Share

Bab 3. Malam Kelabu

Penulis: Andromeda Venus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-11 12:47:26

Cindy tidak bergerak dan meringkuk di balik selimut yang membalut tubuhnya. Ia membelakangi Melvin yang duduk di ujung ranjang. Melvin masih cukup sadar dari mabuknya untuk melihat keadaan Cindy.

“Cindy?” sebutnya pelan.

“Pergi,” jawab Cindy dengan suara pelan nyaris tak terdengar. Melvin menundukkan kepalanya lalu berdiri dan keluar lagi dari kamar. Dari pada harus menghadapi kesedihan Cindy, Melvin pun kembali keluar dari kamar. Sedangkan Cindy tidak sanggup bangun untuk menghadapi kenyataan yang terjadi. Ia merasa kotor dan sangat tidak berharga. Air mata Cindy terus menetes dan akhirnya ia hanya terisak.

“Mengapa ini terjadi padaku?” isak Cindy pelan memeluk bantal serta terus menangis. Sementara Melvin pergi menghabiskan waktu di kamar lain. Ia tahu apa yang terjadi pada Cindy dan yang bisa ia lakukan adalah berpura-pura tidak tahu.

Keesokan harinya, Melvin kembali ke kamar Cindy untuk menemui istrinya. Di depan pintu, ia sempat berdiri untuk berpikir. Setelah beberapa saat, Melvin mengurungkan niatnya. Ia pergi dari depan kamar.

Di dalam kamar, Cindy sudah membersihkan diri sedari subuh. Ia bahkan tidak bisa tidur semalaman sekalipun tubuhnya perih dan sakit. Saat Cindy menatap dirinya di depan cermin, Cindy kembali menangis. Terdapat bekas membiru akibat perbuatan pria yang tidak dikenal oleh Cindy. Tak lama pintu kamar diketuk. Cindy buru-buru menyeka air matanya. Ia berbalik lalu berjalan ke arah pintu untuk membukanya. Kening Cindy mengernyit kemudian.

“Selamat pagi, Nyonya. Kami mengantarkan pesanan sarapan untuk Nyonya,” ujar pelayan berseragam restoran hotel dengan senyuman ramah. Di belakangnya, ada sebuah kereta dorong berisi makanan. Cindy tidak menanggapi apa-apa, ia mundur memberikan jalan pada pelayan tersebut mengatur hidangan di meja makan di dalam.

Cindy tersenyum pelan setelah pelayan itu selesai menghidangkan sarapan pagi. Di atas meja terdapat setangkai bunga mawar merah dengan secarik kartu. Pelayan itu pun keluar setelah membungkuk memberikan salam. Cindy kemudian mendekat dan duduk di salah satu kursi, ia mengambil bunga mawar dan kartu tersebut. Di dalamnya terdapat tulisan tangan milik suaminya─Melvin.

“Selamat menikmati sarapan kamu, Sayang. Suamimu, Melvin.”

Tanpa meminta maaf, Melvin hanya mengirimkan sarapan dengan setangkai bunga seolah tidak ada yang terjadi semalam. Kedua bahu Cindy turun karena kecewa serta tangannya jatuh begitu saja di atas pangkuan masih memegang kartu tersebut.

Cindy meletakkan kartu itu lalu memulai makan. Meski ia tidak berselera tapi entah mengapa, Cindy mau memakannya. Saat sedang menyuapi makanan dengan pelan tanpa selera, Melvin masuk. Cindy masih meneruskan makan sampai Melvin memeluknya dari belakang.

“Maafkan aku,” ucap Melvin pelan memeluk Cindy lalu mengecup sisi keningnya. Cindy menghentikan makan tapi ia diam saja. Melvin lalu pindah ke sisi kanan dan duduk di samping Cindy. Kedua tangannya memegang sebelah tangan Cindy sambil menatapnya. Sedangkan Cindy tidak mau sama sekali menatap suaminya. Ia hanya memandang kosong ke depan.

“Soal semalam, kita lupakan saja ya. Aku gak mau kamu tertekan.” Cindy dengan cepat berbalik menoleh pada Melvin dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak percaya jika suaminya bisa bicara seperti itu.

“Apa yang sebenarnya kamu lakukan?” tanya Cindy dengan suara bergetar. Melvin sedikit tertunduk malu bahkan sempat membuang pandangannya ke samping.

“Aku ... aku punya utang, tapi aku akan membayarnya.” Melvin menjawab dengan sikap salah tingkah.

“Bagaimana kamu bisa menjual aku sebagai ganti dari utangmu? Kamu seharusnya jadi suami dan pelindungku, Mas!” Cindy kembali terisak sampai menutup mulut dengan sebelah tangannya. Melvin menunduk semakin menggenggam tangan Cindy yang sudah membuang muka.

“Maafkan aku. Aku janji kejadian semalam hanya sekali saja. Itu gak akan terjadi lagi, aku janji. Kita lupakan saja, anggap saja itu tidak pernah terjadi. Oke?” Melvin membujuk Cindy agar melupakan kejadian mengerikan semalam. Cindy makin menangis tapi ia tidak sanggup melawan. Saat Melvin menariknya ke dalam pelukan, Cindy pun menangis saja membiarkan.

Setelah Cindy tenang dan tidak lagi menangis, Melvin mengajak istrinya untuk check out dari hotel. Sebelum keluar kamar, ia kembali meminta Cindy agar tidak bercerita pada siapa pun termasuk pada keluarga.

“Jangan kasih tahu siapa pun apa yang sudah terjadi. Aku gak mau kakak kamu atau saudara kamu menyalahkan aku dan mungkin melaporkan aku ke polisi. Kamu gak mau aku dipenjara, kan?” tanya Melvin mengungkit rasa cinta Cindy untuknya. Cindy menelan ludahnya menatap Melvin.

Pernikahannya dan Melvin bisa hancur jika dirinya menceritakan yang terjadi. Mungkin benar jika ia harus berpura-pura jika hal semalam tidak pernah terjadi. Cindy pun mengangguk tanpa menjawab. Melvin tersenyum melihat sifat penurut Cindy. Ia merangkul istrinya keluar dari kamar menuju lift yang membawa mereka ke bawah. Koper mereka sudah dibawa oleh seorang bellboy yang membantu.

Satu minggu setelah kejadian itu, kehidupan Cindy dimulai seperti sedia kala. Ia menjadi ibu rumah tangga melayani suami yang hampir bangkrut. Melvin adalah seorang CEO dari perusahaan makanan serta minuman terkenal dulunya. Kini dengan banyaknya persaingan dan manajemen yang buruk, membuat perusahaan warisan keluarga itu diambang kebangkrutan.

“Sialan. Minus terus, ahk!” umpat Melvin melempar kertas-kertas berisi laporan cashflow perusahaan. Lemparan kertas itu mendarat di depan kaki Cindy yang masuk ke ruang kerja suaminya untuk mengantarkan kopi. Cindy sempat memandangi kertas tersebut lalu berjalan mendekat pada Melvin meletakkan kopinya. Ia memunguti kertas-kertas tersebut lalu membacanya.

“Mas, ini ....”

“Kalau seperti ini terus aku bisa bangkrut!” seru Melvin mulai marah. Ia membentak Cindy tanpa alasan.

“Diminum dulu, Mas,” jawab Cindy menyodorkan cangkir kopi untuk Melvin agar dia lebih tenang. Melvin malah menungkupkan kepala dengan kedua tangannya meremas rambut. Cindy meletakkan kembali kertas-kertas yang dilemparkan oleh Melvin di atas meja. Cindy mulai cemas jika Melvin akan marah-marah lagi seperti beberapa hari ini. Melvin malah menepis kembali kertas-kertas tersebut sampai berserakan di lantai.

“Ah, jangan taruh kertas itu lagi di mejaku. Aku gak mau liat!” bentak Melvin pada Cindy. Cindy menghela napas panjang lalu melirik pada kertas laporan tersebut.

“Apa kamu gak ingin cari kerja? Kamu gak bosan nganggur terus!” Melvin kini mengalihkan rasa kesalnya pada Cindy. Cindy menggelengkan kepalanya pelan.

“Aku kan bisa mengurus rumah, Mas.”

“Ah, kamu harus pintar dong mencari uang. Kamu gak bisa terus-terusan bergantung sama aku untuk kebutuhan hidup. Banyak wanita di luar sana yang bisa mencari uang sendiri dan menjadi wanita karier,” protes Melvin lagi. Cindy hanya mengulum bibirnya dengan pandangan sedikit menunduk.

“Kamu ini gimana sih? Istri pengusaha, lulusan Amerika tapi nganggur jadi Ibu rumah tangga. Kalau kamu punya penghasilan, kamu kan bisa bantu-bantu aku sedikit. Setidaknya aku gak perlu mencari untuk biaya rumah dan lain-lain sehingga uangnya bisa buat modal perusahaan. Nanti kalau semuanya normal, terserah kalau kamu masih mau kerja,” ujar Melvin seenaknya. Cindy sampai terperangah mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Melvin.

“Besok kamu lamar di perusahaan deh. Dalam seminggu ini harus dapat! Aku mau keluar, gak usah nungguin aku!” Melvin berdiri dan langsung pergi meninggalkan Cindy yang tidak bisa bicara apa-apa.

Bab terkait

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 4. Pekerjaan Baru

    Beberapa hari setelahnya, Melvin memanggil seluruh pelayan di rumah mewahnya. Pagi-pagi sekali ia memecat seluruh pelayan yang terdiri dari lima orang pembantu, dua sopir dan tiga satpam. Melvin membayarkan pesangon saat itu juga dan meminta mereka pergi. Cindy yang kebingungan melihat sikap suaminya kemudian datang menghampiri.“Mas, kenapa kamu memecat mereka? Mereka salah apa?” tanya Cindy dengan kening mengernyit.“Mulai sekarang kamu akan bekerja sendiri. Aku udah gak sanggup bayar pembantu.” Melvin menjawab dengan tegas. Ia tampak menahan marah pada Cindy yang tidak bersalah.“Tapi ....”“Aku kan sudah bilang kalau kamu mau tetap bisa hidup mewah kamu harus bekerja, tapi kamu ngotot masih tetap jadi ibu rumah tangga. Kita kan belum punya anak. Seharusnya gampang buat kamu bekerja di luar,” sahut Melvin kembali marah. Cindy hanya diam dan menundukkan wajahnya. Mimpi buruknya bahkan belum pulih sepenuhnya dari kejadian dua minggu lalu. Sekarang ia sudah dipaksa bekerja lagi oleh s

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 5. Dari Masa Lalu

    Cindy terus menundukkan wajahnya kala mengetahui jika Sebastian Arson adalah CEO yang akan menjadi bosnya. Padahal susah payah Cindy mencoba memulihkan diri dari kejadian dua minggu lalu dan kini ia malah masuk perangkap Sebastian.“Tanda tangan kontrak kamu sekarang!” Sebastian memerintahkan Cindy setelah manajer HRD meletakkan sebuah dokumen di depan Cindy. Cindy mengangkat kepalanya lalu matanya mengarah dari Sebastian ke kontrak kerja di depannya. Cindy lalu menggeleng cepat dan menolak.“Maaf, saya tidak jadi melamar pekerjaan ini,” jawab Cindy dengan suara rendah sekaligus bergetar. Manajer HRD dan wakil CEO, Edward Harsa langsung menoleh pada Cindy. Sedangkan Sebastian duduk di sofa di depan Cindy dengan sikap angkuh dan sebelah tangan terlipat mengepal di dekat wajahnya. Pandangan Sebastian yang tajam membuat Cindy takut. Cindy nyaris meneteskan air mata karenanya. Seketika tubuhnya sakit seperti saat malam kelabu itu kembali lagi.“Tapi Bu Cindy sudah diterima bekerja dan seh

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-11
  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 6. Bos Gila

    Cindy begitu kaget saat Sebastian mendorongnya ke pinggir meja di depan kursi. Sebastian masih dalam posisi duduk dan Cindy dipaksa bersandar di ujung meja.“Ah, lepas! Bapak mau apa!?” Cindy mencoba melawan tetapi tangan Sebastian dengan cepat menaikkan sebelah kaki paha Cindy. “Diam!” ancam Sebastian sedikit melotot. Cindy sedikit terengah dan ketakutan saat tangan Sebastian memegang pahanya. Sebelah tangan lagi mengambil plester luka dan lalu menempelkannya pada lutut Cindy yang terluka. Barulah Cindy berhenti.“Ahh.” Cindy sedikit mengaduh karena rasa sakit dari lututnya yang berdarah. Sebastian tak peduli lalu mengambil selembar tisu untuk menyeka sisa darah yang akan mengering.“Jangan pikir aku sedang berbaik hati.” Sebastian tiba-tiba bicara, lalu matanya naik memandang Cindy yang masih sangat gugup dan takut. Ujung bibirnya naik saat tangannya yang semula menempelkan plester kini mengelus kulit paha Cindy dari lutut semakin naik ke atas.Rasa tidak nyaman dan tidak suka lang

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 7. Suami Tak Bertanggung Jawab

    Saat pintu ruang CEO terbuka, seorang pria masuk dan berhenti di dekat pintu. Saat itulah, Sebastian yang sedang mencekal Cindy lantas berpaling dan melepaskan cengkeramannya. Cindy seperti tak punya tungkai, ia jatuh ke lantai terduduk begitu saja.Pria itu melirik pada Cindy dengan tatapan dingin lalu kembali pada Sebastian yang menahan amarah dan geraman pada rahangnya.“Maaf mengganggumu, Pak,” ujar pria tersebut. Sebastian tidak menjawab dan kembali melihat pada Cindy yang sedang terengah meraih udara ke paru-parunya.“Kenapa kamu diam sekarang?” hardik Sebastian. Cindy tidak mau menjawab. Air matanya terus tumpah dari sudut matanya. Ia merasa dirinya begitu kotor saat ini, disentuh berkali-kali oleh pria yang tidak ia kenal. Padahal dirinya adalah seorang istri dari pria terhormat.“Masih gak mau liat aku?” gumam Sebastian dengan nada rendah yang sama. Sebastian berdiri angkuh di depan Cindy yang menarik pelan ujung blazernya agar menutupi tubuh depannya lagi. Pandangan matanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 8. Perjanjian Sehidup Semati

    Cindy duduk di sofa di ruangannya dengan kedua tangan tetap memegang ujung blazernya agar tidak memperlihatnya bagian depan tubuhnya. Ia tengah memperhatikan beberapa dokumen yang diletakkan di atas meja oleh seorang pengacara bernama Lefrant Emir.“Ini adalah seluruh rincian pinjaman uang yang sudah diterima oleh suami Anda, Melvin Hadinata pada Bapak Sebastian Arson. Perjanjian terakhirnya adalah Melvin menyerahkan Anda sebagai jaminan utang yang harus ia tebus dalam waktu satu minggu. Sayangnya, ini bahkan sudah jatuh tempo dan melewati tenggat waktu bayar,” ujar Lefrant dengan sikap dingin.Pria berkaca mata itu memandang Cindy yang tampak tertegun sekaligus ketakutan. Cindy meneteskan air matanya tanpa ia sadari. Matanya menatapi lagi dokumen perjanjian utang Melvin.“Berapa jumlahnya?” Cindy bertanya dengan suara sangat rendah.“Totalnya 15 milyar.” Cindy membuka mulutnya tak percaya lalu mengatupkannya lagi erat-erat. Kedua tangannya mengepal serta meremas ujung blazer sambil m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 9. Pertahanan Yang Robek

    Cindy menggeleng cepat dan tidak mau menuruti Sebastian sama sekali. Pria gila yang sekarang menjadi bosnya itu tetap menatap tajam pada Cindy. Setelah tanpa rasa malu memintanya melepaskan pakaian, Sebastian masih berlaku kasar. Ia menarik ujung blazer Sofie sampai terlepas. “Ahk, jangan!” pekik Sofie karena blazernya dipaksa lepas oleh Sebastian yang menariknya dengan kasar. Lefrant Emir hanya diam saja menyaksikan bos sekaligus sahabatnya itu tengah menyiksa Cindy. “Ini akibatnya jika kamu gak mau nurut!” bentak Sebastian. Ia menyentakkan blazer yang masih terpasang di tubuh Cindy dengan rasa kesal yang luar biasa. Sebastian terengah karena emosi yang menumpuk untuk Cindy. Sedangkan Cindy menahan keras isak tangisnya meski tak bisa. “Apa sih maumu?” Sebastian kembali membentak. “Lepaskan saya, Pak. Saya gak tahu apa pun.” Cindy menangis pelan serta memohon. Kulitnya sudah sakit serta perih karena gesekan keras dari blazer yang ditarik paksa tersebut. Sebastian masih belum berhen

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 10. Luka Hati Terdalam

    Dengan menumpang sebuah taksi, Cindy pulang ke rumahnya. Hari masih sore tapi bagi Cindy semua telah berubah malam─gelap dan dingin. Matanya terus memandang ke arah luar. pandangan kosong dengan bekas jejak air mata yang sudah mengering di sudut mata. Rasa sesak sudah berganti dengan rasa sakit yang tak bisa diungkapkan. Hari ini adalah hari pertama. Lantas apa yang akan terjadi besok? Apakah Cindy harus menghadapi hal yang sama. Tidak, dia tidak akan pernah sanggup.“Bu, sudah sampai.” Teguran sopir taksi online sedikit menyentakkan Cindy dari lamunannya yang sudah menerawang jauh. Cindy mengangguk lalu mengambil dompet untuk menarik dua lembar uang lima puluh ribuan lalu memberikannya pada sopir tersebut. Setelah membayar, Cindy keluar dari mobil dengan rasa sakit yang masih terasa di bawah tubuhnya. Cindy sudah berganti pakaian dengan dress baru karena pakaiannya telah dirusak Sebastian.Di depan rumahnya yang mewah, Cindy melihat mobil Melvin terparkir

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 11. Tak Ada Alasan

    Sebastian Arson datang tepat waktu seperti biasa, yaitu pukul 8.30 pagi. Ia berjalan melewati ruangan Cindy dan melirik─tidak ada seorang pun di sana. Pasti Cindy sudah bersiap di ruangannya melapor seperti seharusnya. Dulu Cindy melakukannya dengan sangat baik kala masih bekerja di New York. Maka sekarang pun, harusnya ia demikian.Akan tetapi, saat Sebastian masuk tidak ada siapa pun di ruangannya. Ia mengernyitkan keningnya lalu berbalik ke belakang. Edward Harsa yang menjadi wakil CEO masuk tak lama kemudian setelah mengetahui jika Sebastian sudah datang.“Selamat pagi, Pak.” Edward menyapa dengan wajah tanpa senyum seperti biasa. Sebastian sepenuhnya berbalik dan berjalan beberapa langkah ke hadapan Edward.“Mana Cindy?” tanya Sebastian singkat. Edward melirik ke sudut ruangan kanan dan kiri. Memang tidak ada sosok Cindy sama sekali.“Sepertinya Nona Cindy belum datang, Pak.”Sebastian mendengus kesal dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30

Bab terbaru

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 200. Akhir

    Tanpa mau pulang ke apartemen mewahnya, Sebastian langsung menuju Moulson begitu ia sampai di Jakarta. Edward sudah menunggu di depan koridor dekat lift. Begitu ia melihat Sebastian, Edward langsung menghampiri.“Pak?”“Mana Cindy?”Sebastian berhenti di depan Edward yang menggeleng dengan wajah tanpa senyuman. Ia melepaskan napas panjang lalu berjalan melewati Edward. Lefrant juga mengikuti Edward yang berjalan setelah Sebastian. mereka sama-sama menuju ruang sekretaris. Tidak ada siapa pun begitu Sebastian masuk. Ia hanya menemukan sepucuk surat dalam amplop di atas meja kerja.Sebastian mengambil surat tersebut lalu membukanya. Wajahnya tampak tegang lalu rahangnya mengeras kala membaca isinya. Sebastian lalu menoleh pada Edward yang ikut masuk.“Kapan dia datang?”“Satu jam yang lalu. Dia langsung pergi setelah memberikan surat itu.” Edward menjawab. Sebastian melepaskan napas berat lalu mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi nomor Cindi sekali lagi tapi seperti sebelumnya, i

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 199. Sakit Tak Terobati

    Peter tersenyum kecil melihat Cindy mau duduk dan bicara dengannya. Perjalanan ke Jakarta masih panjang dan Cindy akan kembali pada kehidupannya.“Apa kamu mau makan?” Peter menawarkan sekaligus berbasa-basi. Cindy menggelengkan kepalanya.“Gak, Mas. aku sudah makan.” Peter mengangguk lagi dengan sikap kaku serta saling mengaitkan jemari. Ia tidak tahu harus membicarakan topik apa. sampai Cindy kemudian bicara lebih dulu.“Maafkan aku, Mas.” Peter sedikit terkesiap lalu menoleh pada Cindy. Matanya masih menatap Cindy yang diam melakukan hal yang sama.“Aku sudah membuat kamu terluka dan patah hati. gak seharusnya aku meninggalkan kamu.” Peter semakin tertegun. Ia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan saat itu Jasman sedang menatapnya tajam. Jasman tidak bisa mendengar pembicaraan yang terjadi tapi ia tahu jika Peter tidak akan pernah menolak sedikit pun sebuah kesempatan. Peter masih diam tak menjawab. Cindy pun menundukkan pandangannya dan fokus menatap salah satu sudut di depanny

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 198. Pulang

    Sepanjang perjalanan panjang menuju Jakarta, Sebastian hanya diam saja. Tidak seperti saat pertama pergi, kali ini Sebastian duduk sendirian. Tiada kehangatan pengantin baru yang pantas dirasakan Sebastian bersama Cindy. Ia bahkan tidak bisa melakukan pernikahan yang sudah direncanakannya dari semenjak di Indonesia.“Pak, sudah waktunya kita transit.” Lefrant memberitahukan pada Sebastian yang masih melamun. Sebastian hanya mengangguk kecil lalu menatap lagi ke arah luar. ia tidak menikmati perjalanan panjang yang sangat melelahkan hati.Sedangkan Lefrant menatap murung pada keadaan Sebastian yang tidak bergerak dari kursinya semenjak beberapa jam lalu. Ia terlihat sangat sedih dan Lefrant tidak tahu harus berbuat seperti apa. ia bahkan tidak tahu caranya bicara pada Sebastian.Lefrant pun membuka room chat dengan Edward di Jakarta. Lefrant sudah menceritakan semuanya. Edward yang sedang mengurus urusan pekerjaan milik Sebastian di Jakarta terpaksa sedikit membagi waktunya untuk memat

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 196. Bukan Cinta Tapi Hukuman

    Cindy tersenyum saat melihat sosok Kalendra dan Dallas yang sudah lama sekali tidak dilihatnya. Meski tidak bisa mengingat seluruhnya, tetapi Cindy merasa bahagia bertemu kembali dengan dua ponakan yang dulu sempat ia asuh, terutama Dallas.“Aunty pergi ke mana? Aku tidak pernah melihat Aunty lagi,” ujar Kalendra usai melepaskan sedikit pelukannya dari Cindy. Cindy tersenyum lalu membelai pipi Kalendra.“Aunty sedang bersekolah.” Kalendra tersenyum lalu mengangguk. Dallas yang mendekat juga dipeluk Cindy. Cindy bahkan mencium kepala Dallas beberapa kali.“Kamu sudah gede banget!” ucap Cindy dalam bahasa Indonesia. Dallas menyengir.“Aunty bisa bahasa Indonesia?” pekik Dallas menyengir lebar.“Bisa dong, Aunty Cindy kan adik Papa. Tentu saja dia bisa bahasa Indonesia.” Dion menyela dengan senyuman pada Dallas. Dallas kembali memeluk Cindy. Kalendra dan Dallas melepaskan kerinduan mereka pada bibi yang sudah sangat lama tidak mereka temui. Bahkan Dallas sampai melupakan wajah Cindy.Dio

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 195. Mengejar Yang Tak Terkejar

    Micheal Arson kini tidak mau lagi kompromi dengan Sebastian soal pernikahannya. Jessica langsung mengadu pada mertuanya itu meminta pertanggung jawabannya. Ia tidak suka jika Sebastian berselingkuh dengan wanita lain sekalipun, pernikahan mereka bukanlah pernikahan yang sesungguhnya.Michael langsung menelepon Sebastian memaksanya untuk segera kembali ke New York. Sebastian yang sedang berada di kamar, rasanya ingin membanting ponsel sekali lagi. ia bahkan belum tidur sama sekali.“Jangan bikin Papa menyeret kamu kemari. Kalau kamu tidak datang, Papa akan benar-benar melakukannya!” Michael mengancam lewat sambungan telepon itu. Sebastian menggeram kesal lalu mematikan panggilan itu begitu saja. Ia sudah tidak lagi memiliki rasa hormat pada ayahnya itu.Sebastian kembali mengurut keningnya. Ia buntu, tak bisa berpikir dengan baik. Tak lama, Lefrant masuk ke kamarnya. Ia baru saja menemui Dion menyerahkan surat-surat milik Cindy.“Kamu dari mana?” hardik Sebastian begitu melihat pengaca

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 194. Hidup Yang Terus Berjalan

    Dion masuk ke kamar Cindy setelah pagi hari. Cindy masih berbaring tengkurap dengan sisa air mata yang mulai mengering di sudut matanya. Dion membiarkan Cindy sendirian semalam agar ia bisa tenang. Pagi ini, mereka akan bicara. perlahan, Dion duduk di sisi ranjang lalu membelai kepala Cindy dengan lembut. mata Cindy pun terbuka perlahan pada Dion yang sedang tersenyum padanya.“Pagi,” sapa Dion dengan senyumannya. Cindy hanya diam dan perlahan bangun. Setelah duduk, Cindy menundukkan wajahnya. Ia tampak kusut karena menangis semalaman. Bahkan pakaiannya belum diganti sama sekali.“Sekarang lebih baik kamu mandi, Mbakmu sudah siapkan air hangat di bathtub. Kamu bisa berendam dan lebih relaks. Setelah segeran, nanti kita sarapan. Setelah itu kamu mau bicara apa pun terserah.” Cindy masih diam menatap Dion yang kemudian mengangguk pelan. Dion pun berdiri hendak keluar kamar. Tangan Cindy tiba-tiba memegang lengannya.“Mas, maafkan aku.” Cindy melirih pelan. Dion melepaskan napas sedikit

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 193. Menyingkap Topeng

    “Cindy, Cindy tunggu dulu! Kamu harus mendengar penjelasanku dulu. Hubungan aku dan dia gak seperti yang kamu pikirkan!” pungkas Sebastian membuka jelas masalah yang terjadi. Ia berusaha keras membuat Cindy tidak pergi sama sekali meski sulit. Sebastian tidak mau menyerah. Ia menarik tangan Cindy sebelum ia pergi bersama Dion.“Sudah cukup, Mas. Aku mau pergi!” Cindy membalas dengan menolak Sebastian di depan Dion. Dion belum bicara tapi setidaknya ia sudah mengetahui yang terjadi.“Cindy, kamu gak bisa pergi begitu saja. Kita sudah menikah!”“Gak, aku bukan istri kamu. Bukan aku, tapi perempuan tadi!” sahut Cindy dengan nada tinggi. Seketika Dion membesarkan matanya. Ia mendelik pada Sebastian yang tidak peduli dengan ekspresi kesal Dion. Ternyata Sebastian sudah memiliki istri selain Cindy. Meski masih harus dikonfirmasi tapi hal itulah yang terjadi.Sebastian tidak peduli dan menarik tangan Cindy. Ia panik karena Cindy akan meninggalkannya. Dion yang melihat tidak membiarkan hal te

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 192. Jangan Tinggalkan Aku

    “Bagaimana dia bisa berubah seperti itu? Aku gak habis pikir!” pungkas Sebastian begitu ia masuk kamar. Sebastian langsung meluapkan rasa kesal dan marahnya pada sikap Cindy pada Lefrant. Lefrant yang mengikuti di belakang menghela napas panjang.“Aku rasa jika Jessica tidak datang, ini tidak akan terjadi.” Lefrant berujar. Sebastian memutar ke belakang dengan pandangan dingin tidak suka meski yang diucapkan Lefrant adalah kenyataan.“Lef, aku gak mau lagi berurusan dengan Jessica!” Sebastian menggeram kesal. Lefrant menggelengkan kepalanya.“Gak bisa. Gak bisa sekarang ....”“Sampai kapan aku baru bisa menceraikan dia? dia sudah membuat semua rencanaku hancur. Sekarang Cindy sudah tahu kalau aku menikah dengan Jessica. Dia pasti gak mau kembali sama aku!” sahut Sebastian dengan suara meninggi penuh kekesalan. Ia menyugar rambutnya dengan gusar lalu melepaskan napas panjang dan meremas rambut. “Aku tahu sekarang posisi kita terjepit ....” Sebastian langsung menunjuk pada Lefrant.“J

  • Obsesi Liar Mantan Bosku   Bab 191. Mata Terbuka

    “Sayang, tunggu!” Sebastian berhasil menangkap Cindy di depan lift sebelum ia masuk. Cindy tidak mau melihat ke arah Sebastian dan berusaha melepaskan dirinya. Sebastian tidak menyerah. Ia terus memohon bahkan saat beberapa tamu melihatnya.“Dengerin aku dulu, tolong. Dengerin dulu!”“Untuk apa, Mas? kamu sudah terbukti menipuku!” hardik Cindy sembari menangis. Sebastian menggelengkan kepalanya dan mulai kesal.“Ya kamu harusnya gak langsung percaya sama omongan dia!” balas Sebastian meninggikan suaranya.“Tapi dia istri kamu kan?” Sebastian mencebik kesal dan berkacak pinggang. Cindy menoleh dan melihat Lefrant baru datang. Ia langsung berjalan cepat ke arah Lefrant. Entah kenapa dia malah meminta bantuan Lefrant.“Tolong, Pak. Tolong saya!”Kening Lefrant seketika mengernyit. Ia melihat pada Sebastian yang malah kebingungan. Untuk apa Cindy sampai datang pada Lefrant.“Nona?”“Tolong, Pak. Saya gak mau berada di sini.” Cindy jadi makin menangis sesengukan. Sebastian tidak menyukai a

DMCA.com Protection Status