Grace merasakan geli akibat perbuatan Marvel, sesuatu bergejolak datang menghampiri dirinya. Dia menyuruh Marvel untuk menghentikan aktivitasnya itu, tetapi pria itu tidak mendengar ucapan kekasihnya dan dia menyentuh bagian lainnya. Grace sudah tidak tahan lagi, dia mendesah panjang dan inti tubuhnya mengeluarkan cairan dari bawah. Marvel terdiam sesaat mendengar desahan gadisnya itu, dia tersenyum manis saat melihat Grace menutup matanya dan beberapa keringat sudah membasahi kening dan lehernya itu. Grace sangat seksi sekali siang ini.
'Apa dia sudah keluar?' batin Marvel lalu dia menegakkan tubuhnya dan dia membuka kedua kaki Grace, mengulurkan tangannya untuk menyentuh inti tubuh gadis itu dan dia merasakan basah di sana.Grace sedikit terkejut dengan perlakuan Marvel padanya, dia membuka matanya sedikit saja tetapi tidak dengan mengangkat kepalanya itu. Dia sudah kelelahan karena dia baru saja mengalami masa putihnya. Marvel lalu membuka celana gadis itu dengan mudahnMarvel kembali ke kamarnya sambil membawakan minuman kalengnya yang tanpa soda itu. Lalu dia mendudukkan dirinya di kursi yang berada di balkon kamarnya itu. Menikmati semilir angin di siang hari sambil membaca buku itulah salah satu hobinya baru-baru ini.Saat Grace selesai ritual mandinya, dia melihat kekasihnya itu tengah duduk di balkon kamar. Dia pun mengambil pakaiannya yang berada di dalam lemari yang sudah dibersihkan oleh para maid di rumah Marvel dan dia pun kembali masuk ke kamar mandi untuk menggantinya di sana.***Marvel teringat akan suatu hal, dia harus menelepon pesuruhnya untuk membuatkan tiket pesawat dan paspor yang digunakan Rinrada, Sansan, Bryan dan Grace nantinya. Setelahnya dia kembali melanjutkan membacanya setelah mendapatkan balasan dari pesuruhnya itu."Hei."Marvel menoleh ke belakang, dia melihat Grace yang mengenakan pakaian Camisole Dress. T-shirt rumahan yang dipakai oleh Grace ini juga bisa dipercantik dengan memadukannya b
Setalah sampai di garasi rumahnya, Marvel lalu membawa 1 buah buket bunga cantik ukuran sedang dan sekotak lampu LED bunga itu. Dia berjalan mendekati pintu dan tiba-tiba saja pintu rumahnya terbuka menampilkan Levi yang tampak genit apalagi saat dia melihat sang majikannya membawa bunga. Levi langsung tersenyum malu seraya menundukkan kepalanya.Marvel yang melihat tingkah aneh maid mudanya itu hanya bisa melangkahkan kakinya menuju lift untuk ke kamar mereka. Levi yang melihat Marvel mengabaikan dirinya, saat pintu lift itu tertutup Levi menghentak-hentakkan kakinya di lantai keramik itu dengan kesal."Ini baru permulaan ya, Grace. Gue tadi baru aja kenalan sama lo," geram Levi dengan wajahnya yang sudah kusut.Sesampainya di pintu kamar Marvel yang tertutup itu, pemiliknya membuka kenop pintu dan dia melihat keadaan kamarnya yang kosong. Terlebih dahulu Marvel meletakkan barang-barang yang dibelikan untuk kekasihnya itu di atas ranjangnya. Lalu tak lama kemudian, G
Merasa bosan, akhirnya Gio keluar dari aplikasi sosial medianya dan menghidupkan musik di ponselnya itu untuk mengusir kejenuhan dan juga sepi di meja makan ini. 1 menit kemudian, ponselnya berdering dan otomatis musiknya menjadi tak bersuara alias mati. Gio mengangkat ponselnya dan melihat nama Lin di sana. Tumben sekali Lin meneleponnya, ada apa gerangan? Gio mengerutkan keningnya lalu menggeser tombol hijau ke atas dan menempelkan benda itu ke telinganya."Ya, halo," kata Gio memulai panggilan mereka berdua."Halo, Gio. Ini aku Lin, kamu sibuk gak hari ini?" tanya Lin dari seberang sana.Gio menaikkan alis matanya lalu dia menjauhkan layar ponselnya dari telinga. Menelisik lagi nama itu apakah benar Lin mantan kakaknya atau bukan? Dan yang membuat dirinya semakin dilanda kebingungan adalah kenapa Lin malah menanyakan dia sibuk hari ini? Gio mengambil sosis asam manis itu dengan sumpit lalu memakannya tanpa menimbulkan suara."Enggak juga, kenapa?" tanya Gio la
Setelah Gio pulang, Lin tersenyum bahagia dan dia pun pergi dari cafe itu dan mengendarai mobilnya menuju bank untuk langsung menarik uang yang dikirimkan Gio padanya melalui M-banking. Dua puluh juta sembilan ratus langsung berada di dalam genggamannya. Sebelum dia keluar, Lin memasukkan uang tunai tersebut ke dalam tasnya lalu dia memberikan uang kecil untuk orang parkir. Lin terlebih dahulu pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanannya yang sudah menipis. Setelah troli itu penuh, Lin menjalankan trolinya menuju rak perlengkapan mandi. Lin mengambil yang dia butuhkan dan juga dia sempat membeli perawatan wajahnya dan sekarang uang itu sudah terhabiskan 5 juta olehnya.Lin membuka bagasi mobil untuk meletakkan barang-barangnya di sana lalu dia pun pulang ke rumah karena sudah jam makan siang juga. Perutnya belum terisi dan Lin harus melakukan delivery memesan makanan secara online agar lebih praktis menuju alamat rumahnya.***"Sabun mandi cair, deterjen, sabun
"Oh iya, katanya besok Tuan Marvel sama Nona Grace bakalan ke Paris. Wah, aku ikut senang kalau Tuan Marvel senang dengan pilihannya sekarang. Kalian tahu, betapa bahagianya dia mendapatkan perempuan yang dia cintai," timpal Luca.Hal itu membuat kepala Levi memanas mendengarnya. Dia tak melihat Grace, tetapi juga tidak melihat Tuan Marvel dambaannya itu. Mereka juga ikut bahagia mendengarnya, tetapi tidak dengan Levi. Perempuan itu meneguk air orange dinginnya lalu dia pergi dari perkumpulan dengan maid milik Marvel. Dia ingin sendiri di taman belakang di mana ada ayunan di sana. Kailyn yang menyadari Levi meninggalkan mereka pun saling memberikan kode-kode mata ke arah Levi."Biasalah, cinta bertepuk sebelah tangan mah, kayak gitu," celetuk Rae lalu mereka tertawa.****Levi mendudukkan dirinya di ayunan itu, dia sering di sini jika tidak ada pekerjaan. Dan tempat itu pula dapat melihat kamar Marvel dari bawah. Hanya sedikit saja, pada bagian meja rias itu. Dia
Marvel meletakkan kain di pangkuannya agar tidak mengotori pakaiannya nanti. Begitu juga dengan Grace, pria itu mengajari banyak hal yang belum dia ketahui, setelahnya Grace dan Marvel menyicipi menu hidangan sea food dan beef yang ada di depan mereka. Sementara hidangan dessert, para waiters meletakkan di samping meja itu."Enak sea food-nya?" tanya Marvel seraya menatap ke arah Grace yang sedang mencicipi makanan laut itu.Grace menganggukkan kepalanya karena mulut itu penuh oleh makanan yang dia suapi dan Marvel terkekeh pelan melihat tingkah Grace yang lucu dan menggemaskan itu."Daddy gimana?" tanya Grace pada Marvel setelah makanan itu ditelan."Enak juga beef-nya. Gak kalah sama masakan Bi Kailyn," timpal Marvel seraya memotong beef itu di piringnya dengan menggunakan pisau dan menahan agar daging itu tidak pergi ke samping piringnya dengan menggunakan garpu.Marvel mengangkat tangannya yang berisi beef di garpu-nya itu dan dia meletakkan ke depan mul
Sementara Marvel dan Grace yang berada di dalam mobil Genesis GV80 dari Hyundai. Mereka kali ini menuju ke alamat rumah Grace. Marvel dan Grace yang duduk di kursi penumpang itu, duduk berdekatan sambil berpegangan tangan dengan mesranya. Di mana Marvel menggenggam tangan mungil yang dia sukai itu lebih dahulu dan menempatkannya di atas paha pria itu sambil mengelus punggung tangan Grace dengan ibu jarinya dengan lembut.Sementara Grace terkadang gadis itu menatap tangannya yang digenggam oleh Marvel, menatap wajah tampan itu yang lebih tinggi darinya dan menatap ke kaca mobil ke arah samping saat mata mereka tak sengaja bertabrakan. Mereka seperti baru saja kasmaran dan malu-malu seperti ini. Tanpa mereka ketahui, sang sopir juga menatap ke arah Marvel dan Grace melalui kaca spion mobil itu. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan pintu pagar rumah Grace. Bryan, Sansan dan Rinrada telah menunggu kedatangan mereka di depan rumah.Marvel, Grace dan sang sopir kini k
Hingga mereka sampai ke hotel dan bahkan ke kamar.Tak lupa, Marvel dan Grace memberikan kartu perdana dan makanan kepada Sansan dan Bryan. Marvel dan Grace kini duduk di balkon kamar mereka menikmati udara siang di Paris yang masih terasa dingin. Sekarang suhu Paris berada di 11 derajat celsius di ponsel milik Grace. Sambil menikmati green tea mereka, Marvel juga bercerita mengenai hotelnya kepada Grace."Daddy rencananya juga mau beli hotel di Brazil juga, ada teman Daddy di sana. Belum tahu sih, hotel mana yang akan Daddy beli nanti. Menurut kamu gimana?"Mulut Grace terbuka mendengar ucapan Marvel, pria itu ingin membeli hotel lagi di negeri orang? Sungguh, Marvel sangatlah memiliki pemikiran yang luar biasa gadis itu tidak mengerti. Mungkin saja Marvel juga ingin menghabiskan uangnya yang banyak itu, pikir Grace."Emangnya buat apa Daddy beli hotel lagi? Hotel di Indonesia aja udah buat uang Daddy makin banyak aja," kata Grace seraya menyeduh teh hijaunya ya
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg