Pagi ini langit terlihat suram, dengan awan tebal tengah menyingsingkan kecerahan, serta sinar matahari yang malu-malu di sela mega-mega mendung abu-abu.
Namun, ke muraman bukan hanya di atas langit pagi ini saja, di bawah naungan perlindungan atap rumah sakit, wajah Bagas juga tampak tidak begitu baik.Seseorang yang ia tunggu sejak siang kemarin, sosok yang ia pikir akan datang dengan cepat begitu mengetahui kondisinya, ternyata tidak seperti harapan.Bahkan dengan berlalunya waktu dari sore yang ia perhitungkan akan kedatangan Angel, menjadi semakin menciutkan hati dan harapan, ketika hari berlalu menuju gelap, sosok wanita itu tidak kunjung datang.Meski begitu, Bagas masih menyisakan harapan kecil dalam hati, bahwa sosok sang istri mungkin menemui kendala dalam perjalanannya untuk sampai ke rumah sakit, di mana tempat dirinya di rawat sekarang.Hingga saat malam sudah menunjukkan kesunyian, dengan jarum jam di tembok menunjukkan pukul 2"Selamat pagi mas." Suara itu tidak keras ataupun pelan, namun dengan keakraban di dalam pendengaran Bagas untuk suara itu, Musim semi tiba-tiba saja mereka di benak dan hati pria tersebut.Mata itu teguh menatap sosok Angel yang mulai berjalan masuk, ia tak ingin melepaskan momen saat ini, dan membiarkannya menghilang dalam sekali kedipan mata."Sedang sarapan, lanjutkan saja dulu." Sambung Angel lagi, sembari meletakkan sebuah tas tanggung yang di perkirakan oleh Bagas, bahwa itu adalah baju ganti milik Angel.Melihat gelagat, dan tas yang di letakkan tak jauh dari tubuhnya berbaring, Bagas semakin menyiratkan kebahagiaan seketika itu juga."Oh ya, Anda...?." Tanya Angel lagi, setelah selesai meletakkan barang bawaannya, untuk sosok asing baginya di sana.Mendengar pertanyaan itu, kedua orang disana mulai tersadar kembali."Oh, saya pak Rajiman non, orang yang..." Pria paruh baya tersebut belum sempat menyelesaik
"Kau masih peduli padaku Een..,Aku tahu, cintamu tidak mungkin secepat itu menghilang." Pikir Bagas dalam diam, ketika melihat wanita itu berjalan semakin mendekat kearah ranjang.Bagas yang tak bisa menutupi perasaan senang dalam hati, menyembulkan senyum lembut di bibirnya."Tidak perlu, sebentar lagi juga dokter akan datang untuk melakukan pemeriksan." Jawabnya tenang."Baiklah. " Angel menarik salah satu kursi yang berada tak jauh dari sana, dan membawanya lebih mendekat ke tepi ranjang. Ia mendudukkan tubuh di sana, dan kembali berkata. "Bagaimana ini bisa terjadi?, bukankah seharusnya Mas berada di kota S?." Mendengar pertanyaan tersebut, senyum Bagas sedikit memudar, dan sekilas resah serta kecewa melintas dalam benaknya."Aku datang dua hari yang lalu. Maksudku setelah dari kantor kemarin aku langsung balik ke sini sore harinya." Bagas mengingat bahwa wanita di sana tengah marah untuk diri sendiri. Oleh karena itu, ia tidak menyebutkan bahwa ia
"Bisakah kita kembali seperti dulu?, beri satu kesempatan lagi untuk kita Een.....bisakah?." Mata Angel menggeliat sejenak dengan rasa terkejut. Namun, benar inilah akhirnya dan ia sudah menebak sejak awal jika memutuskan untuk datang.Angel bukan tak bisa menebak arah dari ujung keputusan yang di ambilnya dengan datang memberikan perawatan ini kepada Bagas.Sudah barang tentu, pria tersebut akan menjadi kembali di hidupkan keyakinannya, tentang kemungkinan baik diantara keduanya.Angel masih melihat sosok di depannya dengan lekat.Ada kenangan indah diantara kisah hidupnya bersama sosok ini dulu. Bukan hanya sekali, namun lebih dari berkali-kali kebaikan hadir diantara mereka, termasuk kebaikan hati keluarga Pambudi untuknya.Namun, manusia terkadang adalah sosok yang sangat baik dalam fotocopy sejarah, ia akan mampu mengingat apapun dalam setiap detil hidup ini, khususnya hal buruk serta luka.Oleh karena nya untuk luka dalam pengkh
"Mengapa harus menunggu lain waktu, katakan saja bahwa kau memang telah mengurus perceraian kita saat ini."Angel memang sedang berusaha menyisihkan waktu untuk mengajukan gugatan cerai, namun itu masih belum di laksanakan.Akan tetapi, melihat dan mendengar perkataan dari Bagas barusan, ia kembali menyesali perkataannya beberapa waktu lalu, yang bersedia untuk memikirkan kembali."Aku memang berniat untuk melakukannya mas, bagaimanapun kita bukanlah pasangan sehari dua hari saja, dan selama ini kelurga pambudi juga sudah ku anggap seperti keluargaku sendiri." Angel berusaha menekan rasa tidak nyaman, serta kecewanya dalam-dalam.Baginya, mungkin sekaranglah saat yang tepat ia harus mengatakan apa yang telah ia putuskan."Karena inilah aku ingin mempertimbangkan lagi tentang hubungan kita selama ini, hubungan yang telah memberiku kenyamanan keluarga, serta kepedulian orang tua yang telah lama tak kumiliki." Melihat nada suara ya
"Jika aku juga bersama pria lain, mungkin mas akan mengerti, apa dan mengapa keputusan ini kuambil." Angel merasa kesal dengan pemikiran dan pemahaman Bagas yang di rasanya tidak masuk akal.Sebaik apa dan sejelas apa ia berusaha menjelaskan, pria tersebut tidak bisa mengambil poin pentingnya.Seolah ia tengah berbicara dengan sosok lain yang berbeda dimensi.Iya, mungkin Bagas tengah berperan menjadi alien asing, yang tidak dapat memahami bahasa manusia yang ia ucapkan.Dan mungkin jika dirinya menjadi Alien juga, atau makhluk yang sama dengan sosok itu, segalanya akan menjadi mudah.Dan di sini itu berarti, Angel harus menjadi sosok wanita penghianat, agar bisa masuk ranah dunia Bagas.Akan tetapi apa yang di ucapkan oleh Angel dengan nada kekesalan barusan, justru memicu sesuatu yang baru.Bagas yang tengah berada di atas ranjang, dengan cepat meraih tangan Angel dan menariknya dengan kasar, sembari berseru. "Coba saja, kalau k
"Een...kita belum selesai bicara Eeen...." Angel tak lagi menghiraukan panggilan dan tetap mengabaikan Bagas, ia justru dengan santainya membaringkan tubuh pada kursi."Bicara saja dengan punggungku." Ucapnya dalam diam, sembari memunggungi Bagas yang masih menatap kearahnya.Angel bukan sosok yang bisa bersabar dengan mudah. Baginya menahan kegeraman dalam hati, serta menyaksikan kepura-puraan bodoh dari Bagas, telah membuatnya jengkel hingga batas tak terkatakan. Menyesalkah ia datang kesana?.Kedatangannya kali ini tidak dapat di kategorikan ataupun di tentukan dalam penyesalan atau tidak.Bagi sosok Angel demi alasan masa lalu dan kebaikan keluarga Pambudi yang begitu baik kepadanya, serta status wanita tersebut yang masih resmi istri Bagas. Berapa kalipun waktu diputar, seberapa jengkel ia untuk sosok Bagas, pada akhirnya dirinya tetap harus datang.Buka semerta-merta demi kasih sayang keluarga itu saja, namun lebih spesifi
"Apakah aku telah sampai pada tahap mencintai wanita itu sebesar ini?, dan haruskah ia memiliki kecemburuan?." Pertanyaan tersebutlah terus bergulir dalam pikirkan.Handoko mencoba mengingat saat mereka masih kecil dulu, bermain, bercanda dan berpisah lantaran keluarganya pindah ke kota lain. Pria tersebut juga mengingat pertemuan pertamanya kembali beberapa hari yang lalu, meski itu bukan kejadian yang menyenangkan, namun ia mensyukurinya sekarang.Pikiran Handoko kembali melayang saat ia mengingat kontrak kerja hasil budidaya Anggara, yang sedikit skeptikal untuk Angel. Wajah tampan itu tersenyum.Akan tetapi, ketika ia mengingat pagi hari dimana ia menjemput wanita tersebut, tubuh gagahnya terlonjak secara reflek, sebuah gambaran terlintas jelas di benak Handoko, dan itu membuatnya sedikit merasakan desir tak terungkap.Pria tersebut segera menuju meja kecil di samping ranjang, menarik laci kecil di sana dan melebarkan mata tak percay
"You are mine, i won't let go of you." Ucap Anggara, di tengah desahannya."Yes, I am your's to night." jawab WM.Entah sejak kapan Anggara mulai memperlakukan sosok partner adu kungfunya dengan kelembutan ektra. Bahkan, ia juga selalu menyebut sosok di bawahnya sebagai tampilan Angel, yang ia puja untuk kurun waktu tertentu.Dalam hal kebiasaan Anggara tidak menyadari perubahan yang ada pada dirinya tersebut.Ia hanya berpikir, setiap ia merasa kesal dan di kecewakan oleh sosok sang sekertaris baru, melakukan adu tos dengan cara baru ini, cukup efektif meredakan kemarahannya.Anggara kembali masuk ke kamar mandi sekitar pukul 8 pagi, ia menghabiskan hampir 40 menti di ruangan tersebut.Dan selama ia berada di sana, sosok di atas ranjang sudah hampir kehilangan tenaga sepenuhnya.Tubuh itu lunglai dan terlelap ke alam mimpi tanpa sadar.Sehingga yang seharusnya ia berbenah diri dan meninggalkan hotel pagi ini, justru kini