Disapa oleh ayah dari mantan kekasih adalah hal yang awkward. Itu dialami oleh Kejora. Gadis itu sampai meluruskan punggungnya dan jarinya berhenti mengetik. Telinganya seolah-olah tengah menerima pesan malaikat maut yang menghadang nyawanya.
Gadis itu berbalik, merubah ekspresi tegangnya menjadi tersenyum kecil dan menjawab, “halo, Pak Gustav,” balasnya menyapa pria yang terlihat mirip seperti Mike, mantan pacarnya!
Baru putus beberapa hari yang lalu dan dia sudah menjadi seperti buronan saat tiba-tiba disapa oleh Gustav di sela-sela pekerjaannya. Kania bahkan sudah menyingkir, menjauh begitu saja saat menyadari keberadaan ayah Mike. Jelas-jelas dia juga mengenal Mike.
Ingin sekali Kejora mengumpat pada Kania, dan memakinya. Sahabat macam apa yang tiba-tiba lari begitu ketika melihat macan datang? Kejora bersungut-sungut sebal.
“Bagaimana kabarmu? Kau tak mau main ke rumah?”
Pertanyaan itu semakin menjerumuska
Menjadi wanita ternyata sungguh melelahkan bagi Kejora. Dia merasa lelah menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang padahal jawabannya sudah dipastikan bukan dia juga. Lantas kenapa harus? Kenapa semuanya mengarah padanya, seolah-olah dia menjadi pencuri?Kejora yang tengah berjalan di samping Kania pun merasa risih ditatap intens oleh setiap mata yang memandang sebelum akhirnya mereka saling berbisik-bisik tetangga prihal tentangnya. Benar-benar sangat tak nyaman baginya.Belum juga berakhir, lagi-lagi Kejora harus kembali tercengang mendapati Andromeda yang menunggu di samping mobilnya.Kejora memberhentikan langkahnya, tak bisa menghampiri Andromeda begitu saja. Kania pun paham. Dia juga memikirkan bagaimana Kejora saat ini tersiksa karena mendapatkan culture shock yang tak pernah dia alami sebelumnya.“Kau mau bagaimana sekarang? Kamu harus memastikan posisimu, menerima untuk didekati atau memberi penegasan padanya?” ucap Kania me
Pertanyaan yang tak berbobot meluncur bebas dari bibir Kejora. Wanita itu semakin lekat menatap dan memperhatikan setiap detail yang ada di pria itu. Hatinya mencelos mendengar bagaimana Mike menjawabnya seolah-olah dirinya tengah menuduh bahwa dia penyebabnya. Kejora meringis saja saat mendengarnya. “Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?” Ada suara yang masih terbilang menyedihkan pada nadanya. Kejora menunduk, tangannya saling bertautan satu sama lainnya, memilih untuk tak menatap wajah Mike yang terlalu menyedihkan. Asa di dalam matanya bahkan terbilang begitu mengerikan. Terlalu pekat akan kesedihan dan rasa putus asa. “A--aku minta maaf,” ucap Kejora tersendat. Mike hanya berdecih saja. “Tak ada gunanya meminta maaf padaku. Ini bukan suatu kesalahan yang kau buat, Kejora,” timpalnya. Gadis itu semakin menunduk. Merasa tak enak hati karena memang dia yang membuat Mike kehilangan senyumannya saat ini. “Ak
Kejora menatap tak percaya pada apa yang dilihatnya saat ini. Benar-benar mengejutkan seluruh ruang hatinya. Sosok yang perlahan bertamu dan tinggal itu benar-benar ada di hadapannya saat ini. Memikirkannya saja sudah membuat tubuhnya bereaksi tak biasa, kini dia secara langsung berdiri di hadapan pria itu. Sosok itu malah tengah tersenyum kecil, melempar puntung rokok yang sudah tersisa setengah ke tanah lantas menginjaknya, guna mematikan baranya. Tubuhnya ditegakkan, berdiri di hadapan Kejora dengan menjulang. “Hai,” sapanya. “Euhm ... ha--hai,” balas Kejora dengan kikuknya. Dia disapa begitu saja sebetulnya sudah gugup bukan main Kenapa dia bisa berdebat dengan Andromeda saat di kantor tadi? Memikirkannya saja malah terasa memalukan. Melihat ekspresi malu-malu gadis itu, Andromeda kembali terkekeh. Dia benar-benar baru menemukan gadis unik yang tak biasa. Yang jarang tersentuh oleh pria sepertinya. “Kau garan
Gadis itu menarik tangannya sendiri, perlahan. Dia tak bisa berkata apa-apa sementara itu perutnya sudah kaku, mulas dan seolah-olah ada gerombolan serangga yang siap terbang memecah perutnya. Gelenyar aneh yang nyaman ketika merasakan perasaannya berkembang pesat, membentuk kubah sempurna.Andromeda tentu menyadarinya. Menyadari bagaimana Kejora menarik tangannya yang sudah sedari tadi dia genggam. Dia juga merasakan hal yang sama, ketika dia merasakan bagaimana nyamannya ditemani wanita itu tanpa melakukan apa, tak melakukan hal panas sedikit pun yang bisa berakhir di ranjang. Padahal, itu salah satu yang diharapkannya saat ini. Namun, ternyata memang dirinya tak seberani itu untuk mencoba menyentuh Kejora.Dia tadi bersandar, menutup mata dan tertidur walau hanya sebentar. Saat dia terbangun, dia melihat k
Pesta topeng. Konsep sederhana yang digagas demi mengikuti trend anak muda, generasi millenial. Kejora dan Kania termasuk salah satunya. Keduanya tengah mengikuti rapat ppersiapan HUT perusahaan.Kejora yang notabene tak suka berpesta ditambah tak memiliki pasangan sudah jelas tak berminat. Dia saja baru putus hubungan, sekarang? Pacar? Pacar siapa yang siap dipinjam untuk menemaninya pesta topeng?“Bagaimana? Sudah setuju untuk anggaran?” tanya salah satu panitia yang mengarahkan untuk mengadakan acara ini.“Setuju.”“Setuju.”Satu yang membuat satu koor untuk memberikan jawabannya. Kejora hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja.“Dan ... setiap peserta yang hadir harus membawa partner ya?”“Yeyyy ....” Prok! Prok! Prok!Suara tepuk tangan riuh di dalam satu ruangan itu. Para kawula muda sudah bersorak kesenangan, bagi yang memiliki
Kejora pulang usai menunggui Kania yang menangis di bawah tangga tadi. Padahal sebelumnya mereka masih bisa bercanda membicarakan soal pesta HUT satu bulan lagi. Namun, rupanya itu adalah misteri. Menilik pada agenda yang terjadi.Wanita itu menuju di mana mobilnya terparkir. Dia tak memikirkan apa pun melainkan ingin segera sampai ke tempat peristirahatan saja. Berkarir memang menghabiskan tenaga dan waktunya.Gadis itu mengendarai mobilnya menuju ke rumah. Baru saja dia turun untuk membuka pintu gerbang rumahnya sendiri, matanya menangkap mobil yang tak asing terparkir di sisi jalan rumahnya.“Andromeda?” gumamnya pada dirinya sendiri.Benar saja, dia tak berniat menghampiri mobil itu. Namun, pemiliknya sudah keluar dan menghampirinya sambil tersenyum. Membuat gadis itu mematung karenanya. Tak habis pikir bahwa Andromeda tengah menunggu kepulangannya.“Sepertinya kau pulang terlalu sore?” ucapny
Malam penuh kecanggungan berakhir dengan adanya pengantar makanan yang menekan bel rumah milik Kejora wanita itu bisa memutuskan rasa canggung dengan bergegas mengambil pesanan. Sementara itu, Andromeda memilih untuk menuju dapur dan mengambil piring bagi mereka berdua. Dia dapat melihat dapur itu rupanya kotor.Sedikit terkekeh dia memandanginya. Dia teringat saat dia menginap secara tak sengaja karena mabuk dan melihat Kejora yang tengah menyiapka sarapan. Gadis itu bisa memasak, tapi kenapa memilih untuk memesan makanan?Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat bagaimana bahan-bahan masakan di dapur begitu banyak yang instan, dia akhirnya paham kenapa gadis itu sakit. Ah, ya dia mengingatnya. Kejora adalah gadis yang ditolongnya saat dia tak sengaja tengah berkendara di sekitaran kompleks ini.“Rupanya aku sudah jatuh kepadamu sejak saat itu,” gumamnya lirih berbisik pada udara yang dia hirup.Dia kembali dan menata piring.
Kejora menggeliat, tangannya sendiri terangkat keluar dari selimut tebalnya. Matanya terbuka perlahan, mengerjap dan menatap sekelilingnya. Nyawanya yang belum terkumpul sempurna pun kini membuat pemikiran otaknya lemot seketika. Benar-benar biadab kelakuannya jika baru saja terbangun dari mimpinya.“Heum, di mana aku?” tanyanya dengan suara serak akibat bangun tidur.Gadis itu mulai mencari-cari penerangan. Lampu tidurnya yang berada di nakas dinyalakannya. Dapat dilihatnya, memang benar dia berada di kamarnya sendiri saat ini. Benar-benar nampak jelas sekarang saat dia menatap jam di dinding.“Aku tertidur berapa lama?” tanyanya pada dirinya sendiri.Kejora menapakkan kakinya di lantai yang dingin dengan suhu yang dingin terdeteksi oleh hipodermis yang peka terhadap rangsangan. Dia sampai berjengit merasakan dinginnya yang lumayan dari suhu biasanya.Dengan sedikit melupakan soal Andromeda, Kejora pun turun k
Larasduduk termangu menopang dagu pada kosen jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Larasmengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Hanna.Larasberdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi Larasyang basah.“Hai Han,” sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.“Ilham …,” balas Laraslirih, hampir tak terdengar.Ilham, laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil Lara
“Mom, kapan kita akan bertemu dengan Iriana lagi?” Anak laki-laki berumur 9 tahun terus saja bertanya soal bertemu dengan Iriana, membuat Kejora tersenyum.“Inginnya kapan?” Kejora mengelus lembut rambut milik putranya itu. Rambut coklat yang menuruni gen darinya dan juga rambut yang selalu dielu-elukan oleh neneknya.“Barta inginnya bertemu besok!” seru anak itu sambil sesekali memeluk leher milik ibunya.“Ya, besok kita akan terbang ke Indonesia, mengunjungi Iriana, ok?”“Hu’um!” Barta menganggukkan kepalanya bersemangat, membayangkan wajah gadis kecil yang ditemuinya 3 tahun lalu itu dan merindukannya.“Memangnya kenapa ingin bertemu dengan Iriana? Dia menangis saat kamu mengejarnya tuh,”timpal Mike yang baru saja pulang dari kantornya.Dia mengecup lembut kening Kejora lantas duduk di samping istrinya. Kejora sendiri tersenyum saja, seperti biasan
Mikesedang membantu Kejoramengeringkan rambutnya setelah tidur semalaman efek dirinya yang membuat Kejorakelelahan karena ulahnya. Bahkan senyumannya pun tersungging jelas tanpa surut barang sedetikpun.Kejoraikut tertular senyuman itu. Dia memotret posenya dengan perut besar dan dibelakangnya Mikesedang berkonsentrasi mengeringkan rambutnya menggunakan handuk, dia paling anti dengan hairdryer, penyebab dirinya mengeringkan rambutnya dengan handuk terus menerus.Dia memotretnya melalui pantulan cermin, aestetik! Dengan lancar dirinya mengunggah di media sosial miliknya. Hitungan menit saja sudah banyak like yang didapatkan bersamaan dengan kolom komentar yang mulai ramai itu. Dia terkikik geli membacanya.“Kok ketawanya sendiri sih?” protes Mikesambil mengalungkan lengannya memeluk leher Kejora. Dia selalu senang menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya itu, bagai candu yang mampu
“Kenapa ada susu hamil?” Kejora yang tengah memeriksa laci dapur pun melihat dua kotak susu. Dia ingat sedari kemarin Mike selalu memberinya susu hamil.“Kita periksa kandungan bukan?”Kembali Kejora bersuara, wajahnya datar dan nada bicaranya dingin bukan main, merasa kalau Mike memiliki sesuatu yang disembunyikan.Mike yang baru saja pulang dari bekerja pun meringis bingung. Dia tak menyangka Kejora akan segera mengetahuinya. Dia terlalu bodoh sampai-sampai dia sendiri malah ketahuan. Susu hamil! Gara-gara susu itu dia mulai ….“Sayang, itu ….”“Apa kamu berpikir aku akan menggugurkannya sama seperti saat itu? Kau gila jika aku berpikir begitu Mike!” seru Kejora sambil melemparkan sekotak susu mengenai tubuh suaminya.Miketertegun mendengar jawaban Kejora. Dia begitu merasa tertohok karena pertanyaan Kejoradengan mata sayunya yang memandan
Dua bulan pernikahan memang sudah menjadi suatu kebiasaan baru bagi Kejora. Wanita itu sudah terbiasa dengan kehadiran Mike di sampingnya dan pasti memeluknya juga. Lengan kekar Mike selalu berakhir melingkar di perutnya.Apalagi saat dirinya berbalik dan mendapati tubuh Mike yang setengah telanjang menjadi pemandangan pertama yang dijumpai oleh matanya.Namun, memandangi wajah pulas Mike berlarut-larut malah memancing mual sampai Kejora berlari menuju wastafel. Mike yang mendengarnya membuka mata seiring suara berisik yang timbul oleh Kejora saat ini.Hoek! Hoek!Kejora berkali-kali memuntahkan isi perutnya.Melihat Kejora yang pucat semakin membuat khawatir Mike. “Are you ok?” tanyanya sambil memapah Kejora.Kejora menggeleng pelan.***Kejoramasih duduk melamun sendirian. Dia yang terlalu polos hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja saat ini. Benar-benar bukan hal biasa baginya
Benar-benar terasa indah jika seperti ini dengan kencan dan senyum yang ditawarkan. Kejoramemegang tangan besar Mikesepanjang perjalanan menuju tempat pulang. Berkendara di malam hari setelah berkencan memang menyenangkan.Hatinya sangat terasa bahagia hanya karena bisa berduaan dengan Mikesaat ini. Malam yang sepi dengan hujan deras menghias jalanan sampai-sampai jalanan di malam hari yang biasanya tak pernah sepi kini lengang termakan derasnya hujan.Mikemasih berfokus menyetir membawa mobilnya, namun entah kenapa dia mengingat suatu hal yang paling ingin dilakukannya saat ini. Mencumbu Kejorasampai mencapai klimaksnya.“Sayang,” panggil Mikedengan mata yang masih memandang ke depan.“Heum?” Kejoramenunggu kelanjutan perkataan Mike.“Kita ke hotel saja yuk? Rasanya kita tak pernah berbulan madu…,” bisiknya lirih.Kejoratercenung men
“Sedang apa?” Mike melingkarkan tangannya di perut rata milik Kejora.Wanita itu sudah berganti pakaian usai sore tadi mereka melakukan resepsi.Kejora menggelengkan kepalanya pelana, “hanya melihat sekeliling saja. Aku bosan,” keluhnya.“Mau jalan-jalan?”Tawaran Mike membuat Kejora membalikkan tubuhnya dan memandangi suaminya dengan penuh semangat dan dia menganggukkan kepalanya.Mikememegangi tangan Kejora. Mereka tengahberjalan berdua mengelilingi area pasar malam yang berwarna-warni lampunya itu.Kejoramengamati kemana Mikemelangkah saat ini. Langkah kaki Mikemembawanya menuju penjual gulali. Permen kapas berbentuk love yang sengaja dibelinya untuk istrinya. Kejoratak menyangka, dia tercenung melihat bagaimana pria yang menjadi suaminya itu mau melakukan hal-hal receh seperti ini.Mikemenyodorkan permen kapas yang terbungkus plastik
Mempersiapkan pernikahan tentu tak mudah, apalagi Mike sengaja tak ingin melibatkan orang tua. Dia justru ingin memberikan kejutan pada semua bagaimana konsep pernikahan yang akan dia berikan. Bahkan, Kejora pun hanya boleh tahu gaun yang akan mereka kenakan saja. Tidak dengan konsep juga gedungnya. Padahal saat lamaran, Mike banyak bertanya apa keinginannya. Tentu semua itu terasa menyebalkan untuk Kejora, tapi dia percaya Mike akan melakukan semua yang terbaik.Semakin melihat perjuangan Mike akhir-akhir ini hati Kejora semakin luluh. Bahkan seperti remaja yang baru mengenal asmara, sekali saja Mike tak mengangkat panggilannya, Kejora akan menangis. Atau saat dia rindu, Mike justru tak bisa datang, dia akan marah. Mungkin dia sudah terkena pelet cinta yang disebarkan oleh Mike dengan semua perhatiannya.Mengetahui jika Kejora sudah sampai seperti itu padanya, hati Mike tentu saja bahagia. Maka itu dia tak main-main dalam mempersiapkan semuanya. Untuk calon istrinya.
Sehari setelah pernikahan Andromeda dan Laras, Kejora diminta Rina dan Marje untuk ke rumah sakit bersama mereka. Pada awalnya, tentu Kejora banyak bertanya karena bingung ada gerangan apakah dia harus ke rumah sakit. Ternyata saat berada di sana, dia melihat sendiri tubuh laki-laki yang merupakan ayah kandungnya sedang lemah tidak berdaya. Kelvin harus di rawat di rumah sakit karena penyakit jantung yang dia derita.Kejora tak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa menatap dengan sedih saat memasuki ruangan itu."Kejora," panggil Kelvin pelan saat melihat putrinya membuka pintu ruangannya."Papa," bisik Kejora sambil melangkah mendekati ranjang.Dia membenci Kelvin, sangat, apalagi setelah tahu karena hubungan darah yang menjeratnya beserta Andromeda adalah karena ulah sang ayah. Namun, semua manusia pasti memiliki kesalahan, dan jika Kelvin meminta maaf atas kesalahannya tentu Kejora tak mungkin masih menaruh dendam."Duduk di sini, Nak." Kelvin me