Accueil / Pernikahan / Oh, My Lawyer / 3. Bertemu Lagi

Share

3. Bertemu Lagi

Auteur: Miss L
last update Dernière mise à jour: 2024-10-29 19:42:56

Terkadang seseorang yang tidak dikenal malah menjadi sosok penolong dibandingkan orang yang sangat kita kenal. Walau tidak sempurna, tapi mampu membuat hati berbedar saat ada yang berusaha masuk menelisik ke dalam relung sanu bari. Perlahan tapi pasti mampu membuat air mata berganti senyuman indah yang sulit untuk tidak terukir di raut wajah.     

Keira masih terpaku karena di cium Dean. Ia langsung menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya mencoba mencerna kejadian yang terjadi padanya. 

"Mana laki-laki itu kok ga ada yaa," ujar Keira sambil melihat ke berbagai arah, tapi ia tidak menemukan pria tersebut.    

"Awas aja dia kalau ketemu lagi akan ku balas seenaknya aja main cium bibir orang tanpa basa-basi," ucap Keira sangat kesal.    

Keira kembali lagi berkeliling mencari Cristo, sudah 30 menit berlalu tapi dia masih tak menemukan Cristo. Ia terkejut saat melihat ponsel dengan ada 20 panggilan tak terjawab dari Cristo. Ia dengan secepatnya menghubungi Cristo.    

"Hallo Sayang, Kamu dimana? Aku sudah tiba dari tadi dibandara?"  

"Maaf Kei, aku tidak jadi pulang."     

"Kenapa? Kenapa kamu ga jadi pulang. Orang tua ku bagaimana? Hari ini kan kita janjian bertemu orang tua ku untuk membicarakan lebih lanjut tentang pernikahan kita."    

"Maaf Kei ... kamu tahu saat pertama kali kita bertemu denganmu, aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama padamu. Kamu sangat cantik dan aku tak bisa untuk tidak terus menatapmu, kamu begitu mempesona. Aku mencintaimu Kei."     

"Aku juga mencintaimu Cris."    

"Tapi aku memohon maaf padamu, rencana pernikahan kita batal Kei."    

"Batal! Apa maksudmu? Apa kamu ingin pernikahan kita ditunda? Kamu hanya bercanda kan Cris," kata Keira dengan suara keras.  

"Aku tidak bisa menikah denganmu Kei. Aku akan sudah dijodohkan dengan wanita pilihan orang tua ku. Maafkan aku Keira."    

"Seenak saja kamu minta maaf. Kenapa kamu begitu tega pada Cris." Keira menahan rasa sakitnya tanpa terasa air mata terjatuh dipipinya.    

"Aku mohon jangan menangis Keira, aku pun tak sanggup berpisah denganmu, aku sangat mencintaimu Kei. Aku terpaksa melakukan ini Keira."  

"Kalau kamu cinta sama aku, kenapa kamu tidak menentang perjodohan orang tuamu."   

"Kei selama ini aku selalu hidup dengan segala fasilitas dari orang tua ku jika aku tetap memilihmu orang tua ku akan membuang aku dan aku..."    

"Sudah cukup!!! Tidak usah banyak alasan, putus yaa putus aja!" Keira berkata dengan emosi dan memutuskan sambungan telepon.   

Keira menahan rasa sakit dihatinya, ia berjongkok di lantai sambil menangis. Ia tidak percaya Cristo begitu tega padanya setelah setahun mereka berpacaran lalu saat mendekati pernikahan malah Cristo membatalkan semuanya.   

Dean, pria yang mencium Keira berdiri tidak jauh dari wanita tersebut. Ia memperhatikan dan mendengar semua pembicaraannya, bukan maksud Dean untuk mendengar pembicaraan Keira, tapi wanita berbicara di telepon dengan suara keras, mau tak mau dia jadi mendengar pembicaraannya.   

Dean berjalan mendekati Keira, ia mengulurkan tangannya memberikan tissu pada Keira. "Usap air matamu tidak ada gunanya kamu menangis seperti itu hanya untuk pria yang tidak berguna."  

Keira mendonggakan kepalanya saat mendengar suara seorang pria. Ia menatap tidak percaya dengan pria yang ada di hadapannya, pria yang tadi mencium bibirnya.   

"Terima kasih."  

"Berdirilah jangan berjongkok seperti itu."    

Mendengar perkataan pria yang ada di hadapannya, Keira langsung berdiri dan menatap wajah lelaki tersebut dengan kesal. Perasaannya sekarang campur aduk marah, sedih, kecewa, sakit hati entah rasa apa lagi yang dia rasakannya.

Dean menyentuh wajah Keira dengan lembut dan menghapus air mata yang masih jatuh dipipinya.    

"Air matamu begitu berharga, lupa kan masa lalu lanjutkan hidupmu," ujar Dean lembut.   

 "Ini bukan urusanmu!!!" bentak Keira dengan kesal.   

Dean mengerti bagaimana perasaan wanita yang sedang terluka itu sekarang, ia sangat tahu dan mengerti bagaimana rasanya dikecewakan oleh orang yang dicintai. Keira menghapus air matanya dengan kasar, membalikan badannya dan pergi begitu saja dari hadapan Dean.

Dean tersenyum menatap Keira yang pergi dari hadapannya, ia tertarik pada wanita yang tidak di kenalnya.  

"Sayang sekali kamu sudah pergi padahal aku belum mengenalmu," ujar Dean pada dirinya sendiri.  

Dean menghubungi ayahnya, dia juga menunggu jemputan ayahnya dibandara. Dering ponsel Dean berbunyi, dia yakin ayahnya lah yang menghubunginya.  

 "Dean maaf ayah terlambat menjemputmu."

"Iya ayah ga apa-apa. Ayah dimana?"    

 "On the way jemput kamu."   

"Ayah ingat restoran yang dulu ingin datangi. Apa kah masih buka sampai sekarang?"   

"Restoran Orien, masih buka Dean. Ada apa?"   

"Kita bertemu disana aja ayah, aku nanti naik taxi kesana."   

"Ok. Ayah akan kesana."   

Dean teringat restoran Orien. Salah satu restoran yang sangat ingin ia datangi bersama ayahnya. Dulu ia tidak mampu untuk ke sana karena harga makannya yang sangat mahal. Ia dulu hanya orang tidak mampu, tidak sanggup untuk membeli makanan disana tapi berbeda sekarang. Ia sekarang sangat mampu bahkan bahkan sanggup membeli restoran tersebut bukan hanya makanannya saja.  

**********  

Dean masuk ke dalam restoran, restoran ini masih sama seperti dulu, tapi tiba tiba matanya tertuju pada seorang wanita yang dikenalnya di bandara sekarang sedang duduk di meja sendirian, mungkin  ini yang dinama jodoh. Ia mendekatinya. Wanita itu meletakkan wajahnya di atas meja.    

"Hai bertemu lagi nih, boleh aku duduk disini," kata Dean menyapa Keira.   

 Keira hanya menatap Dean sekilas. Ia terlalu lelah untuk mengusir orang lain untuk saat ini.    

"Duduklah dimana pun kamu mau," jawab Keira dengan tidak bersemangat. 

Dean duduk dihadapan Keira tak lama seorang waiters datang membawa menu makanan.    

"Kamu sudah memesan makanan atau minuman?" tanya Dean. 

Keira hanya bisa menggelengkan kepalanya.    

"Pesan 2 capucino ya."    

Dean menatap Keira dengan serius, wanita ini tidak menangis, tidak marah tapi hanya diam dengan wajahnya masih ditempat yang sama.    

"Aku, Keira Rose. Aku berkerja sebagai editor di majalah Kartika," ucap Keira memperkenalkan dirinya.   

"Aku, Dean Angelo berkerja sebagai lawyer di Dickson Davis Law firm Miami, ini kartu namaku," ujar Dean memberikan kartu namanya dimeja tempat Keira masih meletakkan wajahnya.    

"Ooh, baguslah kamu mengerti hukum, aku tidak akan menuntutmu karena tadi melakukan pelecehan padaku tadi."    

"Apa kamu masih betah menaruh wajahmu dimeja itu? Tidak berfikir kalau meja itu kotor dan bisa membuat wajahmu jadi berjerawat."     

Perkataan Dean tentang jerawat membuat Keira mengangkat wajahnya.    

"Terima kasih." Keira kembali diam.    

"Aku batal menikah padahal tinggal seminggu lagi, aku bingung bagaimana harus mengatakannya pada orang tua ku," keluh Keira pada Dean.    

"Katakan saja hal yang sebenarnya banyak orang yang gagal menikah bahkan di detik detik terakhir pernikahan," ujar Dean.    

"Berbicara itu gampang, kamu tidak tahu kan orang tua ku sudah bersusah payah membantu biaya pernikahanku. Aku bukan orang kaya yang bisa mendapatkan uang dengan mengedipkan mata saja dan orang tua ku pasti akan kecewa kalau mereka tau anak mereka gagal menikah."     

"Lalu bagaimana? Apa kamu akan tetap menikah tanpa suami?"     

"Entahlah... aku mau pergi dulu sebentar lagi orang tua akan sampai disini. Terima kasih tuan Dean Angelo sudah mau mendengarkan aku." Keira pergi meninggalkan Dean.    

Baru beberapa langkah dia pergi Dean memanggilnya kembali. "Hei, Keira capucinno belum datang."    

Keira membalikan badannya dan tersenyum pada Dean membuat Dean terpanah memandang Keira tersenyum padanya. Senyum Keira benar-benar mempesonanya.  

"Maaf aku sedang tak berminat minum kopi dan ini uang untuk aku membayar kopi yang sudah terlanjur kamu pesan," kata Keira sambil mengambil dompetnya.    

"Tidak usah biar aku yang membayarnya karena aku yang memesannya," ucap Dean.   

"Terima kasih." Keira melanjutkan lagi langkah kakinya keluar restoran Orien.     

Dean menatap kepergian Keira kecewa tak bisa berbicara lagi dengan gadis tersebut. Saat sedang melihat ponselnya tiba-tiba Keira ada di hadapannya dengan wajah panik membuat Dean terkejut.   

 "Tolong bantu aku!" ujar Keira panik.    

"Kamu kenapa?" tanya Dean heran.    

"Tolong jadi kekasih ku untuk sementara," ucap Keira dengan serius.   

Dean tidak percaya mendengar perkataan Keira. 

    

Related chapter

  • Oh, My Lawyer    4. Tolong Aku

    Dean menatap Keira heran. Ia bingung dengan apa yang dikatakan gadis yang ada di depannya. Menjadi kekasihnya untuk sementara? What the hell is this! Apa yang terjadi dengan gadis ini? Apa dia waras berkata seperti itu. "Wait, apa maksudmu?" Dean bertanya lagi agar tidak salah mendengar perkataan wanita yang ada dihadapannya. "Kamu tadi sudah mendengar kalau pernikahanku batal, tapi keadaannya sekarang gak semudah itu." Keira menatap Dean dengan sorot mata memohon. "Aku mohon tolonglah aku. Aku bingung harus bagaimana lagi. Please help me." "Untuk apa aku membantumu dan apa untungnya untukku?" tanya Dean curiga. "Orang tua sedang dalam perjalanan ke restoran ini dari Surabaya untuk bertemu aku dan kekasihku, Cristo, tapi kamu tau sendiri kalau laki-laki sialan itu malah gak datang dan membatalkan pernikahan kami." "Lalu bagian menguntungkannya bagaimana?" Keira terdiam. Ia bingung harus memberikan keuntungan apa ke Dean. Uang? Ia saja sudah menghabiskan tabungannya untuk biaya

  • Oh, My Lawyer    5. Apa Keuntungannya?

    Pertemuan orang tua Keira dan Dean sudah selesai. Dean ingin mengantarkan orang tua Keira, tapi Keira menolaknya. Ia akan membawa ayah dan ibu ke hotel yang memang sudah dipesannya untuk tempat tinggal selama seminggu sebelum hari pernikahannya. Dean tak mempermasalahkannya sebelum Keira pergi ia sudah mendapatkan nomor telepon gadis itu. Ia sekarang sedang menunggu ayahnya di restoran Orien. Tak lama ayahnya pun menjemputnya, banyak hal yang mereka bicarakan. Dean sangat merindukan rumah dan ayahnya. Sesampainya di rumah Dean memperhatikan sekeliling rumah dibelinya 4 tahun yang lalu. Bagi Dean, rumah tempatnya untuk berteduh, tempatnya untuk mengadu, dan tempatnya untuk melepaskan seluruh rasa penat setelah seharian bekerja. Meskipun dulu ia sangat membenci yang namanya rumah. Pengkhianatan Rosie membuat keluarga yang bahagia itu tercerai berai. "Dean karirmu sebagai pengacara sangat bagus, keuangan keluarga kita juga sangat mapan, ada rumah, ada mobil, tapi kapan yaa rumah ini d

  • Oh, My Lawyer    6. Pesona Dean Angelo

    Tanpa terasa tinggal satu hari lagi pernikahan Keira dan Dean akan dilaksanakan. Rudi, Arman, dan Rosanna sibuk mempersiapkan pernikahan anak mereka dengan semangat bahkan Vio ikut membantu persiapan pernikahan mereka. Dari persiapan pemberkatan di gereja hingga resepsi pernikahan di gedung hotel. Vio juga menemani Keira memilih gaun penganting yang baru sebab Dean tidak menginginkan gaun pengantin yang lama.Saat Vio bertemu dengan Dean. Dia tidak menyangka Dean begitu tampan bahkan sangat-sangat tampan. Wajah Dean seperti pria blasteran, hidungnya mancung, alisnya rapi bagaikan semut beriringan, kulitnya putih, rahangnya tegas, bentuk tubuhnya atletis, dan memiliki tinggi badan yang menjulang semakin membuat Vio terpesona pada pandangan pertama.Cara bicara Dean yang tegas dan berwibawa membuat Vio mengerti kalau pria tersebut merupakan seorang casanova. Jika bukan Dean dan Keira akan menikah dia pasti akan menggunakan kesempatan untuk mendapatkan pengacara tampan tersebut. Tatapan

  • Oh, My Lawyer    7. Ke mana Keira?

    Di salah satu hotel bintang 5 sudah terlihat banyak orang yang sedang mempersiapkan resepsi. Keira sang pengantin wanita menatap dirinya di depan cermin. Polesan make up dari perias profesional membuat Keira tampak berbeda dari biasanya. Warna rambutnya yang dulu berwarna pirang sudah berubah menjadi hitam legam. Terlihat pas dengan warna kulit Keira yang putih memancarkan aura kecantikan yang berbeda. Keira harus siap dengan keputusan yang telah diambilnya. Dia akan menikah hari ini dengan Dean, suara bel pintu kamar hotel membuyarkan lamunannya. Dia pun beranjak dari kursi menuju pintu yang diyakini nya kalau Mamanya yang menunggunya untuk menuju gereja.Tapi saat dia membuka pintu ada dua orang pria yang tidak dikenalnya berdiri dihadapannya. Pria-pria berpakaian cleaning service itu menatap Keira dengan tajam. Membuat bulu kudung Keira merinding sendiri, dia yakin kedua orang ini bukanlah petugas hotel.“Kalian siapa ya?” tanya Keira bingung.“Ikut kami,” ujar salah satu pria.“A

  • Oh, My Lawyer    8. Di mana aku?

    Rasa sesak seakan tercekik mendera saluran pernapasan Keira. Gelap, tidak terlihat apapun indra penglihatannya tertutupi oleh sebuah kain berwarna hitam. Dia ingin berteriak tapi sebuah selotip menghalangi bibirnya. Dia juga menggerakkan kaki dan tangannya juga tidak bisa, dia diikat. Ketakutan melanda Keira, siapa yang menculiknya? Sayup-sayup dia mendengar salah satu pria sedang berbicara sendiri seperti sedang menghubungi orang lain. Dia yakin kalau itu lah orang yang menyuruh menculiknya, tapi siapa?“Sebentar lagi Bos akan datang,” ujar salah satu penculik.“Hanya masalah wanita Bos rela mengeluarkan uang untuk menculik wanita itu,” ujar pria yang lain.“Biarlah itu urusan si Bos dan wanita itu yang penting kita di bayar.”“Iya juga sih. Duitnya lebih penting.”Mereka pun tertawa. Keira jadi semakin penasaran siapa Bos yang mereka maksud. Apa mungkin Cristo? Tapi masa Cristo menculik dia, bukannya lelaki itu telah meninggalkannya demi wanita lain. Entahlah dia bingung sendiri. D

  • Oh, My Lawyer    9. Mencari Keira

    Berkat Ettan yang bisa mengakses cctv hotel dengan bantuan orang tuanya semua orang mengetahui kalau Keira diculik bukan melarikan diri dari pernikahan. Dean sangat marah, siapa yang menculik Keira?“Dean, bagaimana sekarang?” tanya Ettan.Dean terdiam. Dia harus mencari cara untuk menyelamatkan Keira dari orang yang menculik calon istrinya. Tapi dia juga bingung siapa orang yang menculik Keira? Di saat Dean merasa buntu dengan pemikirannya. Vio tiba-tiba menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Dia merasa risih dengan tatapan Vio.“Kamu kenapa?” tanya Dean.“Aku bicara denganmu,” ucap Vio dengan raut wajah serius.“Bicara di sini saja.”“Ini penting.”Dean menuruti permintaan Vio untuk berbicara berdua jauh dari orang tuanya dan orang tua Keira.“Katakan apa yang ingin kamu bicarakan,” ujar Dean.“Aku sedang memikirkan sesuatu,” ucap Vio.“Apa?”“Sepertinya aku tau siapa yang menculik Keira.”“Siapa?”“Cristo. Aku yakin itu Cristo.”“Kenapa kamu bisa begitu yakin?”“Keira tidak memi

  • Oh, My Lawyer    10.

    Rasa sesak seakan tercekik mendera saluran pernapasan Keira. Gelap, tidak terlihat apapun indra penglihatannya tertutupi oleh sebuah kain berwarna hitam. Dia ingin berteriak tapi sebuah selotip menghalangi bibirnya. Dia juga menggerakkan kaki dan tangannya juga tidak bisa, dia diikat. Ketakutan melanda Keira, siapa yang menculiknya? Sayup-sayup dia mendengar salah satu pria sedang berbicara sendiri seperti sedang menghubungi orang lain. Dia yakin kalau itu lah orang yang menyuruh menculiknya, tapi siapa?“Sebentar lagi Bos akan datang,” ujar salah satu penculik.“Hanya masalah wanita Bos rela mengeluarkan uang untuk menculik wanita itu,” ujar pria yang lain.“Biarlah itu urusan si Bos dan wanita itu yang penting kita di bayar.”“Iya juga sih. Duitnya lebih penting.”Mereka pun tertawa. Keira jadi semakin penasaran siapa Bos yang mereka maksud. Apa mungkin Cristo? Tapi masa Cristo menculik dia, bukannya lelaki itu telah meninggalkannya demi wanita lain. Entahlah dia bingung sendiri. D

  • Oh, My Lawyer    11

    Berkat Ettan yang bisa mengakses cctv hotel dengan bantuan orang tuanya semua orang mengetahui kalau Keira diculik bukan melarikan diri dari pernikahan. Dean sangat marah, siapa yang menculik Keira?“Dean, bagaimana sekarang?” tanya Ettan.Dean terdiam. Dia harus mencari cara untuk menyelamatkan Keira dari orang yang menculik calon istrinya. Tapi dia juga bingung siapa orang yang menculik Keira? Di saat Dean merasa buntu dengan pemikirannya. Vio tiba-tiba menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Dia merasa risih dengan tatapan Vio.“Kamu kenapa?” tanya Dean.“Aku bicara denganmu,” ucap Vio dengan raut wajah serius.“Bicara di sini saja.”“Ini penting.”Dean menuruti permintaan Vio untuk berbicara berdua jauh dari orang tuanya dan orang tua Keira.“Katakan apa yang ingin kamu bicarakan,” ujar Dean.“Aku sedang memikirkan sesuatu,” ucap Vio.“Apa?”“Sepertinya aku tau siapa yang menculi

Latest chapter

  • Oh, My Lawyer    100

    Tatapan Vio nanar saat dilihatnya Vanessa yang mengenakan gaun berwarna peach panjang di atas tempat tidur. Air matanya terjatuh saat tubuh Vanessa yang terbujur di sana. Dengan langkah perlahan dia mendekati Vanessa.“Vanes. Vanessa bangun, Vanes,” ucap Vio dengan tak bersemangat.“Bangun Vanes. Bangun!” Vio berteriak sambil menggoncang-goncangkan tubuh Vanessa dengan kencang.“Bangun Vanessa. Ini Kakak datang, jangan tinggalkan aku seperti ini. Vanes, bangun Vanes.” Vio memeluk tubuh Vanessa dengan erat. Air mata terus mengalir di pipinya. Dia sangat sedih kehilangan wanita yang sudah dianggapnya seperti adik kandungnya sendiri.Pak Ujang melihat hal tersebut mendekati Vanessa. Sejujurnya dia tidak mengetahui permasalahannya hingga membuatnya jadi penasaran dengan apa yang terjadi. “Yaa Tuhan botol obatnya aja sudah kosong semua. Berapa banyak yang kamu telat, Vanes.” Tangan Vio memegang botol obat tidur. “Maaf Bu boleh saya periksa denyut nadi Bu Vanessa.” “Iya Pak.”Pak Ujang m

  • Oh, My Lawyer    99

    Tidak semua orang mampu mengatasi masalahnya sendiri dengan berbagai macam sifat, karakter, pemikiran yang berbeda-beda. Apalagi disertai rasa bersalah. Semakin membuat hati dan pikiran menjadi terpuruk.Vanessa menatap langit-langit kamarnya. Dia terlalu lelah dengan permasalahan dalam hidupnya. Tidak ada kesempatan lagi untuk dia memperbaiki semua kesalahan.“Seandainya dulu aku bisa untuk mencegah semuanya. Memiliki keberanian untuk mengatakan hal yang sebenarnya tentu Ettan masih bersamaku. Ettan dan aku bisa hidup bahagia,” ucap Vanessa dengan sangat menyesal. “Tunggu aku, Sayang. Kita akan bertemu lagi. Cinta kita akan abadi.” ucap Vanessa dengan tersenyum lalu menutup matanya. Berharap tak akan pernah bangun lagi untuk selamanya.Pak Syarif, pihak keamanan perumahan Diego Hills segera menuju rumah Vanessa. Dia berkali-kali menekan bel rumah walau tidak ada yang jawaban.“Aduh kumaha ieu? naha teu aya anu kaluar ti imah muka panto?” Syarif berkata dengan bahasa Sunda kebingunga

  • Oh, My Lawyer    98

    Di saat harapan sudah mulai sirna dan keinginan untuk menghadapi kenyataan hidup begitu menyakitkan. Terkadang manusia yang memiliki pikiran pendek memilih untuk menyerahkan segalanya. Walau mengetahui bahwa apa yang dilakukannya adalah salah.Vio sangat panik mendengar kata-kata Vanessa sebelum sahabatnya yang sudah seperti saudara baginya sebelum mengakhiri komunikasi mereka. Berkali-kali dia menelpon ponsel Vanessa, tapi sudah tidak aktif. Rasa cemas dan ketakutan melandanya. Dia khawatir Vanessa benar-benar memilih jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya sendiri.“Aku harus segera ke rumah Vanessa,” ucapnya.Dia segera ke rumah Vanessa. Mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.“Semoga aku ga terlambat.”Jalanan Ibu Kota begitu padat. Dia sangat kesal harus selalu berjibaku dengan kemacetan yang seakan tidak pernah berakhir.“Aduuh malah macet sih nih. Ayo dong yang di depan cepetan.” Vio membunyikan klakson mobilnya berkali-kali.Namun, Vio masih berusaha untuk menelpon Vanes

  • Oh, My Lawyer    97

    Rasa kecewa dan penyesalan selalu membuat seseorang mengerti dengan keadaan. Walau rasa kecewa mampu membuat sesak di dalam dada, tapi juga tetap harus melanjutkan perjalanan hidup.Vanessa memikirkan semua perkataan Dean. Dia mencoba memancing Lucas agar datang ke rumahnya. Jika Lucas tidak datang semua yang telah direncanakan Dean dan dia akan sia-sia. Dia harus membalaskan dendam Ettan pada Lucas.Sambil memegang ponselnya Vanessa memberanikan diri menghubungi Lucas. Semenjak acara pemakaman Ettan Lucas sangat jarang datang ke rumahnya, dia tahu alasan kenapa sekarang laki-laki tua tersebut tidak menghampirinya lagi sebab sudah memiliki wanita lain. Walau sebenarnya dia tidak peduli karena yang dibutuhkannya dari Lucas hanya uangnya saja.“Kenapa?” tanya Lucas dingin tanpa berbasi-basi pada Vanessa. “Halo Sayang. Lagi di mana Pi?” tanya Vanessa dengan manja.“Kenapa tanya-tanya aku di mana? Ga usah mau tau aku di mana.”“Iih Papi kok gitu sih sama aku. Jangan marah-marah dong Pi.

  • Oh, My Lawyer    96

    Keira menatap Dean yang tidur. Dia memperhatikan raut wajah suaminya menyentuh hidungnya yang bangir.“Sampai kapan kamu mau melihat aku terus Kei. Aku tau aku sangat tampan,” ucap Dean dengan suara serak khas orang bangun tidur.“Idiih, siapa juga yang melihat kamu. Aku tuh liat ilermu tuh.” Keira malu sendiri ketahuan menatap Dean.“Aku ga pernah ngiler Sayang.”“Aah masaaa… mana mungkin ga pernah ngiler.”“Iya bener. Aku manusia nyaris sempurna.”“Iya percaya deh. Manusia nyaris sempurna yang hanya takut sama mbak kunti.”“Sayang… jangan suka bercanda tentang makhluk yang tidak boleh dibecandain. Nanti kalau dengar terus muncul gimana?”“Nanti paling panggil Dean… Dean…” Keira berkata sambil menirukan suara bergetar menakut-nakuti Dean.Dean tersenyum. Dia paling tidak kalau Keira membawa-bawa makhluk halus.“Udah akh, aku mau mandi dulu,” ucap Dean kesal.“Iis, pagi-pagi udah baper aja sih Pak,” ujar Keira mencibirkan bibirnya.Dean menarik kepala Keira dan mencium bibirnya. Rasa

  • Oh, My Lawyer    95

    Dean merasa masih ada janggal dengan keterangan Vanessa. Dia menggenggam tangan wanita yang mengenakan mini dress warna merah muda.“Bagaimana kamu bisa tau kalau Lucas yang membunuh Ettan? Bagaimana caranya?” tanya Dean.“Aku mendengar perkataannya Lucas saat dia dihubungi salah satu pejabat pemerintahan dan petinggi-petinggi berbagai perusahaan,” jawab Vanessa.“Lalu? Bagaimana caranya membunuh Ettan?” Dean semakin penasaran lagi.“Nah si Lucas itu ga tau menghubungi siapa kayaknya sih orang penting juga sambil marah-marah. Eeh, besoknya aku dengar kabar di televisi kalau Ettan meninggal karena bunuh diri.” Wajah Vanessa terlihat sedih.“Kamu sedih karena Ettan meninggal? Apa aku memiliki hubungan dengan Ettan.”Vanessa terdiam. Dia memang sempat beberapa kali berhubungan intim dengan Ettan di belakang Lucas, tanpa sepengetahuan siapapun. Walau bagaimanapun Ettan bukanlah anaknya dan dia bukan istri Lucas. Dia hanya wanita simpanan Lucas.“Aku… aku… tidak dapat mengatakannya.” Vanes

  • Oh, My Lawyer    94

    Vanessa memoleskan lipstik warna merah cabai di bibirnya. Bibirnya yang penuh tampak begitu menggoda, tak ketinggalan pula menaburkan bedak padat yang disapukan di wajahnya agar terlihat tampil cantik mempesona, tanpa satu pun noda yang terlihat.Dia membuka lemari pakaiannya. Sibuk memilih dress yang terbuka, menggoda, dan seksi. Tapi dia menyadari kalau ini hanya makan siang. Akan terlihat terlalu berlebihan jika dia mengenakan gaun panjang berbelahan dada rendah saat makan siang. Akan berbeda kalau makan malam yang tentu akan lebih intim dan romantis.“Aku pakai baju apa yaa.” Matanya terus mencari dress yang sesuai untuk makan siang bersama Dean.Tangannya menyuruh hanger gantungan baju. Sampai tangannya berhenti di salah satu mini dress dengan berkerah sabrina yang memamerkan bahunya yang putih mulus berwarna merah muda. Mini dress tersebut tak hanya memamerkan bahu, tapi juga pahanya dengan tonjolan pantat yang semakin membuat tubuhnya terlihat begitu menggoda.“Aku yakin dress

  • Oh, My Lawyer    93

    Suara helaan napas seorang pria terdengar berat. Membuang napasnya dengan kesal dan lelah, lalu menutupkan matanya. Dia hanya ingin lebih lama di Indonesia, tapi keadaan tidak memungkinkan lagi.Dean terus menerus menghela napas sambil menatap layar ponselnya. Laura, sekretarisnya sudah menghubunginya agar segera kembali ke Miami. Sudah banyak pekerjaan yang menunggunya, sedangkan permasalahan Etan belum juga ada titik terang.Nampan berisi roti bakar coklat keju dan kopi susu berada di tangan Keira. Sambil bersenandung dia membawakan sarapan pagi untuk suami tercintanya. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Wajah Dean tampak cemberut.“Dean kenapa ya?” gumam Keira menatap Dean penasaran.Keira mendekati suaminya. “Sayang, sarapan dulu,” ucapnya dengan semangat.Raut wajah Dean yang tadinya cemberut langsung berubah saat mendengar suara Keira. Dia tidak ingin istrinya mengetahui tentang kebimbangannya sendiri.“Kamu kenapa kok wajahnya cemberut tadi?” tanya Keira dengan penasaran.“Aku har

  • Oh, My Lawyer    92

    Di saat Keira sibuk dengan pemikirannya sendiri. Dean masuk ke dalam kamar. Tersenyum menatap Keira yang sedang melamun. Aduh… aduh si Keira kok malah melamun gitu sih, apa lagi tuh wajahnya cemberut gitu. Apa jangan - jangan ada masalah lagi nih. Gimana kalau ada masalah lagi yaa. Dean berkata dalam hatinya dengan khawatir, dia takut istrinya akan kembali marah dan meninggalkannya.Dengan perlahan Dean pun mendekati Keira. Walau dia sudah mendekati istrinya, tapi Keira tetap tidak menyadari kehadirannya.“Keira, kamu kenapa Sayang?” tanya Dean penasaran.“Yaa Tuhan, Dean. Kamu ini membuatku kaget aja sih, Sayang.” Keira terkejut sambil mengelus dadanya.“Eh, maaf yaa Sayang. Aku ga bermaksud kayak gitu.”“Untung aja jantungku ga keluar dari tempatnya.”“Tenang aja Sayang kalau keluar nanti aku tangkap.”Keira tertawa mendengar perkataan Dean. Dia menatap Dean dengan serius.“Kamu kenapa kok lihat aku kaya gitu?” tanya Dean.“Hmm, aku mau ngomong sesuatu sama kamu,” ucap Keira dengan

DMCA.com Protection Status