Keadaan tak berjalan mulus seperti yang dibayangkan. Terutama saat Rega memaksakan Andromeda untuk melihat adiknya sendiri dan menemuinya.
Pria itu sudah menunggu di rumah keluarga Kelvin, tapi Andromeda tak kunjung keluar. Sementara itu, Jana menyuguhkan minum untuk keponakannya.
“Minumlah dulu selagi menunggu Andro,” ucapnya.
Rega tersenyum ramah, dia masih bisa menghormati orang tua dibanding dengan Andromeda yang memang sudah tak menerima keberadaan Jana sama sekali.
Andromeda sudah turun, menghadap pada Rega yang berdiri menyambutnya.
“Tumben sekali kamu ke sini, Rega,” ujar Andromeda.
“Temui adikmu, kurasa kamu memang harus menemuinya,” pinta Rega.
Andromeda hanya berdecih pelan, dia menyeringai, menampilkan senyuman sinisnya saat mengetahui kalau saat ini kedatangan pria hanya demi membujuknya menemui Kejora saja. Bukan yang lain, lalu bagian mana yang harus diperjelas lagi saat ini?
Kejora mengikuti perintah Juan, dia duduk di samping Juan sementara Rega duduk di belakang mereka sambil merasa panik akibat mengetahui kalau Kejora mendengar percakapan mereka.“Kau mau mendengar cerita yang mana?” tawar Juan sambil fokus menyetir mobilnya.Jingga yang menguning membelah langit langit di ufuk barat. Semakin lama semakin nampak meganya menyebar, menampilkan matahari yang bergerak turun siap menenggelamkan dirinya. Kejora semakin mengagumi keberadaan inti tata surya itu, melihatnya dengan megah di sini dan jarang dia lihat saat dirinya tinggal di negara lainnya.“Kamu nggak silau?” tanya Juan memperhatikan Kejora.Gadis itu malah menggeleng saja, tapi Juan menyodorkan satu kaca mata hitam. “Pake aja, kamu aneh, matahari kok dilihatin,” celetuknya sambil tersenyum.Kejora tertawa mendengarnya. Juan memang sudah terlalu bosa melihat matahari barangkali.“Aku
Seketika Kejora yang menumpahkan tangisannya membuat sang ibu panik seketika. Dia bahkan berkali-kali bertanya, tapi tak ada jawaban dari mulut putrinya sendiri.Hanya mengatakan maaf dan terima kasih serta berkata merindukannya.Baru kali ini Rina melihat Kejora yang penuh emosional, sebelumnya gadis itu terlalu dingin dan minim ekspresi. Rina bingung sekaligus khawatir.“Apa yang menyebabkanmu menangis sih?” tanya sang ibu kembali, untuk kesekian kalinya.Kejora hanya tersenyum sambil menghapus air matanya sendiri. Sementara itu, dia pun semakin merasa bersalah saat melihat senyuman sang ibu.“A—apa Mama bahagia saat ini?” tanyanya penuh rasa sesak.Rina terdiam sesaat, matanya memandangi Kejora lamat-lamat. Wajah yang setiap hari dia lihat perubahannya sejak lahir ke dunia. Lantas ... dia tersenyum dan mengangguk.“Sangat. Sangat bahagia,” jawabnya penuh ke
“Mike kurasa kita harus putus.” Ucapan itu meluncur dari bibir Kejora sesaat usai dirinya turun dari lantai dua.Sebenarnya gadis itu merasakan bagaimana gugupnya menghadapi Mike. Di hadapannya, Mike bahkan memasang wajah dingin tak berperasaannya.Pria itu pun meman tak sanggup untuk memikirkan Kejora sama sekali. Hatinya tengah sakit, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tengah dia ingat dari ucapan Adam. Pria itu tertawa miris, hatinya tengah menderita.Untuk memikirkan Kejora saat ini yang ada hanyalah perasaan lukanya tanpa ada perasaan yang berarti di hati gadis itu saat ini. Cintanya hanyalah sekedar hiasan bagi Kejora, di matanya bahkan tak ada pancaran baginya.Dia terkekeh, kekehan yang menyiratkan rasa sakitnya sendiri.“Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?” tanyanya penuh rasa pahit.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia tak menemukan jawabannya sama sekali, merasa bersalah usai dirinya
Kejora terbangun dari tidurnya dengan rasa pening yang nyata. Dia tak memahami kalau tangisan membuatnya lelah sampai tertidur semalaman. Dia tak pernah tahu kalau menangis karena mengecewakan seseorang kini berdampak pada hati dan tubuhnya. Dia bangkit lantas menuju jendela yang masih tertutup tirai hijau. Kesukaannya adalah warna hijau dan biru. Semua yang berbau hijau dan biru seperti pegunungan dan langit, maka dia akan tersenyum melihatnya. Sreeekkk .... Tangannya mendorong tumpukan kain tirai menyudut di pojok jendela. Dia membuka kaca jendela untuk memasukkan udara segar yang masih berbau embun dan kaya akan oksigen untuk dihirup. Matanya memandang ke arah halaman. Sungguh indah saat ini. Hatinya sudah melepaskan satu bebannya yang selama ini menimpanya. Dengan memantapkan hati, dia mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas dan mencari nomor Mike. Sengaja Kejora hanya mengirimkan pesan singkat bukan me
Yang dilakukan oleh Andromeda hanya menggerakkan matanya memandangi benda yang tengah bergerak perlahan itu, bukan benda tepatnya. Melainkan sang ibu yang baru kali ini dilihatnya secara langsung usai 24 tahun lamanya tak bersua. Bahkan wajah yang dipandanginya itu sudah berubah banyak. Kerutan di sekitar matanya, penuaan yang terjadi bersama dengan wajahnya mulai mengirut juga. Usia wanita itu semakin bertambah dan semakin tua. Bahkan tubuhnya terlihat kurus dari pada sebelumnya, benar-benar berubah 180 derajat saat ini. Langkah kaki Andromeda tanpa sadar sudah menuntun tubuhnya untuk mengikuti ke mana wanita paruh baya itu melangkah. Tanpa sadar, hatinya meminta pada otaknya untuk memerintahkan anggota tubuhnya itu terus berjalan. Ditambah dengan telinganya yang mendadak menjadi peka. Suara lembut wanita
Kejora berusaha untuk mengosongkan pikirannya dengan menyibukkan diri dengan pekerjaannya yang hari ini mendadak bisa bekerja sama dengan keadaannya. Dia hanya ingin melupakan sosok yang masih menghantuinya.Bukan, bukan Mike, melainkan Andromeda.Saat dirinya melangkah ke kantin, semua mata memandang kepadanya bak dia adalah bakteri yang harus dibasmi. Desas-desus rasa ingin tahu dan juga spekulasi-spekulasi dini sampai terdengar olehnya sekaligus.Bukan hal mudah baginya dengan culture shock yang dialaminya sampai saat ini. Terutama soal bergosip. Apa pun yang menjadi pusat perhatian atau berbeda, maka di situ pasti ada kesempatan untuk menciptakan gosip panas.Bagaimana Kejora membawa nampannya bersama Kania dan mencari kursi. Saat itu juga, manik-manik coklat para pe
Saat wanita melakukan hobinya, berjalan-jalan memutari Mall, maka tak ada yang bisa menandingi kekuatan dan energinya. Mendadak mereka akan menjadi begitu energik bukan main jika sudah memasuki area perbelanjaan. Sama halnya dengan Kejora dan Kania yang sudah melangkah masuk di area perbelanjaannya para orang kota.Keduanya sudah berbinar, emosi yang tadi menggebu-gebu mendadak padam seketika, hilang begitu saja. Lenyap tak bersisa saat keduanya memandangi etalase-etalase toko yang menampilkan manekin dengan produk yang dijual oleh toko tersebut.“Akhirnya, kita bisa me-time ya?” Kania terkekeh, merasakan kesenangan yang selalu didamba oleh hampir setiap wanita yang ada di muka bumi ini.Kejora mengangguk setuju, matanya berkeliling menatap satu per satu. Langkah kakinya sudah banyak melangkah, tapi dia tak merasa lelah sedikit pun.“Aku rasa, kalau hanya sekedar berjalan-jalan begini bisa mengobati kepenatanku di pekerjaan,” ujarn
Suasana pagi selalu menjadi rush hour bagi dunia metropolitan di kota besar. Selalu menjadi rutinitas penuh kesibukan bagi siapa saja yang tinggal di sini. Begitupun dengan Kejora yang juga merasakan bagaimana sibuknya pagi ini, dimulai dengan membersihkan rumahnya yang mulai berdebu dan bersiap berangkat bekerja. Dia masih menjalani rutinitasnya yang membosankan bagi beberapa orang berkarakter sanguinis yang tentu saja tak menyukai hal-hal teratur dan memusingkan. Wanita itu mengikatkan tali kerahnya untuk dibuat menjadi satu pita yang elegan di lehernya. Rambut panjangnya pun sudah terikat bak ekor kuda yang panjang. Polesan make up tertata sempurna. “Oke, tarik napas ....” Kejora melakukan intruksi dari mulutnya sendiri. Mengambil oksigen perlahan sampai paru-parunya terisi sempurna. “Buang ....” Dia menghembuskan napasnya secara perlahan. Dadanya berdegup hebat lantaran mengingat pesan yang semalam Mike kirimkan padanya. Mereka akan
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejoramemegang tangan besar Mikesepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mikesaat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.Mikemasih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejorasampai mencapai klimaksnya.“Sayang,” panggil Mikedengan mata yang masih memandang ke depan.“Heum?” Kejoramenunggu kelanjutan perkataan Mike.“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu…,” bisiknya lirih.Kejoratercenung men
“Sedang apa?” Mike melingkarkan tangannya di perut rata milik Kejora.Wanita itu sudah berganti pakaian usai sore tadi mereka melakukan resepsi.Kejora menggelengkan kepalanya pelana, “hanya melihat sekeliling saja. Aku bosan,” keluhnya.“Mau jalan-jalan?”Tawaran Mike membuat Kejora membalikkan tubuhnya dan memandangi suaminya dengan penuh semangat dan dia menganggukkan kepalanya.Mikememegangi tangan Kejora. Mereka tengahberjalan berdua mengelilingi area pasar malam yang berwarna-warni lampunya itu.Kejoramengamati kemana Mikemelangkah saat ini. Langkah kaki Mikemembawanya menuju penjual gulali. Permen kapas berbentuk love yang sengaja dibelinya untuk istrinya. Kejoratak menyangka, dia tercenung melihat bagaimana pria yang menjadi suaminya itu mau melakukan hal-hal receh seperti ini.Mikemenyodorkan permen kapas yang terbungkus plastik
Mempersiapkan pernikahan tentu tak mudah, apalagi Mike sengaja tak ingin melibatkan orang tua. Dia justru ingin memberikan kejutan pada semua bagaimana konsep pernikahan yang akan dia berikan. Bahkan, Kejora pun hanya boleh tahu gaun yang akan mereka kenakan saja. Tidak dengan konsep juga gedungnya. Padahal saat lamaran, Mike banyak bertanya apa keinginannya. Tentu semua itu terasa menyebalkan untuk Kejora, tapi dia percaya Mike akan melakukan semua yang terbaik.Semakin melihat perjuangan Mike akhir-akhir ini hati Kejora semakin luluh. Bahkan seperti remaja yang baru mengenal asmara, sekali saja Mike tak mengangkat panggilannya, Kejora akan menangis. Atau saat dia rindu, Mike justru tak bisa datang, dia akan marah. Mungkin dia sudah terkena pelet cinta yang disebarkan oleh Mike dengan semua perhatiannya.Mengetahui jika Kejora sudah sampai seperti itu padanya, hati Mike tentu saja bahagia. Maka itu dia tak main-main dalam mempersiapkan semuanya. Untuk calon istrinya.
Sehari setelah pernikahan Andromeda dan Laras, Kejora diminta Rina dan Marje untuk ke rumah sakit bersama mereka. Pada awalnya, tentu Kejora banyak bertanya karena bingung ada gerangan apakah dia harus ke rumah sakit. Ternyata saat berada di sana, dia melihat sendiri tubuh laki-laki yang merupakan ayah kandungnya sedang lemah tidak berdaya. Kelvin harus di rawat di rumah sakit karena penyakit jantung yang dia derita.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap dengan sedih saat memasuki ruangan itu."Kejora," panggil Kelvin pelan saat melihat putrinya membuka pintu ruangannya."Papa," bisik Kejora sambil melangkah mendekati ranjang.Dia membenci Kelvin, sangat, apalagi setelah tahu karena hubungan darah yang menjeratnya beserta Andromeda adalah karena ulah sang ayah. Namun, semua manusia pasti memiliki kesalahan, dan jika Kelvin meminta maaf atas kesalahannya tentu Kejora tak mungkin masih menaruh dendam."Duduk di sini, Nak." Kelvin me