"Gak apa-apa kali, ini diambil aja. Sekalian buat teman kamu yang berdua itu."
Akhirnya Grace pun mengambil plastik yang berisi roti yang dipesankan oleh Marvel itu. Marvel kembali menjalankan mobilnya menuju sekolahan Grace dan berhenti di depan sekolah gadis itu."Makasih ya, Om.""Nanti saya jemput kamu seperti biasa, ya."Grace menganggukkan kepalanya dan Marvel mengecupi pipi dan bibir gadis itu sebelum gadis itu keluar dari mobil pria tampan ini. Dirinya mematung sekejap lalu tersenyum kaku seraya membuka pintu mobil dan keluar dari sana. Marvel yang melihat gadisnya itu gugup pun tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya gemas. Lalu dirinya menancap gas menuju hotel Oxford Yoo untuk melihat perkembangan bisnis barunya itu.Setibanya di hotel, Marvel langsung diberitahukan dari staff resepsionis bahwa kemarin Retirado tengah menunggu kedatangannya sebelum hujan turun. Marvel sedikit termenung, pantas saja Retirado semalam menelepon dirinya berulang kali.Sesampainya di hotel Oxford kembali, Marvel kini menyibukkan dirinya ke ruang kerjanya seraya menandatangani bagian properti interior di dalam hotel maupun di luar hotelnya. Ini tergantung dari Marvel sendiri. Managernya yang bernama Denver Castaneda itu memberikan beberapa lampiran berkas sebanyak 5 lembar dan di sanalah Marvel memberi tanda centang atau silang. Di sana juga tertera harga yang akan dikeluarkan dari pihak hotel Marvel.Setelah selesai, dia memanggi Denver untuk datang ke kamarnya itu. Denver datang dan memberikan kalimat sapaan dan juga hormat pada sang pemilik hotelnya itu."Ada yang tidak saya pilih di sini, Denver. Menurut saya, hotel kita tidak memerlukan tetapi ada beberapa yang saya pilih dengan memberikan tanda ceklis di sana. Saya akan memberikan beberapa saham sana kamu untuk kamu beli ke pihak yang membelikan beberapa kekurangan di hotel kita," kata Marvel seraya memberikan berkas tersebut pada Denver.Denver pun menerimanya dengan senang hati, di
"Ayo duduk di balkon sambil santai-santai," ajak Marvel seraya menggandeng mesra tangan Grace itu.Gadis itu hanya mengikuti saja, Marvel sambil membawa kompresan kemasan di tangannya itu. Mereka pun mendudukkan dirinya di gazebo dan di dalam gazebo itu tidak terpapar matahari. Setelah Grace duduk, Marvel pun menempelkan ke kening gadis itu hingga dia merasakan dingin di sana. Tak ada rasa kantuk yang menyerang dirinya sekarang, tetapi Marvel menempatkan kepala dan sebagian tubuh gadis itu di bahu dan dadanya agar dia tidak terjatuh nanti."Dua hari lagi kamu kamping, kan?""Iya.""Udah ada persiapan?""Udah.""Kalo nanti malam masih panas, kamu gak usah sekolah aja. Libur sehari gak bakal bikin nilai kamu merosot jauh, 'kan? Kamu lagi sakit, bukan absen tanpa keterangan.""Lihat nanti aja.""Ya udah, terserah kamu aja deh. Aku cuman kasih saran aja.""Makasih ya, sarannya."Marvel menyinggungkan senyuman di bibirnya itu, lalu mengec
Saat di kantin, Yeager mengambil posisi duduk di tempatnya bersama dengan Madrigal Holland, Oxales Pitogu Bautista, Dexciel Alomere, Carwyn Amascual dan Drafox Allizon Barrera. Mereka menikmati menu makanan mereka bersama. Di seberang meja mereka terdapat Grace, Xella, Anggi, Argen Sorilla Yeona selaku sekretaris di kelasnya, Cathrine Adoremal, Athalie Gabriella, dan Agnasio Palarca Duque."Eh, kapan lagi kita latihan basket Ger? Udah lama loh enggaknya. Besok kita camping kan? Kita satu tenda juga," kata Drafiox pada Yeager yang tengah termenung itu."Nanti aja, nanti guru rapat juga," usul Carwyn."Gue ngikut aja," kata Yeager singkat.Di jam mata kuliah, Yeager pun kini sesaat juga menikmati makanannya yang dia simpan di dalam laci. Dosen bidang studinya kini juga mengatakan bahwa nanti akan diadakan rapat hingga selesai pulang. Betapa bahagianya mereka mendengar hal itu, ditambah lagi besok kamping. Jadi, semua guru memberikan ruang untuk mereka yang belum se
"Oh, iya gimana dengan kuliah kamu tadi, Honey?""Biasa aja kok, Om. Tapi, aku gak sabar pengen kamping. Untuk pertama kalinya aku ikut kamping seumur hidup. Pasti enak deh hirup udara segar, alamnya sejuk, banyak pohon dan dingin juga waktu pagi hari. Om pernah kamping, gak?" tanya Grace seraya membaringkan tubuhnya di ranjang. Tak lupa gadis itu menyelimuti dirinya."Pernah, tapi saya gak suka kamping. Menurut saya itu membosankan juga."Grace mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban dari Marvel. Tidak suka kamping dan membosankan? Grace pernah melihat di serial drama yang pernah dia tonton, kamping sangatlah seru. Bisa buat api unggun, menyanyi, memasak bersama, tidur bersama di tenda bersama sahabat itu sangatlah menyenangkan. Tetapi, Marvel mengatakan itulah membosankan. Ya, Marvel sangat sulit ditebak juga oleh Grace."Om lagi apa sekarang?" tanya Grace seraya mengalihkan topik pembicaraan mereka."Lagi baring, sendirian di atas ranjang tanpa kamu itu
Grace pun kini keluar dari mobil Marvel. Dirinya menoleh ke belakang sebelum akhirnya dia berjalan memasuki kawasan sekolah. Marvel yang melihat kegugupan dari lekuk wajah gadis itu pun tersenyum merekah. Marvel pun kini menjalankan mobilnya, dan pada saat Grace sudah berada di lapangan, Yeager pun baru saja sampai dan meletakkan motor RX-Kingnya di parkiran dan berlari menyusul Grace."Pagi."Grace menghentikan langkahnya ketika mendengar suara seorang pria yang terdengar tak asing di telinganya. Dirinya menoleh dan mendapati Yeager di belakangnya. Grace tersenyum melihatnya."Juga," balas Grace singkat.Yeager sangat berbeda kali ini. Menggunakan bomber jacket dikombinasikan dengan kaos biasa atau sweatshirt berwarna putih lalu Yeager mem-blend-nya dengan celana jeans hitam. Penampilannya seperti pria remaja Korea."Oh, iya langsung ke kelas yuk."Mereka pun kini berjalan beriringan bersama sambil bercerita dan terkadang Yeager mengeluarkan leluconnya
"Udah, Ce?" tanya Xella.Grace hanya bisa menganggukkan kepalanya dengan lemah, wajahnya memerah dan juga sekarang perut sudah sedikit membaik. Xella dan Anggi pun kini membawa Grace ke rombongan di mana mereka telah duduk di atas rerumputan hijau di bawah pohon rindang yang tak jauh dari bus."Sudah baikan, Grace?" tanya Pak Thanapon.Grace menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil menatap guru itu dan kembali menundukkan kepalanya karena kepalanya masih terasa pusing. Pak Thanapon pun kini menyuruh mereka untuk beristirahat sejenak selama 5 menit saja. Karena masih ada perjalanan yang akan mereka masuki ke dalam sana. Grace dan rombongannya yang lain mempergunakan waktu itu dengan berbaring di atas rumput itu, sementara yang lainnya ada yang pergi menjauh untuk buang air dan juga makan sejenak mengisi perut."Ce, gue tadi buatin kalian smoothie. Dingin sih, lo mau rasa apa? Ada rasa strawberry yogurth, oreo smoothie, atau rasberry?" tanya Anggi."Oreo
"Apa kita bakalan lanjut?" tanya Grave mendongak menatap pria itu yang berdiri di sebelahnya."Iya, ayo."Yeager menyimpan botol itu ke dalam saku jaketnya lalu kembali menggenggam tangan Grace lagi dan tetap berjalan sesuai dengan petunjuk arah. Tibalah mereka di sebuah simpang di mana jalan ini terbagi dua. Mereka pun berhenti, terdiam sejenak."Kok jalannya jadi gini?""Kayaknya dosen ngejebak kita deh," sahut Yeager lalu menoleh ke belakang.Tidak ada siapa-siapa di belakang mereka. Mungkin para siswa yang lain tidak memasuki jalan nomor 3. Tetapi, di kedua sisi jalan itu kini saling menunjukkan arah masuk. Terdapat 2 palaing di sana dan di dalamnya itu kini ada sebuah jalan yang berbelok dengan berlainan arah. Mereka kini dilanda kebingungan. Grace tidak habis pikir. Bagaimana jalan ini bisa dibagi lagi?"Kayaknya kita balik lagi deh," usul Grace.Yeager menganggukkan kepalanya, lekas mereka bergegas membalikkan tubuhnya, berlari keluar dari j
Drafiox langsung mematikan panggilan dari Yeager. Pria itu pun menyimpan ponselnya kembali lalu tersenyum manis ke arah gadis yang duduk di sampingnya."Makasih ya Ger, udah mau selamatin gue.""Biasa aja kali, Grace. Gue kalo gak bawa pulang lo dengan selamat atau gue yang ninggalin lo, bisa-bisa gue habis ditonjokin sama Bryan lo itu."Grace terkekeh pelan. Ya, dulu Yeager dan Bryan sempat adu jotos. Itu dikarenakan Bryan salah paham. Dia mengira bahwa Yeager lah yang mengunci pintu toilet utama perempuan itu dan dirinya yang dulu menjadi kakak kelas di waktu Grace menduduki kelas 10 SMA sementara Bryan yang kelas 12 IPS pun marah. Dirinya yang datang ke toilet untuk mendobrak pintu toilet itu pun melihat Yeager di sana yang berusaha untuk membuka kunci pintu toilet yang dia minta dari pembersih sekolah itu.Bryan pun langsung memukul Yeager tanpa ampum dan akhirnya bisa diredakan ketika wakil kepala sekolah datang menemui mereka dan membawa mereka berdua menuj
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg