"Bisakah?!"
"Tentu."Dug!Dug!Dug!Dug!Dug!Terdengar suara detak jantung bayinya, Awa sungguh merasa takjub. Grace pun sama halnya dengan Awa sangat terharu."Selamat Awa, kau akan menjadi seorang Ibu," kata Grace sambil menggenggam erat lengan Awa.Awa hanya tersenyum getir, dalam benaknya dia berpikir haruskah Jerald mengetahui kebenarannya, atau lebih baik dia menyimpan untuk dirinya sendiri. Awa terlalu takut berharap, dia tidak ingin terkhianati perasaanya sendiri. Seperti dulu dia terlalu mengharapkan Keiffer, namun pria itu mematahkan segala harapannya.*****Kini Grace dan Awa sudah meninggalkan rumah sakit tempat Awa memeriksakan kandungannya. Mereka menaiki mobil untuk kembali ke apartemen Awa. Namun saat mobil mereka akan berbelok untuk keluar dari area rumah sakit, Awa tiba-tiba menginjakkan remnya dengan cepat, seorang wanita dengan tergesa-gesa berlari tanpa melihat jika ada kendaraan yang akan berbelok. Namun,Grace menatap kosong ke arah Robert yang kini berada di depannya. Marvel masih sibuk memeriksa beberapa berkas di mejanya, namun pria itu sangat tahu jika saat ini dirinya sedang di perhatikan oleh Grace. Dalam benaknya, Marvel mengira bahwa Grace menatap kagum akan karisma ketampanannya padahal yang sesungguhnya ada dalam pikiran Grace adalah keresahan dirinya tentang surat kemarin.Grace bingung saat ini dia tidak ingin meragukan Marvel, namun rasanya sangat sulit. Semakin dia berusaha untuk melupakan surat itu semakin hatinya menjadi resah. Grace masih terus tenggelam dalam pikiran hingga tidak sadar Marvel sudah berdiri di depannya, meraih dagunya dan mengecup bibirnya sekilas."Apa aku sangat tampan hingga kamu gak berhenti memandangiku?Aku sampai gak bisa fokus bekerja," ujar Marvel.Grace hanya menatap kedalam manik Marvel, dalam hatinya dia sedang mencari kebohongan didalamnya, apakah selama ini benar kata cinta Marvel padanya hanya bualan. Namun, sorot mata t
"Sayang? Kau bilang sayang padaku, Marvel? Berhentilah mengatakan hal menjijikan itu."Marvel berdiri dan berusaha mendekati Grace, namun gadis itu dengan cepat mundur dan menghindar dari Marvel."Jangan mendekat!""Tapi ada apa, Sayang? Kenapa tiba-tiba kamu marah padaku?""Aku tahu alasanmu selama ini mendekatiku Mar, kau melakukan taruhan dengan teman-temanmu bukan?!"Deg!Marvel sadar jika pembicaraannya tadi ternyata di dengar oleh Grace."Aku mendengar apa yang kalian bicarakan, kau mendekatiku untuk sebuah taruhan bukan, bahkan aku juga tahu kau dan Lexsi masih berhubungan."Grace melemparkan ponselnya pada Marvel, dan memperlihatkan foto-foto yang dia terima yang terlihat ada dirinya dan Lexsi yang tengah berkecupan."Sa-sayang semua itu gak seperti yang kamu lihat. Aku bisa menjelaskannya." Marvel berusaha meraih tangan Grace agar gadis itu mau mendengarkannya, namun Gracemenepis tangan Marvel."Semua yang aku lihat dan aku
Marvel bahkan meminta Jerald agar membantunya menemukan Grace. Dia benar-benar tidak ingin Grace pergi meninggalkannya begitu saja tanpa tahu kebenaran yang sesungguhnya.*****Awa sangat kebingungan dia tidak dapat menghubungi Grace, sahabatnya itu bahkan mematikan ponselnya sehingga Awa tidak dapat menghubunginya. Awa bingung apa yang terjadi pada Grace hingga membuat gadis itu pergi dan mengajukan pengunduran dirinya. Beberapa hari ini bahkan Grace tidak mengatakan apapun pada Awa. Awa merasa bersalah karena di saat Grace mendapatkan masalah Awa bahkan tidak dapat membantu sahabatnya.Awa curiga jika masalah Grace ada hubungannya dengan Marvel karena Grace sampai ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Awa teringat akan sosok Jerald, mungkin saja Jerald tahu apa yang terjadi dengan Grace dia ingin mengubungi Jerald dan menanyakan tentang Grace, tapi dia teringat akan penolakan yang di lakukan terhadap Jerald. Jerald yang dengan intens melakukan pendekatan padanya
"Aku harus membuat perhitungan dengan seseorang," kata Marvel.Khawatir dengan Boss-nya akan berbuat hal yang tidak-tidak, Jerald menawarkan diri untuk ikut menemani Marvel."Apa apa perlu saya temani Boss?""Tidak, aku harus menemuinya sendiri.""Anda yakin saya tidak perlu ikut, Boss?" Jerald sekali lagi memastikan."Tidak kau hanya perlu mengirim kembali apa yang Sean kirimkan padaku. Aku tidak ingin berurusan lagi dengannya.""Baik, Boss."Marvel kini dengan langkah tergesa dan juga menahan kemarahannya pergi menuju tempat Lexsi. Dia akan membuat Lexsi membuka mulut dan mengatakan apa tujuan wanita itu menjebaknya.*****Grace masih menikmati hari tenangnya dan bermain bersama pootsy, Grace duduk di tangga kayu sambil dari jauh memperhatikan sebuah mobil mewah yang masuk ke dalam area perkebunannya. Grace teringat perkataan pamannya jika mereka akan kedatangan tamu, pemilik perusahaan yang bekerjasama dengan pamannya. Grace lalu
Sambil menahan kemarahannya pria itu memegangi dadanya yang semakin berdenyut nyeri."Sebaiknya kau, akh .." Tiba-tiba saja Jhunmar terjatuh bersimpuh sambil meremas dadanya."Daddy!" teriak Grace panik.Brezzy yang sedari tadi hanya menyaksikan kejadian itu tanpa bisa ikut campur di dalamnya kini dengan cepat berlari menghampiri Tuan Jhunmar."Tuan Jhunmar!" Brezzy sambil meraih tubuh Jhunmar yang jatuh terduduk di tanah. Dengan cepat dia mengeluarkan ponsel dan mengubungi ambulance.Seketika semua panik saat Jhunmar merintih dan memegangi dadanya yang sangat sakit. Marvel dengan cepat mendekat dan berusaha membantu Jhunmar. Namun dengan cepat, gadis itu memintanya untuk menjauh."Go away!" teriak Grace."Grace please, I just ..." Marvel berusaha mendekati Grace yang sedang merengkuh tubuh Jhunmar."No, I said go away. Just leave me, I don't wanna see you!""Grace, please.""Marvel, please. Aku sungguh tidak ingin melihatmu lagi. Ka
"Sebaiknya kau kembalilah duluan ke hotel, aku akan berada di sini.""Tidak apa Boss, saya akan tetap menemani anda di sini.""No, kau kembali saja Jer. Lagi pula aku butuh waktu untuk sendirian.""Lebih baik kau kembali dan aku akan mengabari mu jika aku membutuhkan sesuatu. Satu lagi tolong kau batalkan semua meeting yang tidak terlalu urgent.""Baiklah, Boss."Sepeninggal Jerald, Marvel masih duduk salah satu sudut sambil matanya tidak henti memperhatikan Grace yang nampak sangat murung. Tidak lama Brezzy datang sambil membawakan secangkir teh hangat untuk Grace."Minumlah.""Baiklah, terima kasih." Grace menerima teh pemberian Brezzy."Aku sudah menyiapkan pemindahan ayahmu ke rumah sakit di New York, besok pagi Ayahmu akan dibawa menggunakan jet pribadiku.."Brezz, kau tidak perlu melakukan semua itu. Aku dan ibu bisa mengurusnya sendiri.""Aku melakukan itu karena aku ingin membantu, anggap saja ini bantuan dari sahabat jadi ka
"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"Athalie sangat takut dan juga kebingungan dia menyaksikan sahabatnya di culik di depan matanya. Tidak lama dia melihat sebuah taksi yang melintas dan kemudian menghentikannya."Pak, tolong ikuti mobil hitam itu. Tolong cepat, Pak!" perintah Athalie."Tidak, aku tidak boleh kehilangan jejaknya. Aku harus menghentikan rencana gila Sean. Ya Tuhan, tolong lindungi Grace."***Grace berlari berusaha menemukan Athalie, sahabatnya yang sangat dia rindukan selama ini. Ternyata benar kecurigaannya jika yang dulu dia temui itu adalah Athalie. Lalu kenapa Athalie tidak pernah menghubunginya, bahkan setelah kembali pun Athalie tidak juga menemui dirinya. Sambil terus berlari, Grace memikirkan banyak hal, apakah dirinya membuat kesalahan pada Athalie sehingga Athalie seolah menghindarinya dan tidak mau menemuinya.Athalie berjalan sangat cepat dan kini bayangannya sudah tidak terlihat, Grace berlari mengitari setiap sudut rumah sakit untu
"Ka-kau. Bukan kah kau ... Sean?""Bingo!""Ternyata kau masih mengenaliku.""K-kau ... apa yang kau inginkan?!""Aku? Tentu saja aku ingin sedikit bersenang-senang denganmu.""Tidak, kau bohong! Katakan apa yang sebenarnya kau inginkan dariku?!""Jangan terburu-buru Grace, kau juga akan tahu apa yang aku inginkan darimu.""Tapi sebelum itu biarkan kau merasakan apa yang sahabatmu rasakan selama ini.""Apa maksudmu? Katakanlah dengan jelas?!""Kau tidak tahu apa yang aku maksud? Aku kira kau adalah sahabat baik Athalie, tapi ternyata kau bukan benar-benar sahabat terbaiknya.""Athalie? Apa maksudmu? Katakan padaku ada apa dengan Athalie?!""Wow, easy.""Apa kau benar-benar tidak tahu jika Athalie selama tidak pernah pergi meninggalkanmu? Dia bahkan tidak pernah pindah ke Kanada. She lied to you!""Apa?!"Grace berpikir sejenak pertemuannya kembali dengan Athalie seperti rangkaian puzzle yang kini mulai tersusun.
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg