"Astaga apa yang terjadi sama kamu?!"
"Bisakah kita pulang saja?" Marvel berbisik karena dia sudah tak tahan lagi.Grace pun menutup mulutnya dengan telapak tangannya merasa gemas dengan wajah takut milik prianya. Sebenarnya sedari tadi dia sudah menyadari bahwa pria itu takut dengan film tersebut."Cepat banget, filmnya ini juga belum selesai, sabar sedikit dulu.""Um, oke tapi bisa gak--"Marvel berpikir keras."Oh tidak jadi.""Apa Daddy takut?""Tidak.""Hm, baiklah kita pulang saja."Grace beranjak menarik tangan prianya untuk berdiri. Meskipun sedikit kecewa melewatkan film kesukaannya, namun tetap saja dia tidak mau menjadi egois untuk merasa senang sendiri sementara Marvel ketakutan. Keduanya bergandengan tangan keluar dari ruangan. Marvel pun kini bisa mendesah lega, mempererat genggaman tangannya lalu tersenyum melihat kekasihnya itu."Kenapa Daddy gak bilang kalo sebenarnya Daddy itu takut nonton film horor?""AkDi pagi hari, Grace mengerjapkan matanya saat cahaya matahari masuk ke s ela-sela tirai jendelanya. Marvel tidak menutup sepenuhnya tirai tersebut. Dia menggeliatkan tubuhnya dan memilih untuk berbaring membelakangi Marvel. Pria itu juga terbangun akibat pergerakan ranjang yang dibuat oleh Grace. Melihat kekasihnya itu yang menukar posisi membelakangi dirinya, Marvel pun mengulurkan tangannya untuk memeluk kekasihnya itu."Ah!"Grace berteriak kaget mendapatkan pergerakan seperti itu. Dia sempat melirik ke arah Marvel bahwa pria itu tertidur, ternyata dia sudah terbangun akibat ulahnya. Grace yang merasakan Marvel memeluk pinggangnya dan salah satu kakinya juga membelit kakinya itu, dia menolehkan kepalanya ke belakang. Namun, dia tidak melihat Marvel di sana. Hanya rambutnya yang menghalangi penglihatannya. Dia merasakan napas Marvel menyentuh perpotongan leher dan bahunya, dan juga bibir Marvel yang menyentuh langsung ke kulit pundaknya.Perempuan itu seketika bergi
Marvel tetap berdiri memperhatikan dua perempuan itu. Anggi menoleh ke arah Grace yang mana dia tetap tertidur di peraduannya. Dia pun kembali membaringkan tubuhnya, Marvel yang melihatnya pun, menaikkan tangan kirinya untuk melihat jam di ponselnya itu. Sudah jam 5 sore.'Astaga, bisa-bisa Anggi bakalan pulang malam ini,' batin pria itu.Marvel pun melangkahkan kakinya, dia membangunkan Anggi dan juga Grace. Karena Anggi sudah bangun dari tadi, jadi dia otomatis terkejut dengan kehadiran Marvel di depan matanya. Marvel yang sangat tampan itu, beberapa detik dia melamun karena keelokan rupa Marvel yang membuatnya terhipnotis."Kamu bawa mobil ke sini?"Pertanyaan Marvel tersebut membuat lamunan Anggi buyar. Dia menganggukkan kepalanya sambil menyentuh rambutnya yang berantakan itu. Seketika dia tersadar ketika dia merasakan rambutnya seperti singa itu. Marvel pun menunjukkan kamar mandi dengan mengulurkan tangan kanannya itu. Anggi pun segera berlari menuju kamar
"Kamu sangat sempit, tapi juga rasanya enak banget. Aku gak akan puas gempur kamu kayak gini."Bisikan kalimat kotor pria itu ternyata mampu membuat Grace melayang, kedua pipinya memanas bersemu. Kedua matanya tak berani terbuka dia masih malu dengan apa yang mereka lakukan barusan dan ... oh ya Tuhan, dia sangat menyukainya. Seolah menyadari apa yang di pikirkan gadisnya. Dia mengusap ngernyitan di kening Grace."Tidurlah, maaf jika aku bergerak kasar. Aku tidak dapat mengontrol kecepatanku.""Hum." Grace bergumam, rasanya lemas sekali sehingga tak mampu berbicara.Bahkan dia masih merasa kedutan di bawah sana pada miliknya, dia masih mengingat ketika pria itu bergerak keras, cepat dan dalam. Itu terasa nikmat sekali. Oh god, kenapa pikirannya sekarang di penuhi oleh hal-hal kotor seperti itu? Sialan memang."Apa yang kamu pikirkan, Sayang? Apakah kamu ingin kita melakukannya lagi?" Pria itu bertanya menggoda, sembari meremas sebelah aset atas kekasihnya.
Mereka berdua pergi ke lantai 4 dan di sana mereka melihat bodyguard Marvel berdiri di sana. Mereka memberi jalan kepada Rae dan Lifa untuk masuk ke dalam kamar karena Grace tidak ada keluar dari kamarnya."Selamat siang, Non. Makan siang hari ini.""Ah, iya terima kasih."Grace yang tengah mengedit videonya yang baru saja dia melakukan video tutorialnya. Saat dia mendengar suara ketukan pintu dari luar, dia pun memutar tubuhnya ke belakang. Dia melihat Rae dan Lifa yang mengantarkan makan siang untuk dirinya itu, lalu mereka berdua kembali keluar setelah mereka melemparkan senyuman kepada Grace dan Grace pun membalasnya sambil mengucapkan terima kasih kepada mereka. Grace membawa ponselnya ke sofa. Sambil makan siang, dia juga menyelesaikan pekerjaannya tersebut. Dia juga tidak ingin nanti Marvel melihatnya dan dirinya masih sibuk dengan mengedit video itu. Setidaknya dia tidak terlihat terlalu sibuk di depan kekasihnya itu. Grace membuat video tutorialnya di kamar m
Sesampainya di sana, dia membeli spring bed untuk ukuran single sebanyak 2 kasur saja. Dia juga menyuruh pihak mebel untuk langsung mengantar ke alamat rumahnya hari ini juga, setelah itu dia membeli teflon untuk memasak, piring, gelas, sendok, garpu. Di pukul 3 sore dia telah pulang ke rumah. Saat perjalanannya ke rumah, tidak lupa dia membeli sapi lantai, pel lantai dan sekop untuk sampah."Aduh, udah jam 5 aja. Untung rumah udah selesai dibersihin. Mandi dulu ah."Levi mengambil peralatan mandinya dari dalam koper. Ada beberapa bagian produk yang sudah dia beli dan dia stok di dalam kamarnya.***Di pukul 4 sore, Marvel telah menyiapkan makanan cemilan yang lezat, dan sehat untuk kekasihnya. Dia membawanya ke dalam kamar dan Grace saat itu telah selesai melakukan ritual mandinya. Tumben sekali dia cepat mandi, biasanya dia melakukan hal ini pada pukul 5 sore. Marvel masuk ke dalam kamar dan dia meletakkan masakannya di atas meja karena Grace tidak terlihat di
Pada pukul 9 malam, Grace dan Marvel telah sampai di rumah mewah milik Alarick. Grace mengira, ulang tahun seorang Owner akan meriah dan pesta mewah sampai malam. Grace sudah membayangkan kapal pesiar yang diisi oleh banyak orang-orang tajir yang haus akan wanita. Namun, ternyata apa yang dibayangkan Grace tidak terjadi. Padahal Grace sudah berencana mencari cadangan. Berjaga-jaga jika Marvel membuangnya nanti. Walaupun ada sedikit rasa takut akan melihat Marvel jika memang Xavier nanti membuat pesta mewah. Tapi nyatanya, pesta ini diadakan sangat sederhana. Hanya ada The angles dan para istri, beberapa teman Emilie dan keluarga Emilie. Grace sempat menanyakan tentang keluarga Xavier. Namun, Marvel menjawab bahwa keluarga Xavier hanya Albert saja. Dan kebetulan Emilie memiliki banyak teman walaupun Xavier hanya memiliki The Angles saja. Grace sempat bertanya tentang kenapa bisa Xavier hanya memiliki teman sedikit disaat perusahaan Xavier ada di mana-mana. Namun Marvel menjawab perta
"Cih.""SIALAN! SINI KELAHI DENGAN GUE!""BERISIK MARVEL! ANAK GUE SEDANG TIDUR!" amuk Xavier."LO BELA DIA?! LO MAI BERTENGKAR DENGAN GU JUGA?!""MAJU BRENGSEK! GUE DENGAN ANAK KESAYANGAN GUE AKAN BERHADAPAN DENGAN LO!!""MAJU VEL!!" Alarick menyemangati."OKE, KALAU GITU GUE MEMILIH XAVIER!! SEPUPU GUE, AYO KALAHKAN MEREKA!" teriak Felix."Ya sudah aku Chris."Darren mulai ikut-ikutan."AYO MAJU BRENGSEK! GUE AKAN HAJAR LO SEMUA HABIS-HABISAN!""ZANDER!! AMBILKAN SENAPAN!""Cih.""SEKALI LAGI LO BERDECIH, GUE AKAN HAJAR LO!""CIH! CIH! CIH!""SIALAN!!!"Para wanita di sana hanya menepuk kening dan pergi dari sana karena anak-anak mereka sudah mulai menangis akibat keributan itu. Darrell sendiri sudah berada di pangkuan Darren. Mereka saling menatap. Sedetik kemudian, rasa hangat dan basah terasa di pangkuannya. Ya, Darrell mengompol. Darren menatap tajam pada anaknya."Lo cari ribut dengan gue?" tanya
MarvelTremont1(Foto)Bisa gak lo menghilangkan akunnya?FelixTidak.Udah verified.MarvelTremont1Gue tahu lo sebenarnya bisa.FelixMemang.Tapi, Emilie melarangku melakukannya.MarvelTremont1Sejak kapan lo menuruti wanita selain Felly?FelixSejak gue dan dia sependapat.Grace sangat cantik.Buat cuci mata gue.MarvelTremont1Terima kasih atas pujian lo dan gue udah screen shot chat lo.Gue akan laporkan ke Felly.FelixSial!Dasar bedebah!MarvelTremont1Kalau gitu, lakukan apa yang gue inginkanHapus akun Grace yang satu ini dari peradabanFelixBrengsek!Udah sejauh ini dan lo masih mengingkari kalau lo jatuh cinta sama Grace?Dan Marvel memblokir Felix seketika. Dia kembali memegang sendok, namun ternyata omelettenya sudah habis sedari tadi dan Grace juga sudah menghabiskan makanannya."Grace, udah kubilang jangan berteman den
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg