan wanita yang ada dihadapannya. "Kamu tadi sudah mendengar kalau pernikahanku batal, tapi keadaannya sekarang gak semudah itu." Keira menatap Dean dengan sorot mata memohon. "Aku mohon tolonglah aku. Aku bingung harus bagaimana lagi. Please help me." "Untuk apa aku membantumu dan apa untungnya untukku?" tanya Dean curiga. "Orang tua sedang dalam perjalanan ke restoran ini dari Surabaya untuk bertemu aku dan kekasihku, Cristo, tapi kamu tau sendiri kalau laki-laki sialan itu malah gak datang dan membatalkan pernikahan kami." "Lalu bagian menguntungkannya bagaimana?" Keira terdiam. Ia bingung harus memberikan keuntungan apa ke Dean. Uang? Ia saja sudah menghabiskan tabungannya untuk biaya
Pertemuan orang tua Keira dan Dean sudah selesai. Dean ingin mengantarkan orang tua Keira, tapi Keira menolaknya. Ia akan membawa ayah dan ibu ke hotel yang memang sudah dipesannya untuk tempat tinggal selama seminggu sebelum hari pernikahannya. Dean tak mempermasalahkannya sebelum Keira pergi ia sudah mendapatkan nomor telepon gadis itu. Ia sekarang sedang menunggu ayahnya di restoran Orien. Tak lama ayahnya pun menjemputnya, banyak hal yang mereka bicarakan. Dean sangat merindukan rumah dan ayahnya. Sesampainya di rumah Dean memperhatikan sekeliling rumah dibelinya 4 tahun yang lalu. Bagi Dean, rumah tempatnya untuk berteduh, tempatnya untuk mengadu, dan tempatnya untuk melepaskan seluruh rasa penat setelah seharian bekerja. Meskipun dulu ia sangat membenci yang namanya rumah. Pengkhianatan Rosie membuat keluarga yang bahagia itu tercerai berai. "Dean karirmu sebagai pengacara sangat bagus, keuangan keluarga kita juga sangat mapan, ada rumah, ada mobil, tapi kapan yaa rumah ini d
Tanpa terasa tinggal satu hari lagi pernikahan Keira dan Dean akan dilaksanakan. Rudi, Arman, dan Rosanna sibuk mempersiapkan pernikahan anak mereka dengan semangat bahkan Vio ikut membantu persiapan pernikahan mereka. Dari persiapan pemberkatan di gereja hingga resepsi pernikahan di gedung hotel. Vio juga menemani Keira memilih gaun penganting yang baru sebab Dean tidak menginginkan gaun pengantin yang lama.Saat Vio bertemu dengan Dean. Dia tidak menyangka Dean begitu tampan bahkan sangat-sangat tampan. Wajah Dean seperti pria blasteran, hidungnya mancung, alisnya rapi bagaikan semut beriringan, kulitnya putih, rahangnya tegas, bentuk tubuhnya atletis, dan memiliki tinggi badan yang menjulang semakin membuat Vio terpesona pada pandangan pertama.Cara bicara Dean yang tegas dan berwibawa membuat Vio mengerti kalau pria tersebut merupakan seorang casanova. Jika bukan Dean dan Keira akan menikah dia pasti akan menggunakan kesempatan untuk mendapatkan pengacara tampan tersebut. Tatapan
Di salah satu hotel bintang 5 sudah terlihat banyak orang yang sedang mempersiapkan resepsi. Keira sang pengantin wanita menatap dirinya di depan cermin. Polesan make up dari perias profesional membuat Keira tampak berbeda dari biasanya. Warna rambutnya yang dulu berwarna pirang sudah berubah menjadi hitam legam. Terlihat pas dengan warna kulit Keira yang putih memancarkan aura kecantikan yang berbeda. Keira harus siap dengan keputusan yang telah diambilnya. Dia akan menikah hari ini dengan Dean, suara bel pintu kamar hotel membuyarkan lamunannya. Dia pun beranjak dari kursi menuju pintu yang diyakini nya kalau Mamanya yang menunggunya untuk menuju gereja.Tapi saat dia membuka pintu ada dua orang pria yang tidak dikenalnya berdiri dihadapannya. Pria-pria berpakaian cleaning service itu menatap Keira dengan tajam. Membuat bulu kudung Keira merinding sendiri, dia yakin kedua orang ini bukanlah petugas hotel.“Kalian siapa ya?” tanya Keira bingung.“Ikut kami,” ujar salah satu pria.“A
Rasa sesak seakan tercekik mendera saluran pernapasan Keira. Gelap, tidak terlihat apapun indra penglihatannya tertutupi oleh sebuah kain berwarna hitam. Dia ingin berteriak tapi sebuah selotip menghalangi bibirnya. Dia juga menggerakkan kaki dan tangannya juga tidak bisa, dia diikat. Ketakutan melanda Keira, siapa yang menculiknya? Sayup-sayup dia mendengar salah satu pria sedang berbicara sendiri seperti sedang menghubungi orang lain. Dia yakin kalau itu lah orang yang menyuruh menculiknya, tapi siapa?“Sebentar lagi Bos akan datang,” ujar salah satu penculik.“Hanya masalah wanita Bos rela mengeluarkan uang untuk menculik wanita itu,” ujar pria yang lain.“Biarlah itu urusan si Bos dan wanita itu yang penting kita di bayar.”“Iya juga sih. Duitnya lebih penting.”Mereka pun tertawa. Keira jadi semakin penasaran siapa Bos yang mereka maksud. Apa mungkin Cristo? Tapi masa Cristo menculik dia, bukannya lelaki itu telah meninggalkannya demi wanita lain. Entahlah dia bingung sendiri. D
Berkat Ettan yang bisa mengakses cctv hotel dengan bantuan orang tuanya semua orang mengetahui kalau Keira diculik bukan melarikan diri dari pernikahan. Dean sangat marah, siapa yang menculik Keira?“Dean, bagaimana sekarang?” tanya Ettan.Dean terdiam. Dia harus mencari cara untuk menyelamatkan Keira dari orang yang menculik calon istrinya. Tapi dia juga bingung siapa orang yang menculik Keira? Di saat Dean merasa buntu dengan pemikirannya. Vio tiba-tiba menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Dia merasa risih dengan tatapan Vio.“Kamu kenapa?” tanya Dean.“Aku bicara denganmu,” ucap Vio dengan raut wajah serius.“Bicara di sini saja.”“Ini penting.”Dean menuruti permintaan Vio untuk berbicara berdua jauh dari orang tuanya dan orang tua Keira.“Katakan apa yang ingin kamu bicarakan,” ujar Dean.“Aku sedang memikirkan sesuatu,” ucap Vio.“Apa?”“Sepertinya aku tau siapa yang menculik Keira.”“Siapa?”“Cristo. Aku yakin itu Cristo.”“Kenapa kamu bisa begitu yakin?”“Keira tidak memi
Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m
Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga
Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes
Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.
Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa
Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes
Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress
Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har
Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan