Pada pukul 9 malam, Grace dan Marvel telah sampai di rumah mewah milik Alarick. Grace mengira, ulang tahun seorang Owner akan meriah dan pesta mewah sampai malam. Grace sudah membayangkan kapal pesiar yang diisi oleh banyak orang-orang tajir yang haus akan wanita. Namun, ternyata apa yang dibayangkan Grace tidak terjadi. Padahal Grace sudah berencana mencari cadangan. Berjaga-jaga jika Marvel membuangnya nanti. Walaupun ada sedikit rasa takut akan melihat Marvel jika memang Xavier nanti membuat pesta mewah. Tapi nyatanya, pesta ini diadakan sangat sederhana. Hanya ada The angles dan para istri, beberapa teman Emilie dan keluarga Emilie. Grace sempat menanyakan tentang keluarga Xavier. Namun, Marvel menjawab bahwa keluarga Xavier hanya Albert saja. Dan kebetulan Emilie memiliki banyak teman walaupun Xavier hanya memiliki The Angles saja. Grace sempat bertanya tentang kenapa bisa Xavier hanya memiliki teman sedikit disaat perusahaan Xavier ada di mana-mana. Namun Marvel menjawab perta
"Cih.""SIALAN! SINI KELAHI DENGAN GUE!""BERISIK MARVEL! ANAK GUE SEDANG TIDUR!" amuk Xavier."LO BELA DIA?! LO MAI BERTENGKAR DENGAN GU JUGA?!""MAJU BRENGSEK! GUE DENGAN ANAK KESAYANGAN GUE AKAN BERHADAPAN DENGAN LO!!""MAJU VEL!!" Alarick menyemangati."OKE, KALAU GITU GUE MEMILIH XAVIER!! SEPUPU GUE, AYO KALAHKAN MEREKA!" teriak Felix."Ya sudah aku Chris."Darren mulai ikut-ikutan."AYO MAJU BRENGSEK! GUE AKAN HAJAR LO SEMUA HABIS-HABISAN!""ZANDER!! AMBILKAN SENAPAN!""Cih.""SEKALI LAGI LO BERDECIH, GUE AKAN HAJAR LO!""CIH! CIH! CIH!""SIALAN!!!"Para wanita di sana hanya menepuk kening dan pergi dari sana karena anak-anak mereka sudah mulai menangis akibat keributan itu. Darrell sendiri sudah berada di pangkuan Darren. Mereka saling menatap. Sedetik kemudian, rasa hangat dan basah terasa di pangkuannya. Ya, Darrell mengompol. Darren menatap tajam pada anaknya."Lo cari ribut dengan gue?" tanya
MarvelTremont1(Foto)Bisa gak lo menghilangkan akunnya?FelixTidak.Udah verified.MarvelTremont1Gue tahu lo sebenarnya bisa.FelixMemang.Tapi, Emilie melarangku melakukannya.MarvelTremont1Sejak kapan lo menuruti wanita selain Felly?FelixSejak gue dan dia sependapat.Grace sangat cantik.Buat cuci mata gue.MarvelTremont1Terima kasih atas pujian lo dan gue udah screen shot chat lo.Gue akan laporkan ke Felly.FelixSial!Dasar bedebah!MarvelTremont1Kalau gitu, lakukan apa yang gue inginkanHapus akun Grace yang satu ini dari peradabanFelixBrengsek!Udah sejauh ini dan lo masih mengingkari kalau lo jatuh cinta sama Grace?Dan Marvel memblokir Felix seketika. Dia kembali memegang sendok, namun ternyata omelettenya sudah habis sedari tadi dan Grace juga sudah menghabiskan makanannya."Grace, udah kubilang jangan berteman den
"AKH!!"Dan sedetik kemudian, Grace menjerit kencang saat merasakan mulut Marvel yang menyentuh biji kecilnya. Tubuhnya tersentak dan menggeliat. Grace mencengkeram karpet dengan kuat, mencoba menjauhkan pinggulnya dari mulut panas Marvel namun tangan Marvel menahannya. Lidah pria itu bergerak menjilati apa yang ada di dalam sana sedangkan jari tengah Marvel maju mundur dengan cepat."Ah!!" teriak Grace ketika Marvel menambah jarinya sekaligus menambah laju lidahnya di inti tubuh milik Grace.Tangan Grace beralih, menjambak kuat rambut Marvel ketika rasa ngilu dan nikmat di inti tubuhnya yang sudah tidak bisa tertahankan lagi."Ah! Ah! Pelan-pelan!"Marvel tidak mendengarkan. Dia menambah jarinya lagi di inti tubuh Grace, membuat perempuan itu kembali berteriak kencang."Ah tuhan!" pekiknya kala Marvel menghisap daging kecilnya dan memainkannya sekaligus di dalam mulut Marvel."B-berhenti! Berhenti! A-aku—AH!"Dan Grace meledak hanya kar
"Dad, apa kamu mabuk?" tanya Grace kemudian.Dan tetap tidak dijawab oleh Marvel. Grace menelan ludah dengan susah payah. Grace menarik napas kaget saat Marvel makin erat memeluknya dan bibirnya sudah ada di lehernya. Jantung Grace seolah lompat dari tempatnya saat ia merasakan jilatan dan hisapan Marvel di sana."Dad."Marvel memejamkan matanya, menghisap kuat leher Grace, mengeratkan pelukannya saat Grace memberontak. Dia kembali membuka matanya saat dirasa selesai membuat tanda di leher Grace. Marvel menjilat tanda yang dibuatnya, dan mengecupnya di akhir. Tubuh Grace meremang sekaligus lemas dibuatnya."Dad ... Daddy ...""Jangan mendesah seperti itu. Kamu membuatku ingin menidurimu sekarang juga, sayang." ucap Marvel pertama kalinya.Membuat Grace terdiam, dan Marvel pun tidak mengatakan apapun lagi setelahnya. Grace tidak berhenti menelan ludahnya susah payah. Padahal, mereka tidak melakukan hal lain selain berpelukan dengan erat seperti ini. Tida
Hampir 10 menit berlalu, dan Marvel sudah agak jauh dari hotelnya. Marvel kemudian meraih ponselnya saat mobilnya berhenti di lampu lalu lintas. Dia tersenyum puas melihat panggilan tak terjawab Grace sampai pada angka 6 dalam beberapa menit saja. Baru saja Marvel akan melemparkan kembali ponselnya, ponselnya kembali bergetar. Kali ini bukan nama Grace yang tertera di sana, tapi Felix. Marvel menjawabnya, mengaktifkan speaker, dan kembali menjalankan mobilnya."Ada apa?" tanya Marvel kemudian.Suara deru napas Felix yang panik terdengar di seberang sana."Lo di mana berengsek?!" tanya Felix dengan nada tinggi.Marvel juga bisa mendengar suara ribut tidak jelas di sana."Gue sedang dalam perjalanan ke rumah.""Sialan! Lo tinggalin Grace, ya?!""Ya. Dia—""BRENGSEK! GRACE TERTUSUK DAN LO TINGGALIN DIA?!"Marvel menginjak remnya dengan sekuat tenaga. Tubuhnya kaku. Matanya membulat. Telinganya berdengung saat adrenalin Marvel tiba-tiba
Hari sudah beranjak malam saat Grace kembali membuka mata lelahnya. Yang juga sedikit sembab karena banyaknya air mata yang dia keluarkan. Sisa-sisa dari percintaan panas yang dilaluinya bersama Marvel kemarin dan pagi tadi. Wajahnya memanas kala potongan demi potongan akan percintaan membara yang dilalui mereka, kembali terlintas dalam benaknya. Membuat pusat dirinya berdenyut tanpa sadar. Ah tidak, ini berlebihan. Grace menghela napas panjang seraya merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Dia merasa lebih segar setelah tidur berjam-jam, yang dia sadari terlalu lama karena jarum jam berdentang sepuluh kali tak lama setelahnya. Padahal dia ingat, matahari masih berada di puncak tertingginya saat ia tertidur tadi. Lalu bagaimana dia bisa tertidur selama ini? Apa karena dia terlalu kelelahan?Dan di mana Marvel sekarang? Grace mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tidak mendapati seorangpun di sini. Hanya kesunyian yang didapatnya, juga suara pendingin ruangan yang menderu l
Drt ... drt ...Marvel yang sedang termenung seraya memandangi pemandangan di luar jendela mobilnya, segera meraih ponselnya saat mendengar nada dering itu. Menekan sebuah notifikasi yang muncul dan langsung menyeringai senang di dalam hatinya saat kepalanya berhasil mencerna apa arti dari pesan panjang yang dikirimkan oleh Azlan.***Grace berdecak pelan. Sudah hampir dua hari hidupnya luntang-lantung tanpa arah dan tujuan seperti ini. Untung saja selama dua hari ini, ada seorang wanita paruh baya yang mau membayarnya saat dia menawarkan jasa membersihkan toko. Setidaknya, dia bisa membeli roti dan beberapa barang yang dia perlukan dengan uang itu, termasuk sebuah benda tajam yang kini digenggamnya sementara tangannya bersedekap erat-erat karena kedinginan."Dingin," keluhnya pelan dan kembali menggosok-gosokkan telapak tangannya pada kedua lengannya bergantian.Hari sudah malam dan sejujurnya dia tidak tahu ada berada di mana dirinya sekarang. Sepertinya cukup jauh
Grace terpekik nyaring. Matanya tertutup rapat, sedangkan kedua tangannya menutup rapat telinganya. Napas Grace tersendat. Grace tidak menyangka bahwa Marvel akan melepaskan pelurunya ke arah kaki bawahannya sendiri. Dan demi Tuhan! Grace baru saja bangun dan dibuat syok seperti ini."Peluru itu mungkin gak mengenai kakinya, sekarang," kata Marvel yang membuat Grace membuka matanya, dan mendapati bahwa Marvel menembak lantai di antara kaki pengawal itu."Tapi nanti, satu per satu anggota tubuh mereka akan kutembak kalau kamu membantah ucapanku."Tubuh Grace gemetar di tempatnya. Matanya menatap wajah Marvel yang masih menatap Grace dengan pandangan tegasnya. Pandangan Grace beralih, menatap pengawal yang ditugaskan menjaganya. Dan mendapati pengawal tersebut tidak memberikan ekspresi marah atau ketakutan. Hanya datar tanpa ekspresi. Seolah dia memang ditugaskan untuk siap dibunuh. Mata Grace kembali berkaca-kaca saat pandangannya beralih pada Marvel yang masih diam di
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg