***Pesan masuk di handphone mengambil perhatian Yerinsa dari buku note tempat menulis rangkuman novel yang sekarang seakan tidak berguna lagi, karena semua hal terjadi tidak bisa diprediksi.Menghidupkan layar handphone, mengernyit samar saat melihat sebuah nomor tidak dikenal mengirimi pesan. Penasaran, Yerinsa membuka pesan itu, hanya ada sebait kalimat pertanyaan, tapi berhasil membuat punggung Yerinsa menegang.From: Unknow numberSubjek: Ingat apa yang kamu katakan? Melindungi semuanya dariku? Bagaimana kamu melindungi semuanya sekarang?Yerinsa mematikan layar handphone setelah keluar dari room chat, mengepalkan tangan di atas meja belajar dengan geram.Luga ...Tidak salah lagi, penyebab anjloknya saham perusahaan De Vries pasti laki-laki itu.Yerinsa meremas rambut di kedua sisi kepala, sudah habis akal bagaimana lagi menanggulangi semua permasalahan ini.Bagaimana melawan Luga?"Bodo amatlah, Anjing!" umpat Yerinsa sambil menggebrak meja.Bangkit berdiri, Yerinsa menjauh dar
***Duduk tegang di sofa panjang ruang tamu itu menatap Luga yang berdiri menjulang, Yerinsa hanya ingin ini cepat dibicarakan dan selesai."Coklat hangat," kata Luga tidak nyambung sebelum melangkah pergi.Yerinsa tercengang, mulut terbuka ingin protes, tapi Luga sudah menghilang di sekat ruangan. Bertanya tapi tidak mendengarkan jawaban, apa memang Luga semenyebalkan itu?"Seenaknya sekali," dengkus Yerinsa sinis.Ruangan menjadi hening karena Yerinsa menyapu pandang ke seluruh tempat itu, memperhatikan pigura dan pajangan kecil di dinding, bahkan tidak ada foto Luga atau siapapun di sini.Tidak terlalu lama menyisir dinding ruangan yang kebanyakan kosong saja, suara langkah kaki membuat Yerinsa fokus kembali pada tujuannya datang ke sini.Melihat Luga datang membawa segelas minuman masih mengepulkan uap, dan sekaleng minuman bir di tangan yang lain. Gelas berisi coklat hangat diletakkan ke atas meja di depan Yerinsa, sementara kaleng bir masih di tangan saat Luga beranjak duduk."A
***Supir yang sudah mengabdikan diri bertahun-tahun di keluarga De Vries itu menjadi tidak tenang sejak tiga puluh menit lalu. Dua jam menunggu Yerinsa di parkiran basement gedung apartemen mewah ini, tidak ada tanda-tanda kemunculan sang nona muda keluar dari sana setelah tadi masuk tampak memiliki banyak pikiran.Sudah dua batang rokok juga habis dihisap sementara menunggu, dan waktu berlalu semakin larut. Bulan pergantian musim membuat udara malam hari sangat dingin menusuk hingga tulang. Jika saja mobil itu tidak memiliki penghangat udara canggih, sudah pasti tubuh tuanya menggigil.Pesan masuk di handphone membuat pria berkumis itu bergegas mengecek, tertera nama sang nona muda si pengirim pesan.From: Nona muda YerinSubjek: Pak, kamu bisa pulang. Aku akan menginap di sini malam ini, ini apartemen teman sekolahku.Isi pesan berupa perintah untuk pulang itu membuat kening si pria mengkerut, merasa ada sedikit keanehan di pesan itu, tapi tidak tau jelas anehnya di bagian mana. Ta
***Setelahmerasa benar-benar tidak ada siapapun di sana, Mauren pergi dari kamar itu ke arah dapur, menuju deretan kamar tempat para pelayan beristirahat setelah bekerja seharian."Semuanya, tolong bangun! Ada yang harus kalian ketahui!""Mauren, ini masih terlalu pagi untuk mulai memasak.""Bukan untuk bekerja, dengarkan aku dulu. Ini lebih penting.""Ada apa? Kenapa kamu menangis? Astaga, kamu sudah terlalu tua untuk terisak seperti itu.""Supir ... supir mengalami kecelakaan, dan Nona Yerin tidak ada di kamarnya di manapun."Kalang-kabut sendiri membangunkan mereka semua sebelum waktunya memulai pekerjaan. Tidak peduli gerutuan, Mauren setengah terisak mengatakan nona bungsu mereka tidak ada di kamar, sekaligus menceritakan berita dari kepolisian tentang kecelakaan mobil.Berkat itu, semua mata para pelayan mendadak bersinar seterang lampu jalan, mereka bangkit kocar-kacir berpencar mencari ke sepenjuru kediaman besar itu. Sambil mencoba menghubungi nomor telpon Yerinsa juga, kepa
***Yerinsa tidak menghitung sudah berapa jam atau berapa hari dia tidur dan bangun di ranjang rawat ini, sumber nutrisi hanya ditransfer dari infus ke tubuh. Terkadang hanya ada seseorang berpakaian suster yang masuk untuk mengganti cairan infus dan membantu buang air kecil.Luga tidak datang lagi sejak malam itu, Yerinsa tidak terlalu peduli meski kata-kata laki-laki itu sangat mengganggu perasaannya. Semua jendela tertutup tirai di ruangan ini, dan lampu menyala setiap saat, sulit mengetahui waktu.Yerinsa bahkan tidak bisa membedakan siang dan malam, karena jika tidur dia tidak tau berapa lama waktu berlalu. Tapi, diam-diam Yerinsa sudah bisa bangun dari posisi tiduran, tidak ada yang tau hal itu.Seperti kali ini, Yerinsa bangun setelah mengumpulkan cukup tenaga, sedikit gemetar saat melepas jarum infus berbeda fungsi di kedua punggung tangan. Masker oksigen entah sejak kapan sudah tidak menutup setengah wajah lagi.Perlahan Yerinsa menurunkan kaki dari ranjang, memijak ubin yang
***Ragu-ragu Yerinsa membuka suara karena tidak melihat Luga akan beranjak pergi. Luga tidak menjawab, tapi mengangguk saja memperbolehkan."Apa penyakitku kambuh sampai harus dirawat seperti ini? Apa itu menjadi parah?" tanya Yerinsa hati-hati.Luga tidak langsung menjawab, justru melamun, bibir itu tampak begitu sulit untuk terbuka mengeluarkan suara. "Iya," jawabnya singkat setelah membiarkan Yerinsa menunggu.Penyakit Yerinsa kambuh dan diperparah karena tidak segera ditangani dengan perawatan medis, ditekan dengan obat saja tidak banyak membantu."Sudah berapa lama aku di sini?" tanya Yerinsa lagi."Sembilan hari." Luga menjawab singkat."Kamu bilang ibu dan Gabby mencariku, apa mereka sudah tau aku bersamamu?" tanya Yerinsa kembali, tidak bisa menahan diri terus bertanya meski tidak yakin yang ini akan dijawab.Luga menatap lurus gadis yang berbaring itu, sekali lagi tidak langsung menjawab. "Kita bicara lagi nanti, sekarang tidur dulu, oke?"Diam sejenak tanpa memutuskan konta
***Yerinsa mengerang pelan merasa pegal kesemutan di sekujur tubuh akibat tidak bergerak di satu posisi tidur dalam waktu lama. Kesadaran mengawang-awang berusaha dikumpulkan sekuat tenaga untuk bisa membuka mata.Buram ...Hanya siluet langit-langit yang berhasil Yerinsa tangkap dengan susah payah, itupun tidak jelas apa warna dan motif bentuknya. Apakah masih ruangan medis seperti terakhir kali Yerinsa lihat, atau sudah di rumah sendiri."Bu," lirih Yerinsa serak, tidak terlalu jelas, sama seperti penglihatan sekarang yang seakan tertutupi kabut tebal.Tangan sekecil batang anak bambu itu terangkat menggenggam udara dengan gelisah, tapi sesaat kemudian sebuah tangan besar menyambut dan membalas genggaman itu.Yerinsa mendesah lega tanpa sadar dalam tidurnya, perasaan hangat yang masih menyelimuti sekujur tubuh membuat sulit membuat diri tersadar.Gue udah di rumah, kan?Masih sempat membatin sebelum benar-benar tertidur kembali karena tidak sanggup bertahan memperjuangkan kesadaran
***Tidak tau berapa lama sudah menutup mata dan diombang-ambingkan antara mimpi dan kenyataan, Yerinsa untuk ke sekian kali membuka mata tanpa mengetahui sedang berada di mana.Suasana lebih asing membuat gadis itu linglung, memaksakan diri bangkit duduk di tengah kasur untuk lebih jelas melihat sekitar dalam ruangan itu. Kamar itu sangat berbeda dari kamar di kediaman De Vries, ini jauh berkali lipat lebih besar."Ini di mana?" monolog Yerinsa dengan suara parau.Kasur luxury queen size berseprei biru langit, dan selimut biru muda yang dia tempati sangat nyaman, tekstur kain lembut sama seperti di kamarnya di rumah De Vries. Bahkan, ranjang itu berkanopi dengan ukiran cantik dan kelambu putih seperti tempat tidur putri raja.Desain warna semua hal di kamar itu didominasi varian biru, dinding berwarna biru laut, sementara plafon warna biru langit. Lemari pakaian lima pintu di sebelah kanan ranjang dengan warna biru malam membuat kamar itu terasa padat tapi tetap tidak membuat ruang s