Suasana pagi selalu menjadi rush hour bagi dunia metropolitan di kota besar. Selalu menjadi rutinitas penuh kesibukan bagi siapa saja yang tinggal di sini. Begitupun dengan Kejora yang juga merasakan bagaimana sibuknya pagi ini, dimulai dengan membersihkan rumahnya yang mulai berdebu dan bersiap berangkat bekerja.
Dia masih menjalani rutinitasnya yang membosankan bagi beberapa orang berkarakter sanguinis yang tentu saja tak menyukai hal-hal teratur dan memusingkan.
Wanita itu mengikatkan tali kerahnya untuk dibuat menjadi satu pita yang elegan di lehernya. Rambut panjangnya pun sudah terikat bak ekor kuda yang panjang. Polesan make up tertata sempurna.
“Oke, tarik napas ....” Kejora melakukan intruksi dari mulutnya sendiri. Mengambil oksigen perlahan sampai paru-parunya terisi sempurna. “Buang ....” Dia menghembuskan napasnya secara perlahan.
Dadanya berdegup hebat lantaran mengingat pesan yang semalam Mike kirimkan padanya. Mereka akan
halo .... jangan lupa dong, komen-komennya di cerita ini, bantu otor nyalakan bintangnya yaaa, see youuu
Melihat atasannya yang begitu lekat menatap satu sosok gadis yang bahkan terlihat asing, Brenda hanya bisa tersenyum saja. Dia membawakan nampan milik bosnya dan menyela kegiatan memperhatikan dalam diamnya. “Pak, mari, ini sudah?” tanya Brenda merusak kesenangan Andromeda. “Ah, kau merusak kesenanganku saja, tapi ... ayo, kita duduk di sana,” ajak Andromeda yang kembali melangkah menuju Kejora. Brenda hanya bisa tersenyum maklum saja, baginya mendengar omelan begitu lebih baik dari pada harus melihat perang antara atasannya dan ayah dari atasannya. Akan sangat mengerikan jika dia sampai terlibat hanya karena mengantarkan laporan atau alasan lainnya. Kania semakin terdiam, dia memilih menyuap makanannya dan melihat bagaimana Andromeda yang semakin yakin menuju ke arah meja mereka. Kania sebenarnya tak mendengarkan sama sekali ocehan dari bibir sahabatnya, melainkan dia juga merasa gugup saat harus menilik pada Andromeda semakin
Disapa oleh ayah dari mantan kekasih adalah hal yang awkward. Itu dialami oleh Kejora. Gadis itu sampai meluruskan punggungnya dan jarinya berhenti mengetik. Telinganya seolah-olah tengah menerima pesan malaikat maut yang menghadang nyawanya.Gadis itu berbalik, merubah ekspresi tegangnya menjadi tersenyum kecil dan menjawab, “halo, Pak Gustav,” balasnya menyapa pria yang terlihat mirip seperti Mike, mantan pacarnya!Baru putus beberapa hari yang lalu dan dia sudah menjadi seperti buronan saat tiba-tiba disapa oleh Gustav di sela-sela pekerjaannya. Kania bahkan sudah menyingkir, menjauh begitu saja saat menyadari keberadaan ayah Mike. Jelas-jelas dia juga mengenal Mike.Ingin sekali Kejora mengumpat pada Kania, dan memakinya. Sahabat macam apa yang tiba-tiba lari begitu ketika melihat macan datang? Kejora bersungut-sungut sebal.“Bagaimana kabarmu? Kau tak mau main ke rumah?”Pertanyaan itu semakin menjerumuska
Menjadi wanita ternyata sungguh melelahkan bagi Kejora. Dia merasa lelah menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang padahal jawabannya sudah dipastikan bukan dia juga. Lantas kenapa harus? Kenapa semuanya mengarah padanya, seolah-olah dia menjadi pencuri?Kejora yang tengah berjalan di samping Kania pun merasa risih ditatap intens oleh setiap mata yang memandang sebelum akhirnya mereka saling berbisik-bisik tetangga prihal tentangnya. Benar-benar sangat tak nyaman baginya.Belum juga berakhir, lagi-lagi Kejora harus kembali tercengang mendapati Andromeda yang menunggu di samping mobilnya.Kejora memberhentikan langkahnya, tak bisa menghampiri Andromeda begitu saja. Kania pun paham. Dia juga memikirkan bagaimana Kejora saat ini tersiksa karena mendapatkan culture shock yang tak pernah dia alami sebelumnya.“Kau mau bagaimana sekarang? Kamu harus memastikan posisimu, menerima untuk didekati atau memberi penegasan padanya?” ucap Kania me
Pertanyaan yang tak berbobot meluncur bebas dari bibir Kejora. Wanita itu semakin lekat menatap dan memperhatikan setiap detail yang ada di pria itu. Hatinya mencelos mendengar bagaimana Mike menjawabnya seolah-olah dirinya tengah menuduh bahwa dia penyebabnya. Kejora meringis saja saat mendengarnya. “Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?” Ada suara yang masih terbilang menyedihkan pada nadanya. Kejora menunduk, tangannya saling bertautan satu sama lainnya, memilih untuk tak menatap wajah Mike yang terlalu menyedihkan. Asa di dalam matanya bahkan terbilang begitu mengerikan. Terlalu pekat akan kesedihan dan rasa putus asa. “A--aku minta maaf,” ucap Kejora tersendat. Mike hanya berdecih saja. “Tak ada gunanya meminta maaf padaku. Ini bukan suatu kesalahan yang kau buat, Kejora,” timpalnya. Gadis itu semakin menunduk. Merasa tak enak hati karena memang dia yang membuat Mike kehilangan senyumannya saat ini. “Ak
Kejora menatap tak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini. Benar-benar mengejutkan seluruh ruang hatinya. Sosok yang perlahan bertamu dan tinggal itu benar-benar ada di hadapannya saat ini. Memikirkannya saja sudah membuat tubuhnya bereaksi tak biasa, kini dia secara langsung berdiri di hadapan pria itu. Sosok itu malah tengah tersenyum kecil, melempar puntung rokok yang sudah tersisa setengah ke tanah lantas menginjaknya, guna mematikan baranya. Tubuhnya ditegakkan, berdiri di hadapan Kejora dengan menjulang. “Hai,” sapanya. “Euhm ... ha--hai,” balas Kejora dengan kikuknya. Dia disapa begitu saja sebetulnya sudah gugup bukan main Kenapa dia bisa berdebat dengan Andromeda saat di kantor tadi? Memikirkannya saja malah terasa memalukan. Melihat ekspresi malu-malu gadis itu, Andromeda kembali terkekeh. Dia benar-benar baru menemukan gadis unik yang tak biasa. Yang jarang tersentuh oleh pria sepertinya. “Kau garan
Gadis itu menarik tangannya sendiri, perlahan. Dia tak bisa berkata apa-apa sementara itu perutnya sudah kaku, mulas dan seolah-olah ada gerombolan serangga yang siap terbang memecah perutnya. Gelenyar aneh yang nyaman ketika merasakan perasaannya berkembang pesat, membentuk kubah sempurna.Andromeda tentu menyadarinya. Menyadari bagaimana Kejora menarik tangannya yang sudah sedari tadi dia genggam. Dia juga merasakan hal yang sama, ketika dia merasakan bagaimana nyamannya ditemani wanita itu tanpa melakukan apa, tak melakukan hal panas sedikit pun yang bisa berakhir di ranjang. Padahal, itu salah satu yang diharapkannya saat ini. Namun, ternyata memang dirinya tak seberani itu untuk mencoba menyentuh Kejora.Dia tadi bersandar, menutup mata dan tertidur walau hanya sebentar. Saat dia terbangun, dia melihat k
Pesta topeng. Konsep sederhana yang digagas demi mengikuti trend anak muda, generasi millenial. Kejora dan Kania termasuk salah satunya. Keduanya tengah mengikuti rapat ppersiapan HUT perusahaan.Kejora yang notabene tak suka berpesta ditambah tak memiliki pasangan sudah jelas tak berminat. Dia saja baru putus hubungan, sekarang? Pacar? Pacar siapa yang siap dipinjam untuk menemaninya pesta topeng?“Bagaimana? Sudah setuju untuk anggaran?” tanya salah satu panitia yang mengarahkan untuk mengadakan acara ini.“Setuju.”“Setuju.”Satu yang membuat satu koor untuk memberikan jawabannya. Kejora hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.“Dan ... setiap peserta yang hadir harus membawa partner ya?”“Yeyyy ....” Prok! Prok! Prok!Suara tepuk tangan riuh di dalam satu ruangan itu. Para kawula muda sudah bersorak kesenangan, bagi yang memiliki
Kejora pulang usai menunggui Kania yang menangis di bawah tangga tadi. Padahal sebelumnya mereka masih bisa bercanda membicarakan soal pesta HUT satu bulan lagi. Namun, rupanya itu adalah misteri. Menilik pada agenda yang terjadi.Wanita itu menuju di mana mobilnya terparkir. Dia tak memikirkan apa pun melainkan ingin segera sampai ke tempat peristirahatan saja. Berkarir memang menghabiskan tenaga dan waktunya.Gadis itu mengendarai mobilnya menuju ke rumah. Baru saja dia turun untuk membuka pintu gerbang rumahnya sendiri, matanya menangkap mobil yang tak asing terparkir di sisi jalan rumahnya.“Andromeda?” gumamnya pada dirinya sendiri.Benar saja, dia tak berniat menghampiri mobil itu. Namun, pemiliknya sudah keluar dan menghampirinya sambil tersenyum. Membuat gadis itu mematung karenanya. Tak habis pikir bahwa Andromeda tengah menunggu kepulangannya.“Sepertinya kau pulang terlalu sore?” ucapny