“Banyak sekali benda peledak, senjata api yang bisa memuntahkan banyak peluru,” Iwan terpesona.
Mauli juga penasaran akhirnya mendekati. “Ya ampun, tapi sepertinya aku bisa menggunakan benda jahanam ini.”
“Dari mana kau belajar?”
“Aku sering nonton film laga,” jawab Mauli.
“Kau sama gilanya dengan Beni,” Iwan mundur.
Ia lalu melihat daging yang sudah lama ia tinggal. Betapa terkejutnya Iwan melihat penampilan gading tersebut telah menyerupai arang.
“Semua gara-gara kau!” Iwan mengangkatnya.
Akuadron kemudian belok kanan. Mereka terus melaju melewati jalan-jalan sepi. Bahkan pasukan Bodem pun tak terlihat. Namun, Akuadron tiba-tiba berhenti di sebuah lapangan tetapi di depan terdapat gedung aneh. Terlihat bangunan tua, tetapi di sekeliling terlihat seperti tempat umum.Mereka berhenti, lalu keluar dari mobil. Mereka telah siap dengan senjata api membidik pasukan Profesor. Sementara iwan menggunakan rompi yang penuh dengan alat peledak. Mauli dan Beni lebih dulu berjalan mengindip.“Tempat apa ini? Jelek sekali,” kata Iwan.“Bisakan kau jaga mulutmu? Kemungkinan Ogan ada di dalam,” balas Beni berlindung di balik tembok.“Kau lihat?”
Mauli masih berdiri tegak sementara nafas masih ngos-ngosan. Kemudian ia bergerak melepas genggaman Akuadron dan balik badan.“Kau tak apa?” Beni mendekat.“Iya,” Mauli mengangguk sambil mengatur nafas.Akuadron lalu bergerak lagi, benda itu melewati tubuh Bodem yang tergeletak. Mereka mengikuti pergerakan Akuadron kembali.“Dasar tak berguna,” kalimat Iwan mengejek sambil melangkahi rongsok Bodem.Mereka berjalan pelan-pelan, Akuadron masuk di tempat yang luas seperti lapangan di dalam gedung namun berlantai keramik. Mereka menyandar di tembok, berhati-hati jika melihat musuh, Beni memantau area tersebut.&
Ogan menghampiri Mauli. “Sebaiknya kita pergi dari sini!” Ogan menatap mereka. Dari samping Beni dan Iwan merapat.Mereka segera meninggalkan tempat tersebut sebelum Bodem bangkit kembali dan menyerang mereka. Sementara para tawanan telah lebih dulu berhamburan meninggalkan tempat itu. Ogan dan kawan-kawan justru dihadang oleh musuh.Bodem yang baru saja mereka kalahkan kini bangkit kembali. Kepingan tubuh itu berangsur-angsur menyatu kembali.“Mereka telah bangkit!” Iwan takut.Tanpa pikir panjang Ogan berlari ke arah makhluk itu. Namun, tak disadari dari samping sosok Bodem yang lain menepis tubuh Ogan hingga terpelanting membentur tiang.
Bagian langit-langit runtuh. Terdapat benda keras berbentuk balok menghantam kepala Bodem tersebut. Akibatnya kepala itu lepas serta membuat ia jatuh tersungkur.“Aku tak perlu repot-repot menghajarmu tadi jika akhirnya kau begini,” gumam Ogan.Sementara di tempat lain, Iwan baru saja menemukan mobil tak terpakai di area tersebut. Iwan memperhatikan mobil hitam yang penuh dengan debu. Iwan mendekati mobil tersebut lalu membuka pintu depan. Ia senang karena mobil itu tak terkunci.“Sebentar akan ku atasi agar kendaraan ini bisa berjalan,” Iwan mengeluarkan sejumlah kabel dari bawah setir.“Hai!”Beni mendekati Mauli lalu m
“Hai, apa kalian akan seperti itu terus, sementara nyawa kami tengah terancam,” Beni Berteriak.Mauli dan Ogan menoleh ke Beni. kemudian merapat. “Kita ke kantor walikota sekarang!” Mauli buka suara.“Kita tak punya kendaraan lagi, terpaksa kita harus jalan kaki,” ungkap Iwan.“Aku tau!”Kalimat singkat itu keluar dari Mauli, Ogan dan Beni secara bersamaan. Kemudian mereka menuju ke arah kantor walikota Miranda. Mereka sepakat untuk mempertaruhkan nyawa mereka untuk orang-orang Miranda.Mereka menempuh jalan yang tak dekat, mereka harus sembunyi-sembunyi agar cepat sampai di tempat tujuan mereka. Sedangk
Ketika Ogan membuka penutup kepala tersebut betapa terkejutnya dirinya. “Kau!” “Dengar!” Pria misterius tersebut tak lain adalah si kurus. “Selama ini kau tak pernah tau namaku, kini aku kenalkan namaku adalah Arjun.” “Kau gila? Aku keluarkan dirimu agar kau bisa selamat, lihat! Sekarang kau justru mencari petaka.” Ogan heran. “Kau sendiri?” Arjun terlihat gugup,”Oke, kau telah mengeluarkanku, kini giliranku membantumu! Sementara Arjun dan Ogan sedang berdebat. Iwan kembali berceloteh,”Siapa pria itu, sok kenah huh!” “Bukanya
Arjun hanya melihat sebentar lalu mengikuti mereka lagi. Tak lama mereka berjalan setelah itu belok kanan menuju gang yang lebih kecil.“Berapa lama lagi kita akan sampai, aku telah lelah,” keluh Iwan.“Tujuan kita sudah di depan mata,” Mauli berhenti lalu balik badan.“Oke, mari hajar bedebah itu,” Iwan angkat senjata.Ogan justru memperhatikan barisan belakang, Iwan, Beni dan Mauli merasa aneh dengan tatapan Ogan. Mereka bertiga menatap tajam ke wajah Ogan, tak lama mereka juga melihat ke arah pandangan Ogan.Betapa kaget mereka ,setelah melihat Arjun dengan santainya makan sepotong daging ayam goreng. Mereka tak habis
Sementara di dalam, terlihat Profesor mengetahui kehadiran mereka. Profesor tetap tenang tanpa gusar. “Ada kerusuhan di luar gedung ini,” ucap salah satu pengikutnya. “Biarkan mereka bersenang-senang dulu,” Profesor melipat tangan. Tak lama Profesor merentangkan tangan, muncul angin membuat ruangan tersebut gaduh. Liontin dan kedua mata Profesor menyala merah, seketika banyak pasukan Bodem yang datang. Ogan hendak masuk ke dalam namun, Profesor telah muncul di hadapannya. Ogan langsung melepaskan serangan. Akuadron melesat mengarah ke tubuh Profesor. Tetapi, Profesor mampu menahan serangan tersebut, energi jahat itu dapat membuat Akuadron tak bisa melaju lagi. Tongkat itu hanya diam ketika tangan Profesor me
Makhluk-makhluk itu terlihat seperti kera kelaparan. Membuang semua benda yang ada di depan mata. Terlihat seekor makhluk itu membalik mobil tua lalu mengendus-endus kemudian meninggalkannya.Dari arah selatan Akuadron meluncur lalu mendarat di tangan Ogan. Belum lama mereka muncul lagi dan semakin banyak. Ogan melayangkan serangan, di bagian kaki depan, satu musuh jatuh kemudian Ogan melompat dengan bertumpu tubuh monster di depanya.Ogan membantai mereka namun, mereka terus keluar dari lobang yang mengeluarkan energi besar. Tanpa ampun Ogan membidik Saigon, namun kali ini ia mengincar kaki. Bug! Saigon terjatuh, seketika itu portal menutup.“Hentikan! Kau telah merusak kotaku,” Ogan mendekat.Saigon berusaha berdiri, terlihat wajah kesal namun ia justru berkomentar. “Aku tidak merusak, hanya mengambil bagianku saja, yang merusak adalah mereka,” Saigon menunjuk para monster yang masih berkeliaran di tengah kota.Beberapa detik kemudian Katrin muncul. “Jadi, kau telah berkhianat te
“Saigon!” Ogan berteriak sambil mengacungkan tongkat. Beberapa makhluk itu merapatkan barisan menghalangi jalan Ogan. Satu per satu mereka mendapat jatah pukulan ke samping kanan dan kiri. Sementara, Mauli mengeluarkan energi Walas kemudian mengarahkan para makhluk asing tersebut. Mereka mental beberapa meter berefek mengalami pusing kemudian akan terjatuh lepas ke tanah. Sedang Katrin menyambar dengan pukulan keras, ia mendatangi makhluk itu satu per satu kemudian melepaskan pukulannya. Saigon menoleh ke arah Ogan. Ia malah tersenyum. “Kau hanya mengantarkan nyawa!” Saigon berbalik. Pria itu pasang badan menghalau kekuatan Ogan. Ogan memukul tanah, timbul retakan yang berjalan lurus ke arah Saigon. Saigon membalas dengan hentakan kaki retakan itu saling berlawanan. Ogan melambung kemudian mengangkat tongkat. Dari arah kiri makhluk itu menyambar Ogan lalu menggigit lengannya. Ogan ikut terdorong ke kanan, Ia jatuh berguling-guling menyapu lapangan rumput. Dengan sotoy Ogan memukul
Beni cengar-cengir lalu mendekati Katrin. Ia memegang tangan wanita itu. Tanpa pikir panjang Katrin merentangkan tangan hingga membuat Beni melongo. Katrin melayang sambil tangannya menarik Beni yang ikut terseret Katrin terbang ke udara.“Lihat!”Mauli menunjuk mereka yang sedang melayang di depan. “Aku ingin seperti mereka!” Mauli menatap Ogan. Lantas Prajurit itu mengayunkan tongkat sementara tangan kirinya meraih tubuh Mauli. Mereka akhirnya ikut mengudara dengan kecepatan di atas Katrin dan Beni.Hanya dalam waktu singkat Akuadron membawa Ogan dan Mauli lebih cepat dari Katrin dan Beni. “Bisakah kau lebih cepat dari pasangan itu?” Beni menunjuk ke depan.“Maaf, aku tidak bisa secepat itu!” Ungkap Katrin. Terlihat wajahnya terkena angin hingga rambutnya beterbangan ke samping.Empat manusia itu terus mengudara menuju pusat kota Miranda. Setelah itu dari jauh mereka melihat cahaya besar tengah menuju ke langit. “Itu dia, sepertinya dia telah membuka portalnya,” kata Ogan keras.Oga
Kemudian Saigon menghilang. Beni mendekati Katrin tengah bersandar di pohon sementara Ogan bangkit. Ia berjalan mencari Mauli di runtuhan goa sedangkan mulutnya terus menyebut nama Mauli. Ia bongkar satu per satu bongkahan batu yang ada di depannya. Perlahan-lahan jarak pandang pun mulai memanjang. Mata Ogan terbelalak melihat sosok wanita tengah tergeletak di depan tiga meter darinya.“Mauli!”Ogan berlari lalu membuang bebatuan kecil yang menimpa Mauli. Ogan mengangkat Mauli jauh dari tempat tersebut lalu mendekat ke arah Beni dan Katrin. Ogan duduk sambil menopang tubuh Malui dengan paha. Terlihat wajah Mauli penuh debu tak bergerak. Ogan memeriksa nadinya, Mauli masih hidup.Prajurit itu lalu meletakkan ujung tongkatnya ke kening Mauli. Tak berapa lama tangan Mauli bergerak menyentuh tubuh Ogan. Melihat gerakan tangan itu, terlihat senyum lebar dari mulut Ogan. Kemudian kedua mata Mauli membuka dan melihat kekasihnya berada di sampingnya.“Kau tak apa-apa?”Ogan membetulkan posisi
Setelah melangkah jauh ke dalam. Ogan melihat Mauli sedang melakukan sesuatu dengan Walas, namun Ogan justru terpaku melihat sosok orang yang mirip dengannya. Belum sempat melakukan tindakan, Saigon menyerang Ogan dengan batu besar seukuran dekapan manusia. Akibatnya, Ogan kembali keluar dari goa. Tubuh pria itu terdampar di depan goa sementara Akuadron masih dalam genggamannya. Tak Berapa lama Katrin muncul, ia lalu melompat dan mendarat di tubuh Ogan. Ia duduk tepat di perut Ogan sambil menatap tajam wajah lusuh Ogan. “Apakah kau tidak menyadari sebenarnya kau begitu tampan?” “Apa maksudmu? Kau datang hanya untuk menghasut kami.” Ogan tak bergerak sementara matanya mengikuti pergerakan tangan Katrin yang gerayangan menyentuh dada hingga wajah Ogan. “Sejak awal aku jatuh cinta denganmu, prajurit!” “Lepaskan!” Ogan menyingkirkan tangan Katrin lalu membuang muka. “Kau ke sini hanya menghancurkan hubungan kami,” Ogan menyeka keringat. “Aku terpaksa melakukan karena perintah kakakk
Belum lama Ogan meratapi nasib, Akuadron berputar-putar lalu melesat menjauhi Ogan. Mata Ogan tertuju pada tongkatnya. Kemudian ia menyusul tongkat itu. Di atas ketinggian 50 meter dari permukaan bumi, tongkatnya itu terbang menjauhi Miranda. Ogan berlari serta beberapa kali melambung tinggi untuk bisa mengekori Akuadron. Sementara di dalam goa Mauli dipaksa untuk membuka simbol di Walas. Saigon hanya menyuruh Mauli membaca mantra dan meletakkan telapak tangannya di simbol Walas. Mauli mengetahui jejak cerita kitab tersebut yang bisa membangkitkan energi besar dan dapat memberikan kekuatan besar namun sangat jahat. “Ternyata kau adalah masih memiliki darah dari raja-raja Sriwijaya, Mauli!” Saigon berusaha mempengaruhi pikiran Mauli, dari pandangan Saigon, Mauli adalah keturunan raja terakhir Sriwijaya. “Kau adalah keturunan ke-11 rupanya, sayangnya kau sendiri tak mengetahui karena kau hanya anak buangan, hahah!” Saigon melebarkan mulut. “Aku hanya memintamu membaca mantra itu lalu
Ogan Menahan dengan tongkat, Terjadi aksi saling dorong dari keduanya. Saigon melepaskan pukulan ke dada. Ogan mundur beberapa langkah, ia menahan satu kaki ke belakang. Kemudian berlari dan melepaskan pukulan di kepala Saigon.Pukulan menenggelamkan setengah tubuh Saigon ke tanah. Pukulan kedua dilancarkan olrh Ogan hingga Saigon tenggelam menyisakan kepalanya. Sementara Mauli mendekati Katrin serta melontarkan kalimat kesal.“Dasar, selama ini ternyata kau hanya pengganggu.”Mauli menampar Katrin dengan keras, wajah wanita hinga berbalik ke kiri. Bukanya merasa sakit wanita itu justru senyum menantang. Katrin berbalik menampar pipi kanan lalu menendang Mauli hingga ia melayang ke belakang.Ogan balik badan lalu berlari menghampiri Mauli yang tengah terkapar. Namun ia justru dihadang oleh Katrin. Wanita itu melepaskan pukulan ke wajah, Ogan menghindar lalu menahan tangan katrin. Katrin berkelit lalu mencoba menendang lagi-lagi ia gagal justru kakinya ditarik Ogan hingga selangkanga
Katrin hanya senyum puas melihat Mauli dan Ogan bertengkar. Dua karyawan Ogan kembali bekerja sementara Katrin tiba-tiba menghilang dari pandangan mereka.Ogan kembali dengan wajah cemas. Ia merogoh kantong lalu mengambil ponsel, terlihat nama Mauli berada di layar. Berulang kali Ogan melakukan panggilan suara tapi tidak mendapatkan respon. Mauli pulang dengan hati hancur, wanita itu berlinang air mata sepanjang jalan. Ia menepi lalu duduk di depan taman.Sementara Katrin telah tiba di rumah. Di sana telah ada Saigon berdiri dengan membawa kitab Walas, ia meminta agar membawa kitab tersebut. Sebab, buku kuno itu akan mendeteksi keberadaan Trah Sriwijaya tersebut dalam jarak dekat.“Bagaimana jika kitab itu salah?”“Tidak mungkin!”Saigon mendekati Katrin. Ia meyakinkan bahwa kitab itu adalah kompas untuk mencari sang pembuka simbol. Ambisi Saigon membuka simbol di dalam kitab tersebut amat besar hingga ia akan memiliki kekuatan yang luar biasa.Mentari telah menampakan wujud, ruang k
Ogan membawa Katrin ke sebuah kafe. Mereka sedang menikmati minuman dingin berupa White Coffee. Katrin menatap seolah ia menyukai Ogan hingga prajurit itu merasa canggung. “Kenapa kamu menatapku seperti itu?” “Bolehkah aku tanya sesuatu?” “Apa itu?” Ogan mengaduk minuman. “Apa benar kau adalah prajurit Sriwijaya yang tersisa. Yah, aku sempat bertemu dengan Beni ia mengungkapkan bahwa kau ada hubungannya dengan Sriwijaya. Aku pikir kau punya pinformasi tentang Trah Sriwijaya.” Ogan tersenyum sebentar seraya terus mengaduk. “ Sebenarnya kami berlima namun aku tidak tahu keberadaan teman-temanku. Aku, Yaraja, Nalanda, Cudamani dan Lagiri adalah garda depan Sriwijaya ketika masa kejayaan Sriwijaya. “Apakah kau mengetahui keturunan Sriwijaya yang tinggal di kota ini?” “Tidak sama sekali, Aku telah tidur selama 1.166 tahun. Aku tak ingat apa pun ketika bangun Sriwijaya juga telah runtuh hanya tinggal peninggalannya saja,” pungkas Ogan. “Kenapa kau tanya seperti itu?” “Tidak!” Katrin