“Eugh ....” Andromeda mengerang saat gurat sinar mentari pagi menyibak, menerobos sela-sela tirai yang tertutup sebagian.
Lengannya terangkat mencoba menghalau cahayanya. Lalu beberapa saat tubuhnya dipaksa bangkit dan berlari membuka pintu, yang dia pikir adalah kamar mandi dan benar saja.
Tubuhnya segera menubruk kloset, membuka penutupnya dan segera mengeluarkan apa yang menjadi faktor mualnya.
“Hoek! Hoek!!!” Dia memuntahkan isi perutnya saat dirasa mual dan berefek dari mabuknya semalam.
Dia menjadi heboh sendiri.
Andromeda berjongkok sebentar. Dia menutup matanya dan berusaha meredam rasa pengarnya yang timbul dibarengi dengan sakit kepalanya. Rasanya ada godam yang menghantam kepalanya sampai pandangannya ikut berputar hebat.
Namun, saat dia memandang isi kamar mandi yang dipenuhi dengan barang-barang perempuan pun, dia tertegun. Memikirkan apa yang terjadi semalam sebenarnya? Di dalam otaknya sen
Pengusiran cantik yang diajukan oleh Kejora benar-benar membuat Andromeda terdiam. Tangannya masih terkepal mengingat kemarahannya yang menyala. Dia seharusnya tak menunjukkan sisi lemahnya dan hanya Kejora yang mampu membuatnya membuka mulutnya lebar-lebar begini.Prak!!!Tangannya menaruh sendok dengan kencang.“Siapa dia sampai membuatku begini?!” teriaknya frustrasi.Andromeda menjadi satu pria bodoh yang jatuh pada pesona Kejora. Dia benar-benar kehilangan apa yag dipegangnya selama ini.Sungguh Kejora ...“Terlalu berbahayar!” desisnya penuh penekanan.Andromeda menghubungi tangan kanannya untuk menjemputnya. Sementara menunggu, dia bisa melihat bagaimana rapi dan kosongnya rumah yang ditempati oleh Kejora. Benar-benar kosong seperti hatinya.Dia bangkit, menggulung lengan kemejanya dan mencuci piring-piring kotor. Setidaknya dia merasa bertanggung jawab dan berterima ka
Kehadiran satu orang yang bisa membuat Kejora harus merasakan kebimbangan adalah Andromeda. Dia benar-benar tak habis pikir saat dirinya harus dihadapkan pada posisi di mana dirinya menjadi satu dari sekian banyak orang yang harus merasakan bagaimana rumitnya cinta itu terjadi.Dia tak paham saat dirinya memiliki perasaan mendalam seperti saat ini.Saat Andromeda berhasil membuat dirinya harus berada dalam kebimbangan hati. Andromeda berhasil mendapatkan celah hati dan pikirannya.Kejora hanya bisa melamun sepanjang dirinya bekerja. Semuanya karena Andromeda. Lagi dan lagi soal Andromeda. Sampai dirinya harus terkena teguran atasannya.Prak!!!Satu bundel laporan terjatuh di sisi meja Kejora. Gadis itu harus menahan napasnya karena terperanjat. Dia harus banyak bersabar dengan atasan yang selalu saja mengeluarkan emosinya, terutama saat ini.“Kau bisa mengerjakan laporan tidak? Pengeluaran ini sudah tertera
Semua menatap intens Kejora yang menunduk, dia masih gugup menghadapi keluarga yang baru ditemuinya itu. Orang asing yang katanya disebut keluarga dan juga dengan status yang disandangnya, sepupu dan keponakan.“Ya Tuhan Nak, akhirnya bertemu juga ... bagaimana kabarmu?” tanya salah satu wanita paruh baya yang tengah memeluknya erat sambil penuh haru.“Aku baik, euhm ... Tan,” balas Kejora ragu.Kejora masih merasa canggung saat dirinya mendapatkan banyak pelukan sedari tadi. Itu semua karena berawal dari dirinya yang menemui Rega, sepupunya.“Hai,” sapanya pada pria dengan rambut berantakan dan rokok yang ada di tangannya yang memandanginya dari ujung kaki sampai ujung kepala itu.“Oh, hai.” Dia pun membalasnya dengan tergagap saat ini.Benar-benar bukan hal yang terbilang biasa untuk Kejora ditatap intens begitu.Dia berdiri kikuk, kakinya bahkan mengg
Keadaan tak berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Terutama saat Rega memaksakan Andromeda untuk melihat adiknya sendiri dan menemuinya. Pria itu sudah menunggu di rumah keluarga Kelvin, tapi Andromeda tak kunjung keluar. Sementara itu, Jana menyuguhkan minum untuk keponakannya. “Minumlah dulu selagi menunggu Andro,” ucapnya. Rega tersenyum ramah, dia masih bisa menghormati orang tua dibanding dengan Andromeda yang memang sudah tak menerima keberadaan Jana sama sekali. Andromeda sudah turun, menghadap pada Rega yang berdiri menyambutnya. “Tumben sekali kamu ke sini, Rega,” ujar Andromeda. “Temui adikmu, kurasa kamu memang harus menemuinya,” pinta Rega. Andromeda hanya berdecih pelan, dia menyeringai, menampilkan senyuman sinisnya saat mengetahui kalau saat ini kedatangan pria hanya demi membujuknya menemui Kejora saja. Bukan yang lain, lalu bagian mana yang harus diperjelas lagi saat ini?
Kejora mengikuti perintah Juan, dia duduk di samping Juan sementara Rega duduk di belakang mereka sambil merasa panik akibat mengetahui kalau Kejora mendengar percakapan mereka.“Kau mau mendengar cerita yang mana?” tawar Juan sambil fokus menyetir mobilnya.Jingga yang menguning membelah langit langit di ufuk barat. Semakin lama semakin nampak meganya menyebar, menampilkan matahari yang bergerak turun siap menenggelamkan dirinya. Kejora semakin mengagumi keberadaan inti tata surya itu, melihatnya dengan megah di sini dan jarang dia lihat saat dirinya tinggal di negara lainnya.“Kamu nggak silau?” tanya Juan memperhatikan Kejora.Gadis itu malah menggeleng saja, tapi Juan menyodorkan satu kaca mata hitam. “Pake aja, kamu aneh, matahari kok dilihatin,” celetuknya sambil tersenyum.Kejora tertawa mendengarnya. Juan memang sudah terlalu bosa melihat matahari barangkali.“Aku
Seketika Kejora yang menumpahkan tangisannya membuat sang ibu panik seketika. Dia bahkan berkali-kali bertanya, tapi tak ada jawaban dari mulut putrinya sendiri.Hanya mengatakan maaf dan terima kasih serta berkata merindukannya.Baru kali ini Rina melihat Kejora yang penuh emosional, sebelumnya gadis itu terlalu dingin dan minim ekspresi. Rina bingung sekaligus khawatir.“Apa yang menyebabkanmu menangis sih?” tanya sang ibu kembali, untuk kesekian kalinya.Kejora hanya tersenyum sambil menghapus air matanya sendiri. Sementara itu, dia pun semakin merasa bersalah saat melihat senyuman sang ibu.“A—apa Mama bahagia saat ini?” tanyanya penuh rasa sesak.Rina terdiam sesaat, matanya memandangi Kejora lamat-lamat. Wajah yang setiap hari dia lihat perubahannya sejak lahir ke dunia. Lantas ... dia tersenyum dan mengangguk.“Sangat. Sangat bahagia,” jawabnya penuh ke
“Mike kurasa kita harus putus.” Ucapan itu meluncur dari bibir Kejora sesaat usai dirinya turun dari lantai dua.Sebenarnya gadis itu merasakan bagaimana gugupnya menghadapi Mike. Di hadapannya, Mike bahkan memasang wajah dingin tak berperasaannya.Pria itu pun meman tak sanggup untuk memikirkan Kejora sama sekali. Hatinya tengah sakit, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tengah dia ingat dari ucapan Adam. Pria itu tertawa miris, hatinya tengah menderita.Untuk memikirkan Kejora saat ini yang ada hanyalah perasaan lukanya tanpa ada perasaan yang berarti di hati gadis itu saat ini. Cintanya hanyalah sekedar hiasan bagi Kejora, di matanya bahkan tak ada pancaran baginya.Dia terkekeh, kekehan yang menyiratkan rasa sakitnya sendiri.“Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?” tanyanya penuh rasa pahit.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia tak menemukan jawabannya sama sekali, merasa bersalah usai dirinya
Kejora terbangun dari tidurnya dengan rasa pening yang nyata. Dia tak memahami kalau tangisan membuatnya lelah sampai tertidur semalaman. Dia tak pernah tahu kalau menangis karena mengecewakan seseorang kini berdampak pada hati dan tubuhnya. Dia bangkit lantas menuju jendela yang masih tertutup tirai hijau. Kesukaannya adalah warna hijau dan biru. Semua yang berbau hijau dan biru seperti pegunungan dan langit, maka dia akan tersenyum melihatnya. Sreeekkk .... Tangannya mendorong tumpukan kain tirai menyudut di pojok jendela. Dia membuka kaca jendela untuk memasukkan udara segar yang masih berbau embun dan kaya akan oksigen untuk dihirup. Matanya memandang ke arah halaman. Sungguh indah saat ini. Hatinya sudah melepaskan satu bebannya yang selama ini menimpanya. Dengan memantapkan hati, dia mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas dan mencari nomor Mike. Sengaja Kejora hanya mengirimkan pesan singkat bukan me