Beranda / Pernikahan / Obsesi Sang Miliarder / Pertengkaran adalah bumbu cinta

Share

Pertengkaran adalah bumbu cinta

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-04 19:30:06

Rose memejamkan mata saat melihat Bu Aleeya akan mengangkat tangannya hendak menampar dirinya sendiri. Ini terlalu cepat baginya untuk ditahan atau dihindari.

Plak

Suara nyaring terdengar jelas di telinganya. Namun yang mengejutkan Rose tidak merasakan sakit di pipinya. Perlahan Rose membuka matanya.

Di depannya ada punggung Steven. Bagaimana Steven bisa sampai di sini? Jadi itu yang ditampar Bu Aleeya? Apakah itu Steven?

Bu Aleeya memandang Steven dengan heran. Sejak kapan Steven ada di hadapannya? Dia menatap pipi Steven yang memerah karena tamparan itu, lalu menatap tangan yang biasa dia gunakan untuk menampar Steven.

Steven berbalik menghadap Rose. Tangannya berada di bahu Rose.

"Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Steven memastikan.

Siapa yang tahu kalau Bu Aleeya telah menyebabkan sesuatu terjadi pada Rose padahal dia tidak ada di sini? Kalau sampai itu terjadi Steven tid
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Obsesi Sang Miliarder   Minta maaf

    “Rose, aku minta maaf. Apa yang harus aku lakukan agar kamu bisa memaafkanku?” tanya Steven dengan sungguh-sungguh. Steven tahu kejadian di apartemen Bu Aleeya bukanlah sesuatu yang serius, Rose hanya ingin membuatnya menceraikan Bu Aleeya. Steven tahu itu. "Peluk aku!" Jawab Rose tiba-tiba. "Apa?" "Kamu harus memelukku agar aku bisa memaafkanmu," ulang Rose agar lebih jelas. Mendengar jawaban Rose, Steven tak bisa menahan hatinya yang semakin membuncah. Dia segera menepikan mobilnya. Setelah mobil berhenti, Steven menarik Rose ke dalam pelukannya. Hal inilah yang dirindukan Rose, ia merindukan pelukan hangat Steven. Steven selalu bisa memberikan ketenangan pikirannya. Rose tidak bisa berlama-lama marah pada Steven. Yang pasti, dia dengan cepat merindukan pria itu. Steven mengecup kening Rose yang ada di pelukannya berkali-kali sambil mengucapkan tatapan maaf. Steven merasa sangat bersalah atas per

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Obsesi Sang Miliarder   Kembali membaik

    "Bagaimana dengan ini?" tanya Steven sambil menyodorkan brosur pada Rose. Rose menerima brosur itu dan membacanya dengan cermat. “Ini bagus juga, fasilitasnya sangat memadai,” kata Rose sambil menganggukkan kepala. “Baiklah, aku akan menaruh si kembar di sini. Oh iya, si kembar mana, sayang?” Steven bertanya pada Rose, karena pria itu sama sekali tidak melihat putranya saat pulang kerja. "Mereka sedang bermain di kamar mereka, Steven." Steven menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, lalu dengan cepat pria itu memeluk istrinya dengan erat seolah tidak ada hari esok. Tentu saja hal ini membuat Rose bingung, bagaimana dengan suaminya? Setelah kejadian beberapa tahun lalu, saat Steven ketahuan melakukan pernikahan yang tidak diinginkan dengan Aleeya, kini pria itu semakin manja pada Rose. Bahkan Steven sudah berjanji kepada istrinya untu

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06
  • Obsesi Sang Miliarder   Mengunjungi

    Hari ini Steven mengajak istri dan anak-anaknya mengunjungi orang tuanya di Washington. Si kembar terlihat cukup antusias bertemu kakek dan neneknya. Mungkin keduanya kangen dengan Kakek dan Neneknya karena sudah lama tidak bertemu. Saat ini Rose sedang sibuk mengepang rambut Andrea, itu karena permintaan gadis kecil itu. Rose menambahkan jepit rambut di pelipis Andrea. Ia kemudian menggeser tubuh Andrea menghadap cermin di sisi kiri kasur. Andrea kemudian memandang dirinya di pantulan cermin. "Kamu menyukai rambutnya?" tanya Rose sambil mengelus kepala putrinya. “Andrea sayang Ibu!” serunya. Rose tersenyum mendengar jawaban gadis kecilnya. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan mengajak Andrea turun. Karena Steven dan Andrew sudah menunggu. Pria selalu cepat bersiap. "Gadis-gadis ini, lama sekali persiapannya," ucap Steven sambil terkekeh melihat istri dan putrinya menuruni tangga. Keduanya tampil cantik

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-07
  • Obsesi Sang Miliarder   Kebun teh

    Sesuai janjinya tadi, Pak Dion kini mengajak kedua cucunya pergi ke suatu tempat. “Wow, kita berada di kebun teh?” tanya Andrea antusias. "Ya, apakah kamu menyukainya?" tanya Pak Dion. "Suka sekali! Andrew menyukainya!” ucap lelaki kecil itu tak kalah semangatnya. “Kakek, kakek, mereka sedang memetik teh?” tanya Andrew sambil menunjuk beberapa orang yang sedang memetik daun teh. "Ya, kamu ingin pergi ke sana?" menawarkan Dion. Dengan cepat kedua cucu itu mengangguk antusias, senyuman manis tak pernah lepas dari bibir mereka. "Iya, ayo ke sana," ajak Dion. "Steven, kamu bisa mengajak istrimu berkeliling jika kamu mau, aku akan menjaga anak-anakmu." Steven mengangguk menanggapinya, kebun teh itu berada tak jauh dari belakang rumah Dion dan Vega. Steven pun ikut pergi bersama Rose saat Dion mengatakan ingin pergi ke kebun teh, selain mencari udara segar, tentunya juga m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-08
  • Obsesi Sang Miliarder   Orang misterius

    "Bagaimana sekolahmu?" Dion bertanya kepada kedua cucunya yang sedang menyantap jajanan yang telah disiapkannya tadi. Diam! Tidak ada yang membuka pembicaraan, Steven dan Andrew kini menatap Andrea yang terus makan. Pak Dion yang menyadari sesuatu langsung berdehem mencoba mencari suasana. “Ah iya, ini makanan kesukaan kakek lho? Ini enak sekali,” kata Dion sambil memasukkan sebatang coklat ke dalam mulutnya. Tentu saja hal itu membuat Andrea memandang kakeknya dengan bingung. “Kakek bilang, dia tidak suka coklat?” tanya Andrea bingung. Bagaimana bisa? Pasalnya, baru beberapa menit yang lalu kakek ini tidak menyukai rasa coklat. "Ah iya. Setelah Kakek berpikir, coklat rasanya lebih enak dari stroberi,” kata Dion sambil memakan coklat di tangannya. Mereka asyik ngobrol satu sama lain, namun tak butuh waktu lama teriakan Rose membuat mereka menghentikan aktivitasnya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-09
  • Obsesi Sang Miliarder   Kembali ke New York

    Rasanya tidak enak, sudah satu minggu mereka tinggal di rumah Pak Dion dan Bu Vega. Dan selama itu mereka bahagia bisa bersama, terutama Andrew dan Andrea. Mereka berdua sangat bahagia karena selama berada di sana Pak Dion dan Bu Vega terus mengajak kedua cucunya jalan-jalan. Mereka berbahagia dengan kedatangan anak, menantu, dan cucu mereka. Hari ini adalah waktunya mereka pulang. Meski demikian, Rose masih belum bisa melupakan kejadian yang membuatnya takut dan trauma. Kini Rose ada di kamar bersama Steven yang menenangkan Rose. Steven menggendong Rose, memberikan kehangatan pada Rose untuk menenangkan diri. Tangannya membelai rambut halus Rose. "Tenanglah Rose. Kita akan segera berangkat, orang itu tidak akan bisa mengikuti kita," ucap Steven. Rose sedikit tenang. Namun di sisi lain, ia sedih harus berpisah dengan mertuanya. Setelah Rose benar-benar tenang, dia melepaskan pelukan mereka. “Aku aka

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-10
  • Obsesi Sang Miliarder   Sekolah baru

    Andrew melirik ke arah Andrea, saudara kembarnya itu memberikan ucapan selamat tak lupa senyuman yang tersungging di bibirnya. Andrew melihat binar kekecewaan di mata kembarannya itu. Apakah Andrew harus meninggalkan sekolah terkenal itu dan memilih bersama adik perempuannya? "Sayang, tapi Ayah akan mencarikanmu sekolah yang sama unggulnya dengan Andrew, tenang saja. Anak Ayah pintar semua. Ayah percaya dengan potensimu," ucap Steven pada putri kecilnya. Pria itu tentu saja berusaha menenangkan putrinya agar tidak merasa cemburu pada Andrew, bahkan merasa sendirian. TIDAK! Itu tidak mungkin terjadi. Anak-anaknya harus mendapat kasih sayang yang pantas, tidak ada yang membedakannya meski potensi atau bakat yang dimilikinya berbeda-beda. Bukankah setiap anak mempunyai kemampuannya masing-masing? “Iya Ayah. Aku mau sekolah dimana saja,” jawab gadis kecil itu. Namun

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-11
  • Obsesi Sang Miliarder   Ulang tahun ke 7

    Saat ini Rose sedang menunggu anaknya keluar dari kelasnya, tepatnya menunggu si kembar pulang, sudah dua minggu si kembar bersekolah. Dan yang menyetir dan menjemput si kembar kini adalah Rose, sama seperti dulu. "Oh, Rose? Rupanya kamu baru sampai," ucap Helen sambil terkekeh. Rose tersenyum tipis menanggapi jawaban Helen, memang sejak pertemuan tak sengaja mereka, Helen menjadi dekat dengan Rose. Bahkan putrinya, Reyna, selalu bermain dengan si kembar. “Sudah berapa lama kamu di sini, Rose?” dia bertanya. "Belum, mungkin sekitar lima menit yang lalu," jawab Rose seadanya. "Belum keluar ya? Kalau begitu, bisakah aku menitipkan putriku padamu sebentar, Rose? Aku ngantuk, aku mau cari kopi di kantin, aku titipkan Reyna padamu, Rose?" tanya Helen penuh harap. Rose menatap Helen, wanita itu tampak sangat mengantuk, terlihat dari kantung hitam yang sangat terlihat jelas di bawah matanya. Rose melont

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-12

Bab terbaru

  • Obsesi Sang Miliarder   Penyesalan

    Andrew telah dipindahkan ke ruang rawat inap setelah operasi dua hari lalu. Sebelumnya, si kecil harus dirawat di ICU selama dua malam. Steven dan Rose pun tidur di kursi ruang tunggu selama dua malam, hal itu dikarenakan Rose sama sekali enggan meninggalkan Andrew. Padahal harus mengorbankan punggungnya dan Steven yang sudah sangat kaku karena duduk semalaman. Itu terjadi dua malam berturut-turut. Bagaimana lagi, kalau bukan di sini Rose juga tidak akan tenang. Dia akan gelisah sepanjang malam memikirkan putranya. Pagi-pagi sekali perawat memindahkan Andrew ke ruang rawat inap VVIP sesuai permintaan Steven. Steven dan Rose cukup lega karena Andrew sudah memasuki masa pemulihan. Setidaknya Andrew menjadi lebih baik. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, kondisinya sangat memprihatinkan. Andrew juga telah menunjukkan tanda-tanda sadar. Dengan menggerakkan jarinya beberapa kali, dia pun mulai mengigau. Ponsel Steven berbunyi, ia lalu menjawab panggilan masuk itu. Karena

  • Obsesi Sang Miliarder   Hari pertama kerja

    Hari ini adalah hari pertama Rose bekerja. Dia akan tiba di kantor sepuluh menit sebelum bel berbunyi, dia tidak ingin memberikan kesan buruk di hari pertamanya. Dia diantar ke mejanya oleh orang yang mewawancarainya kemarin. Ketika dia ditunjukkan tempat duduknya, dia terkejut karena orang yang duduk di sebelahnya adalah Claire. Dulunya pegawai suaminya, kini satu kantor lagi. “Rose, perkenalkan. Ini Claire, asistenmu, dan Claire adalah manajer baru kita," kata wanita itu. "Halo, Rose?" Claire juga terkejut. "Kalian saling kenal?" "Iya bu, dia adalah istri dari mantan bos saya di perusahaan sebelumnya," ucap Claire. "Wah? Benarkah? Bagus sekali, tidak meminta pekerjaan pada suamimu." "Hanya mencari suasana baru, Bu." Rose tersenyum canggung. “Padahal seingatku, perusahaan tempat Claire bekerja dulu itu besar lho. Kamu pasti bosan, makan, dan ingin bekerja.” “Jangan panggil aku ibu, panggil saja namaku. Bukankah kamu asisten CEO? Seharusnya aku yang memangg

  • Obsesi Sang Miliarder   Kerja

    Sesampainya di rumah, Luna dan Rose langsung berpelukan bak saudara kembar yang sudah lama berpisah. Keduanya banyak mencarter bersama, bahkan lucunya Luna banyak memasak hari ini. Entah kenapa, dia ingin sekali memasak, dan ternyata tuan rumah dan nyonya rumah pulang setelah satu tahun. Padahal keduanya baru saling kenal setahun lalu. Tak satu pun dari mereka tahu apa pun tentang latar belakang satu sama lain. Tapi mereka berteman dan saling mencintai. Bisa dibilang saudara kandung yang baru bertemu saat dewasa. Tidak berhubungan tetapi searah. "Apakah Andrew dan Andrea nakal, Luna?" dia bertanya. Dia ingin tahu apakah anak-anaknya mengganggu Luna atau tidak. Bukankah buruk jika kedua anaknya menyusahkan Luna? Mungkin orang yang mendengar ini akan merasa aneh, bagaimana bisa seorang tuan merasa tidak enak karena telah merepotkan pelayannya? Karena menurut Rose, pembantu juga manusia, dan derajat manusia pun sama. Jika kita ingin dihormati maka kita harus belajar me

  • Obsesi Sang Miliarder   Meningkatkan

    Saat malam tiba, Rose dan Luna sedang menemani si kembar menonton film kartun di ruang tamu. Rose sudah memerintahkan Luna untuk menyuruh semua orang ke kamar masing-masing. Agar Rose bisa menonton dengan tenang. Tak kenal takut karena para pelayan dan pengawal. “Tadi Ibu menyuruh pembantu untuk membuatkan brownies, coklat, dan rasa strawberry,” kata Rose. Dia berbicara tentang brownies yang disajikan di atas meja di ruang tamu. Terima kasih, Ibu!” Seru Andrew, lelaki kecil itu segera memakan brownies yang sudah disiapkan Ibu. “Ibu, Andrea mau susu,” kata Andrea sambil menatap Rose dengan mata menggemaskan. Mata anak anjing? Mungkin itu namanya. Biarkan aku mengambilnya, oke? Tawaran Luna dijawab Andrea dengan anggukan antusias. Luna lalu pergi membuatkan susu untuk si kembar. Dia juga membuatkan jus untuk Rose. Saat menyajikan minuman, Rose merasa aneh karena hanya ada t

  • Obsesi Sang Miliarder   Kedatangan Helen

    Saat malam tiba, Rose dan Luna sedang menemani si kembar menonton film kartun di ruang tamu. Rose sudah memerintahkan Luna untuk menyuruh semua orang ke kamar masing-masing. Agar Rose bisa menonton dengan tenang. Tak kenal takut karena para pelayan dan pengawal. “Tadi Ibu menyuruh pembantu untuk membuatkan brownies, coklat, dan rasa strawberry,” kata Rose. Dia berbicara tentang brownies yang disajikan di atas meja di ruang tamu. Terima kasih, Ibu!” Seru Andrew, lelaki kecil itu segera memakan brownies yang sudah disiapkan Ibu. “Ibu, Andrea mau susu,” kata Andrea sambil menatap Rose dengan mata menggemaskan. Mata anak anjing? Mungkin itu namanya. Biarkan aku mengambilnya, oke? Tawaran Luna dijawab Andrea dengan anggukan antusias. Luna lalu pergi membuatkan susu untuk si kembar. Dia juga membuatkan jus untuk Rose. Saat menyajikan minuman, Rose merasa aneh karena hanya ada tiga gelas. "Kenapa hanya tiga?" dia bertanya. “Bukankah hanya kamu dan si kembar? Apakah

  • Obsesi Sang Miliarder   Teman baru

    Pagi ini Rose akan menjalani beberapa terapi di rumah sakit. Steven tidak berangkat ke kantor dan memilih menemani Rose. Wanita itu sedikit gugup karena ini adalah yang pertamanya. Tentu saja, bukan? Seperti sebelumnya, Rose menggunakan pakaian tertutup serta masker dan topi. Wanita tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang disekitarnya. “Rose, kita hampir sampai. Jangan gugup, lakukan yang terbaik, aku bersamamu,” kata Steven. Pria itu menatap mata manik istrinya. Rose terdiam, wanita itu lalu mengikuti langkah perawat itu hingga menemui dokter yang akan membantunya dalam terapi. "Hai! Bagaimana kabar Rose?" tanya seorang dokter wanita muda. Ya, dokter tersebut adalah dokter yang mendiagnosis Rose mengalami gangguan kecemasan umum. "Hei, apa yang akan kita lakukan?" tanya Rose sedikit gugup. Dokter muda itu memandang sekelilingnya, dan dia mengert

  • Obsesi Sang Miliarder   Gangguan kecemasan

    Andrew tiba-tiba terbangun dan melihat ibunya sedang melamun. Andrew lalu berdiri dan memeluk Rose dari belakang. Rose melemparkan Andrew ke tanah, untung Andrew terjatuh di tempat tidur. Supaya tidak berdarah atau terluka, mungkin hanya sedikit syok saja. Tangisan Andrew menyadarkan Rose dan Steven pun terbangun. Steven berlari menghampiri Andrew yang menangis dengan wajah memerah. Steven memeluk Andrew dengan erat, berusaha menenangkan putranya. “Aku baru saja ingin memeluk Ibu, tapi Ibu malah dilempar,” kata Andrew sambil menangis. Rose merebut Andrew dari Steven lalu memeluk erat putranya itu. Rose terus menangis sambil terus menggumamkan kata maaf. Andrew memeluk Rose dengan erat, sangat erat. Ketika Andrew menyadari bahwa dia membuat ibunya menangis, anak berusia tujuh tahun itu langsung berhenti menangis. Dia menyeka air mata ibunya. Andrew tak ingin ada air mata di antara mereka. Yang ada hanya senyuman, semoga selamanya. "Hentikan Ibu! Jangan menangis, A

  • Obsesi Sang Miliarder   Air mata Rose

    Setelah orang tuanya kembali, Rose langsung menuju kamarnya, wanita itu terdiam di dalam kamar, dan Rose masih berkata bagaimana jika ada sesuatu yang sangat penting, padahal tadi wanita itu bisa saja? Tentu saja hal itu membuat Steven khawatir, Steven langsung masuk ke dalam kamarnya, ia ingin memeriksa apakah Rose baik-baik saja. Sesampainya di kamar, pria itu mendapati istrinya sedang duduk kosong. Akhir-akhir ini ia sering menatap Rose sambil melamun sendirian dalam waktu yang lama. Semua ini karena teror gila yang dikirimkan Helen. Dia mendekati istrinya dan menariknya untuk bersandar di dadanya. Rose masih menatap satu titik dengan tatapan kosong, padahal tubuhnya sudah berada dalam pelukan Steven. “Sekarang kamu tidak perlu khawatir, kami sudah pergi menemui Helen. Dia sudah meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukan kesalahan yang sama," ucap Steven berusaha menenangkan istrinya. Ia berharap perkataannya cukup menenangkan istrinya.

  • Obsesi Sang Miliarder   Penjelasan

    Penjelasan “Rose, kenapa kamu masih duduk disana? Ayo berangkat!” ajak Nyonya Vega. Mereka sudah bersiap berangkat ke rumah Helen, namun tidak bersama Rose. Ia merasa enggan untuk bertemu dengan Helen, apalagi mengingat teror yang mengerikan. "Aku tunggu di rumah saja, aku tidak akan pergi," ucap Rose dengan tidak nyaman. "Ada apa Rose? semuanya akan baik-baik saja, ayo kita jelaskan semua yang terjadi pada Helen," ucap nyonya Vega. Namun Rose tetap menggelengkan kepalanya, mengingat ia tak ingin bertemu dengan wanita yang menerornya. Rose sepertinya tidak bisa menerima kelakuan Helen yang diberikan padanya. Saat mengangkat pun kata Andrea hanya Rose yang selalu berusaha menghindari wanita itu. Lalu bagaimana ceritanya jika kali ini Rose harus ke rumahnya? Temui dia secara terbuka? "Ada apa sayang? Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" Steven bertanya dengan lembut."A-aku, aku tunggu sa

DMCA.com Protection Status