“Hai, apa kalian akan seperti itu terus, sementara nyawa kami tengah terancam,” Beni Berteriak.
Mauli dan Ogan menoleh ke Beni. kemudian merapat. “Kita ke kantor walikota sekarang!” Mauli buka suara.
“Kita tak punya kendaraan lagi, terpaksa kita harus jalan kaki,” ungkap Iwan.
“Aku tau!”
Kalimat singkat itu keluar dari Mauli, Ogan dan Beni secara bersamaan. Kemudian mereka menuju ke arah kantor walikota Miranda. Mereka sepakat untuk mempertaruhkan nyawa mereka untuk orang-orang Miranda.
Mereka menempuh jalan yang tak dekat, mereka harus sembunyi-sembunyi agar cepat sampai di tempat tujuan mereka. Sedangk
Ketika Ogan membuka penutup kepala tersebut betapa terkejutnya dirinya. “Kau!” “Dengar!” Pria misterius tersebut tak lain adalah si kurus. “Selama ini kau tak pernah tau namaku, kini aku kenalkan namaku adalah Arjun.” “Kau gila? Aku keluarkan dirimu agar kau bisa selamat, lihat! Sekarang kau justru mencari petaka.” Ogan heran. “Kau sendiri?” Arjun terlihat gugup,”Oke, kau telah mengeluarkanku, kini giliranku membantumu! Sementara Arjun dan Ogan sedang berdebat. Iwan kembali berceloteh,”Siapa pria itu, sok kenah huh!” “Bukanya
Arjun hanya melihat sebentar lalu mengikuti mereka lagi. Tak lama mereka berjalan setelah itu belok kanan menuju gang yang lebih kecil.“Berapa lama lagi kita akan sampai, aku telah lelah,” keluh Iwan.“Tujuan kita sudah di depan mata,” Mauli berhenti lalu balik badan.“Oke, mari hajar bedebah itu,” Iwan angkat senjata.Ogan justru memperhatikan barisan belakang, Iwan, Beni dan Mauli merasa aneh dengan tatapan Ogan. Mereka bertiga menatap tajam ke wajah Ogan, tak lama mereka juga melihat ke arah pandangan Ogan.Betapa kaget mereka ,setelah melihat Arjun dengan santainya makan sepotong daging ayam goreng. Mereka tak habis
Sementara di dalam, terlihat Profesor mengetahui kehadiran mereka. Profesor tetap tenang tanpa gusar. “Ada kerusuhan di luar gedung ini,” ucap salah satu pengikutnya. “Biarkan mereka bersenang-senang dulu,” Profesor melipat tangan. Tak lama Profesor merentangkan tangan, muncul angin membuat ruangan tersebut gaduh. Liontin dan kedua mata Profesor menyala merah, seketika banyak pasukan Bodem yang datang. Ogan hendak masuk ke dalam namun, Profesor telah muncul di hadapannya. Ogan langsung melepaskan serangan. Akuadron melesat mengarah ke tubuh Profesor. Tetapi, Profesor mampu menahan serangan tersebut, energi jahat itu dapat membuat Akuadron tak bisa melaju lagi. Tongkat itu hanya diam ketika tangan Profesor me
Profesor bangkit, ia murka karena telah dibuat jungkir balik oleh para manusia yang kerap kali membuatnya repot.“Aarrg!Profesor mengerang, suara itu menggelegar di langit Miranda. Mauli mengintip lalu balik badan sembari mengatur nafas dan mengumpulkan mental.“Profesor semakin menakutkan saja,” gumam Mauli.Mauli kembali mengintip, ia dapati Arjun sedang bersusah payah melempari Bodem dengan bongkahan batu kecil. Pria itu sudah kehabisan amunisi, sementara itu beberapa kali menghindari dari serangan Bodem tersebut.“Dasar!”Mauli mengalihkan perhatian Bodem tersebut
Iwan dan Beni berlari mendekat. Tiba-tiba muncul tangan yang berusaha keluar. Awalnya Mereka kaget dengan penampakan tersebut. Namun, menyadari Ogan masih hidup, Iwan dan Beni berusaha membantu Ogan. “Kau masih hidup?” Iwan menarik Ogan dari dalam.Penampilan Ogan sudah tak karuan lagi, seluruh tubuh laki-laki itu dipenuhi tanah. “Benda itu menginjakku,” balas Ogan. Ogan mengatur nafas, ia terlihat kesusahan bernafas setelah tenggelam di dalam tanah. Tak lama ogan berdiri lalu menngangkat tangan kanan. Akuadron muncul melesat di genggamannya. Ia dihampiri satu pasukan yang telah menginjaknya. Ogan berlari lalu memanjat tubuh Bodem hingga ia sampai di pundak, Ogan melampiaskan kekesalannya dengan memukul kenin
“Profesor!” Ogan berteriak keras, Ia menatap tajam Profesor yang telah berdiri di hadapannya. Ogan mengayunkan tongkat lalu melesat memukul Profesor. Tanpa disadari Ogan, sebuah pukulan keras di dada menambah penderitaan Ogan. Bug! Ogan mundur menabrak bongkahan tubuh Bodem yang telah hancur. Profesor langsung mencekik Pria itu. Ogan hendak melawan namun, ia tak sanggup menahan serangan tersebut. Sementara Akuadron melesat ambil ancang-ancang hendak menyerang Profesor. Benda itu tak luput kena serangan Profesor, Akuadron melesat menancap di tembok. Perlahan Profesor berusaha menghisap jiwa Ogan. Beni panik, “Gawat!” Teman dekat Mauli tersebut ragu-ragu hendak maju.
“Sepertinya Ogan sedang memulihkan tubuhnya, ia baru saja hampir karena ulah Profesor barusan,” ungkap Beni.“Lihat pasukan itu sepertinya tak memberi perlawanan lagi. Berapa banyak bom yang kita punya?”Iwan lalu memeriksa rompinya, ia dapat hanya memiliki dua bom tersisa,” Tinggal dua.”“Benda tak cukup membuat mereka mundur,” balas Beni.Sementara Mauli meletakan kedua tangannya di bahu Profesor, ia mengeluarkan kalimat rayuan. “Apakah kau tidak tertarik dengan wanita muda?”Profesor memperhatikan kedua tangan Mauli yang telah membangkit gelora cintanya. Profesor tersenyum girang melihat aksi Ma
“Sebenarnya kalung itu palsu!”Ogan berkata lemas, wajahnya terlihat ketar-ketir. Keduanya mata jadi beringas menatap sekitar area tersebut. Pasukan Bodem berbondong-bondong datang dari segala arah.“Apaa!”Iwan memegang kepala, ia terlihat frustasi. Iwan mundur beberapa langkah seakan tidak percaya bahwa semua ini adalah hanya permainan.“Ma maksudmu! Profesor itu telah membuat replika liontinnya,” Mauli kaget.“Benar!”“Kenapa? Kita selalu diposisi yang tidak beruntung, hah,” Iwan menangis.