"I hope you're happy." Mae berucap dengan raut wajah yang sulit diartikan.
Setelah selesai memilih perhiasan dan saling bertukar nomor akhirnya Mae lebih dulu pergi meninggalkan Abriel. Namun saat akan melewati pintu, Geom menahan lengan Mae."Tunggu!" kata Geom."Ada apa ini?" Mae berusaha melepaskan lengannya, namun gagal."Geom, apa yang kamu lakukan?" Abriel juga turut mendekat ke arah Mae.Geom hanya diam sembari mengamati wanita seksi dalam genggamannya. Rambut berwarna ash grey platinum, wajah yang terlihat sangat cantik dengan bibir tebal, serta tubuh yang begitu sempurna bak model kelas dunia. Namun dari semua yang dia lihat dari Mae. Ada satu yang begitu menarik perhatian Geom. Mata biru yang samgat langka di miliki oleh orang lain. Seumur hidupnya dia baru melihat satu orang yang memiliki mata itu, Sean. Itulah yang membuatnya berusaha meneliti lebih jauh tentang Mae."Lepaskan dia!" teriak seorang bertubuh tinggi tegap yang baru memasuki tokHildan menciumi wajah Suganan, mengusap lembut pipi wanita itu dengan buku tangannya lalu beralih mengecup mesra bibir merah muda milik Suganan yang terasa kenyal."Wanita secantik dirimu kurang tepat kalau hanya memakai nama singkat. Bagaimana kalau aku aku rubah namamu menjadi Suganan De Dagohoy?"Suganan membuka mata ketika Hildan menghentikan cumbuannya. Pria itu menatap mata Suganan dengan lekat dan begitu dalam di bawah kungkungannya."De Dagohoy?" Suganan merasa bingung."Kenapa? Tidak suka?""Aku tidak mengerti ucapanmu. Dagohoy adalah nama sebuah keluarga terpandang di kota ini. Kamu tidak tau itu? Jangan mempermainkan nama mereka.""Ya, kamu memang terlihat tidak mengerti apapun yang ku ucapkan.""Sudahlah, tidak perlu berkelit lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan padaku. Aku ingin segera terbebas dari dunia seperti ini!""Kita akan menikah besok.""Apa? Menikah? Yang benar saja!" teriak Suganan dengan ekspresi tidak menyang
Saat masih menangis Abriel merasakan tangan Marvel yang berada dalam genggamannya bergerak pelan. Membuat Wanita itu bergegas menekan tombol untuk memanggil dokter dan juga perawat. Senyuman mulai terlihat dari kedua sudut bibir Abriel ketika Marvel beralih menggenggam tangannya dan perlahan membuka mata. Marvel bahkan bergumam tidak jelas, membuat Abriel harus mendekatkan telinganya."Apa yang ingin kamu katakan, Sayang?" tanya Abriel."Aku ..." ucapan Marvel terhenti karena merasakan tenggorokannya begitu kering."Katakan Marvel.""Aku mau ..."Abriel segera mengambil segelas air berniat untuk memberikannya kepada Marvel melalui sedotan. Namun pria itu menggeleng lemah menolak sedotan yang di arahkan padanya."Kamu mau apa, Sayang? Katakan perlahan atau mungkin tunggu sampai dokter datang agar mereka bisa membantumu bicara.""G-Grace. Aku mau Grace."Ungkapan Marvel berhasil membuat Abriel bungkam seketika. Gelas di tangannya terjatuh begitu
"Ada apa Marvel? Kamu pasti sudah tidak sabar untuk merasakan efek dari cairan inikan. Sabar Marvel, sebentar lagi kamu akan menemui Michella dalam sakit jiwa."Mae mulai mengarahkan jarum suntik itu kepada tubuh Marvel. Namun Mae kembali di buat terkejut saat tangan Marvel bergerak menyentuh wanita itu seakan ingin menggenggam tangannya."Grace," lirihnya lagi namun Mae hanya terdiam mematung."Marvel." Mata Mae mulai berkaca-kaca ketika tangan Marvel berusaha untuk menyentuhnya dengan mata yang tetap tertutup rapat."Forgive me," kata Marvel dengan susah payah, namun terdengar begitu jelas di telinga Mae.Seketika air mata Mae tumpah tanpa mampu dia tahan lagi. Bagaimana bisa seorang yang sedang berada di bawah alam sadarnya mengatakan maaf? Pikir Mae."Marvel, kamu mendengarku?""Forgive ..." Napas Marvel tampak tersengal."Marvel, apa yang terjadi?" Hera mulai gelisah saat melihat Marvel."I-miss u Grace ..."Marvel tidak mampu l
"Kamu bisa mendatangi rumah sakit dan juga saksinya.""Tapi kenapa mereka melakukan ini padaku?" Mae berucap tidak percaya."Dua keluarga itu secara tidak langsung telah menjadikanmu sebagai alat jaminan untuk hubungan kerja sama mereka.""Tapi kenapa dia melakukan ini padaku?" tanya Mae lagi dengan bibir gemetar menahan rasa sakit hati."Jhunmar adalah orang paling berkuasa di negara ini. Jelas saja dukungan darinya sangat di perlukan untuk keberhasilan ayah kandungmu."Rasa sakit di dalam hati Mae semakin bertambah ketika mendengar ucapan Jeysi yang awalnya dia anggap tidak masuk akal. Namun, setelah melihat semua bukti nyata itu akhirnya Mae percaya bahwa dirinya hanyalah dijadikan sebagai penjamin hubungan kerja sama."Artinya Jhunmar telah menyanderamu hanya semata untuk menghibur hatinya yang tidak bisa memiliki anak. Sedangkan ayahmu dengan teganya menukarkanmu. Mereka mempermainkan hidupmu!" jelas Jeysi yang berhasil menyulut amarah Mae.Pe
Marvel pulih setelah berhari-hari ia lalui di rumah sakit. Seperti biasa pria yang akrab di sapa 'Vel atau Mar' itu lagi-lagi selamat dari maut. Bahkan Marvel merasa pulih lebih cepat dan orang yang pertama kali ia cari adalah Grace. Dalam satu Minggu sudah berulang kali dia bertanya di mana istrinya, namun Gio dan Claire hanya diam saling menatap. Yang Marvel tahu hanyalah berita tentang kedua orang tua kandung Grace yang berhasil selamat dan sedang dalam perawatan di rumah sakit yang sama dengannya. Marvel turut berduka karena dia kehilangan dua sahabat terbaik dalam hidupnya. Dhave dan Geom selalu menjadi bagian dalam segala perjalanan hebat, gila dan menakutkannya. Kini Marvel hanya bisa mengenang mereka. Sedangkan Abriel, ternyata dia masih setia menemani Marvel setiap hari. Sedetik saja wanita itu tidak pernah beranjak dari sisi Marvel bahkan dia baru bisa berhenti menangis setelah melihat Marvel membuka mata."Aku sangat senang bisa mendengar suaramu lagi Sayang," kata A
Siang ini, Marvel tidak bisa menjemput Grace karena ada jadwal rapat mendadak di kantor pusat hotelnya-membahas tentang kondisi saham perusahaan yang mulai tidak stabil dan berpotensi mengancam. Seharusnya mulai hari ini ia bisa mempekerjakan sopir pribadi yang jauh-jauh hari ia pesan dari agen terpercaya, namun saat ia memastikan sendiri seperti apa sopir barunya untuk Grace, Marvel langsung membatalkan kontrak kerja dan memberi orang itu kompensasi lumayan besar sebagai gantinya. Tak disangka ternyata sopir itu masih muda dan memiliki paras yang tampan. Marvel takut tersaingi. Apalagi kalau sampai Grace kepincut dan jatuh hati. Oleh karena itu, ia meminta tolong pada bawahannya untuk mencari sopir baru yang sudah tua, kalau bisa yang visualnya biasa-biasa saja. Pun untuk sekarang, ia menyuruh Grace pulang naik taksi.Marvel sudah mentransfer uang sebanyak 10 juta ke rekening Grace untuk membayar taksi, semoga saja tidak kurang. Alih-alih langsung pulang ke rumah sesuai yang d
"Caramel macchiato deh satu," ucap Yvan, lalu teringat sesuatu."Nanti jangan lupa ya, Grace. Habis dari sini kamu traktir aku bakso janda dombret dekat sekolah yang baru launching."Grace yang mendengar peringatan dari Yvan jadi makin was-was, sebab kini Marvel terus menatapnya dengan sorot mata tajam yang menyeramkan. Rasanya ia ingin membungkam mulut Yvan yang suka ceplas-ceplos itu, ia tidak mau berakhir salah paham lagi dengan suaminya."lced americano satu," kata Marvel setelah Yvan selesai memesan.Tidak ada embel-embel 'hai' atau senyuman, Marvel tak berniat menyapa gadis itu sama sekali, mengambil peran sok tidak kenal.Marvel lantas sengaja mencari tempat duduk yang strategis agar ia bisa melihat Grace sekaligus Yvan yang dari tadi menguji kesabarannya. Bagaimana tidak? Yvan benar-benar tidak mau memalingkan pandangannya dari Grace yang sedang meracik kopi. Ke mana gadis itu bergerak, bola matanya selalu mengikuti."Sial!" umpat Marvel geram.
Tepat pukul tujuh malam, seseorang yang sangat Marvel tunggu-tunggu akhirnya pulang juga. Grace memang belum masuk ke dalam rumah, tapi Marvel sudah tahu dari suara langkah kaki grasak-grusuk yang semakin lama terdengar semakin jelas dan dekat. Maka, pria dewasa itu memilih untuk beranjak dari sofa, kemudian berjalan menuju pintu utama. Menunggu si gadis di sana sambil melipat kedua tangan di depan dada."Istriku pulang?" Marvel menyambut kedatangan Grace dengan sebuah pertanyaan sarkas, nada bicaranya setengah tak menyangka."Aku kira kamu menginap di rumah Yvan.""Memangnya boleh?Aw-ah! Marvel, lepasin!" pekik Grace seraya berjengit kesakitan saat Marvel tiba-tiba menjewer telinganya."Kamu mau aku pindah ke sekolah lain biar tidak ketemu sama bocah bau minyak telon itu lagi?" ancam Marvel keki.Grace semakin meringis."lya-iya ampun! Lepasin Marvel, nanti telingaku copot dari kepala kan tidak lucu."Melihat wajah Grace yang kian memerah karena m
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg