***Setelah satu hari yang melelahkan kemarin, berkeliling di pusat perbelanjaan dan mengunjungi toko-toko kebutuhan wanita, nyatanya rasa lelah itu hanya berkurang sedikit saat tidur di malam hari.Hari selanjutnya, Margareth dan Yerinsa sibuk kembali dari pagi hari pergi ke klinik kecantikan, lalu mengundang penata rias profesional datang ke mansion. Kemarin memanjakan mata, sekarang memanjakan wajah dan sekujur tubuh.Biasanya saat hanya Margareth yang pergi, wanita itu tidak repot-repot mengundang penata rias standar aktris begini, langsung saja pergi ke salon sendiri dan berangkat sendiri.Tapi, hari ini karena Yerinsa ikut, jadi sengaja mendatangkan orang saja ke rumah daripada malah kelelahan jika harus memaksakan berdandan di luar.Untungnya, acara gathering yang akan dihadiri itu diadakan sore nanti, jadi ada cukup waktu untuk bersiap-siap sebelum meluncur langsung ke kediaman keluarga Zuarenz.Sementara Gabriella juga sibuk dengan urusan bersama Justin dan keluarga laki-laki
***Ketukan tumit dari high heels D'Orsay abu-abu di kaki Margareth menggema di lorong mansion, diikuti Yerinsa menuju tangga untuk turun ke lantai bawah.Gaun hitam membalut ketat tubuh singset itu dengan kerah bulat, gaun bermodel mermaid tale itu membentuk sempurna lekuk tubuh Margareth.Rambut coklat disanggul dengan hiasan mutiara yang senada dengan kalung di leher. Black diamond menjadi perhiasan di telinga dan pergelangan tangan, Margareth juga menenteng sebuah tas biru tua bermerk terkenal dari toko mode terkenal di Italy.Kuku jari tangan dan kaki sudah dimenicure-pedicure sama seperti Yerinsa, hanya berbeda warna kuteks tampak begitu indah seperti kuku palsu. Milik Margareth berwarna merah menyala, sementara Yerinsa coklat mahoni."Kami pergi sekarang." Margareth berkata sesaat setelah kaki menginjak lantai dasar, ditunjukkan untuk pria yang berdiri menyambut di dekat tangga.Antoni, kepala pelayan mansion De Vries yang sudah bekerja puluhan tahun, tidak asing lagi melihat w
***Hampir pukul tujuh malam Margareth dan Yerinsa baru kembali dari acara gathering itu, tepat beberapa menit sebelum waktu makan malam. Gabriella justru belum kembali, dan di perjalanan mendapat telpon bahwa putri sulungnya itu akan makan malam di kediaman keluarga Laventez."Bagaimana menurutmu putra Zuarenz tadi?" tanya Margareth saat melangkah menaiki undakan tangga teras."Tampan. Dan dia baik, sangat ramah," jawab Yerinsa memberikan komentar mononton.Margareth berdecak gemas. "Itu Ibu juga tau. Maksud Ibu, apa kesanmu saat bicara dengannya tadi? Apa kamu merasakan sesuatu, semacam itu?" tanyanya memperjelas, sambil membuka pintu mansion Margareth mendelik pada Yerinsa."Apa yang Ibu harapkan? Kami tidak bicara banyak," jawab Yerinsa masih cuek bebek."Huh, dasar." Margareth malah sebal sendiri. "Ya sudah, ganti bajumu sebelum turun kembali untuk makan malam," lanjutnya sambil berjalan lebih dulu."Iya," balas Yerinsa singkat.Jujur saja Yerinsa sudah lelah sekali, riasannya mu
***Tidak terlalu lama karena Yerinsa hanya menambahi rok untuk menyembunyikan celana pendeknya, rok sebetis berwarna biru muda. Mengganti atasan dengan kaos crop lengan panjang warna putih dan menyisir rambut lebih rapi sebelum diberi jepitan hitam di sisi kanan.Menguatkan pondasi polesan make up di wajah dan mengenakan jam tangan putih di pergelangan kiri. Tidak lupa membaluri tubuh dengan tabir surya hingga ke ujung kaki sebelum mengambil sepasang high heels boot ala Korea.Segera keluar dari kamar setelah memasang boots itu dan menemui Fiona lagi, tas kecil tersampir di pundak kiri ke pinggul kanan, itu berisi barang pribadi seperti handphone dan dompet uang."Ayo pergi," kata Yerinsa dengan senyum manis.Fiona bangkit berdiri setelah menyeruput habis teh di cangkir porselen. "Ayo," katanya lebih semangat.Berjalan dengan lengan terkait, Yerinsa mendadak berhenti sebelum mencapai pintu keluar, membuat Fiona menoleh heran."Ngomong-ngomong bagaimana kita pergi? Supirku pasti masih
***Yerinsa meremas cukup erat tangan Fiona yang digenggam agar tidak meladeni ocehan melantur Anastasya, kemudian menoleh dengan senyum manis yang dipaksakan.Ini bocil cakep-cakep bacotnya ngeselin."Nona Claymond, kenapa kamu sangat ingin tau uang bulananku? Harusnya kamu khawatir apakah uang di dompet kekasihmu cukup untuk membayar makanan di sini walaupun sedang diskon promo," balas Yerinsa sengit, bernada merendahkan yang jarang sekali digunakan jika tidak sedang emosi.Anastasya menggeram. "Kamu-! Apa maksudmu Raven tidak bisa membayar makanan di sini? Heh! Dengar. Orang kalangan atas di sini tidak hanya kamu! Dasar sombong! Uangmu saja masih sama seperti kami yang meminta dari orang tua!" cercanya malah tersulut emosi yang dibuat sendiri.Yerinsa menjulurkan lidah meledek terang-terangan. "Sayang sekali kamu salah, uang bulananku dan Fiona tentu saja tidak sama seperti kalian," balasnya, lalu terkikik sambil melanjutkan melangkah pergi.Anastasya melotot semakin tidak terima,
***Remaja dengan pakaian mencetak lekuk tubuh itu terkesiap sesaat, mendongak menatap Luga yang menutupi tubuhnya dengan jas abu-abu. "A- ... Anda-""Bodoh." Kalimat gagap Yerinsa dipotong oleh ejekan Luga, sebelum menyentil pelan pelipis kecil itu. "Kenapa kamu selalu dihampiri masalah jika keluar sendiri," keluhnya kemudian.Yerinsa mengkerut tidak senang sambil mengelus pelipis. "Apa maksud Anda? Tidak perlu berlebihan seperti ini," desisnya tidak nyaman oleh banyak pasang mata yang memperhatikan.Selain malu, Yerinsa juga pasti akan ditanyai ini dan itu nanti oleh Fiona, tentang bagaimana bisa kenal dengan orang sepenting Luga.Jas abu-abu terpasang tidak benar, bagian kancing malah ada di punggung, dan bagian punggung jas menutupi dada Yerinsa. Dilihat bagaimana pun, Luga saat ini masih seperti memeluk Yerinsa, jelas saja akan membuat salah paham.Luga menoleh pada orang-orang di sekitar yang terdiam, bahkan dua gadis yang semula dirundung amarah mendadak keheranan menatap Yerin
***Marvel tidak mengerti, dari sekian pesan yang sudah dikirim untuk Yerinsa, tidak ada balasan sama sekali, padahal tanda terkirim tercetak jelas. Kali ini pun centang dua abu-abu muncul setelah pesan dikirim, hanya berisi kalimat singkat menanyakan apakah gadis De Vries itu memiliki waktu untuk mereka bertemu.Sedetik kemudian, Marvel terkesiap saat pesan balasan muncul tanpa disangka-sangka. Mengerjab berkali-kali untuk memastikan nama yang tertera di layar, itu memang nama 'Yerin' dengan emoji kuda poni.Kurasa bisa, di mana kita akan bertemu?Mendapat balasan setelah sekian pesan diabaikan, Marvel tidak bisa menahan senyum terbit di bibir, mengetikkan kalimat balasan dengan cepat sambil berjalan turun dari tangga.Alun-alun kota? Jam tiga sore nanti, bagaimana?Setelah menekan kirim pesan, Marvel membenahi letak tas di pundak kiri, bergegas melihat waktu sudah memepet dengan jam kuliahnya.Denting handphone kembali terdengar, hanya satu kata 'oke' dari Yerinsa masuk, tapi kembal
***Kernyitan di dahi Liam semakin dalam, heran mengapa tuan muda yang biasa acuh tak acuh itu hari ini ingin datang ke suatu tempat tanpa terikat janji.Akhir-akhir ini Liam menyadari sikap Luga agak berbeda dari rutinitasnya, beberapa kali sudah kedapatan keluar dari kantor di saat jam kerja tanpa diketahui tujuannya.Liam memang asisten terpercaya Luga, tapi untuk urusan pribadi sang tuan muda dia tidak bisa mengikutcampuri tanpa diperintah. Selain itu, bawahan setia Luga tidak hanya Liam sendiri, ada puluhan lainnya yang bekerja di balik punggung laki-laki itu.Sebagai salah satu Tuan muda dan pemegang saham besar keluarga Roosevelt, Luga tentunya memiliki kelompok pelindung tersendiri yang bekerja di bawah perintah langsung. Untuk menjamin keselamatan Luga di manapun dan kapanpun, paling bisa diandalkan dalam situasi genting."Berkunjung?" beo Liam akhirnya lolos juga dari benak yang mengganjal.Luga kali ini melirik datar. "Hm, ada masalah?" tanyanya tanpa minat.Liam cepat-cepa