Marvel akhirnya menyingkir untuk memberikan jalan kepada Grace. Namun sebelum wanita itu pergi, Marvel memanggilnya hingga langkah Grace terhenti.
"Ada apa Sir?""Saya mau kamu ganti pakaian. Untuk hari ini jangan pakai seragammu."Grace jadi merasa penasaran saat mendengar perintah aneh dari Mavel."Tapi kenapa saya harus berganti pakaian lain hari ini?""Kamu tidak berhak bertanya dan lakukan saja apa yang saya perintahkan. Cepat!" titah Marvel langsung dipatuhi oleh Grace meski merasa bingung.Grace menarik napas berusaha mengais sisa kesabarannya untuk menuruti kemauan Marvel. Dia pun berjalan menuju toilet dan menggantinya dengan pakaian pribadi."Apa yang terjadi dengannya? Kemarin dia yang memintaku memakai ini. Tuhan, berikan aku pahala yang besar karena sudah sabar menghadapi keanehan Grace!"Grace menggeleng pasrah dengan kelakuan Kenzo yang arogan,aneh dan memerintah sesuka hatinya. Kali ini Grace benar-benar mendapatkan hukuman yanGrace pun segera berdiri bersama Marvel untuk meraih jabatan tangan pria itu dan saling memberikan senyum kebahagiaan untuk menyambut kedatangan Mr. Hildan yang sedikit terlambat karena sebuah urusan penting lainnya. Mereka kembali duduk bersama Mr. Hildan yang kini mengambil posisi di sebelah kiri Grace yang tampak kosong. Sedangkan Marvel berada di sisi kanan dan sedikit menjauhkan diri agar Grace tidak terlalu dekat padanya, entah karena apa."Saya sudah pernah menduga kalau kalian adalah pasangan yang serasi." Mr. Hildan berbicara kepada kedua pengantin baru itu."Sepertinya tebakan anda memang benar Mr. Hildan dan kami akan selalu terlihat serasi didepan semua orang," jawab Marvel sambil menatap ke arah Grace yang saat ini tersenyum.Marvel beranjak sebentar karena Carmelo, orang kepercayaannya baru saja memberikan suatu kabar hingga membuat Marvel mendadak pamit untuk berbicara empat mata bersama Carmelo.Perlahan Grace akhirnya mencoba untuk memulai perbin
Marvel berjalan seperti biasanya melewati para karyawan yang sudah berulang kali mengucapkan selamat atas pernikahannya. Namun dia mengabaikannya begitu saja dan tetap berjalan.Hingga saat dia masuk ke dalam ruangan kerjanya terlihat seorang pria dengan begitu santai duduk di singgasana milik Marvel. Pria yang berperawakan tidak berbeda jauh seperti Marvel dengan badan atletis serta sorot mata yang cukup tajam."Dhave," panggil Marvel sampai pria bermanik cokelat itu menoleh ke arahnya.Pria itu ternyata adalah Dhave Pineda, sahabat Marvel saat mereka masih liburan di Manchester. Sudah cukup lama Marvel tidak mendengar kabar Dhave setelah dia kembali ke Indonesia hingga hari ini Dhave berada di dalam ruangannya."Hello my bast*rd friend," sambut Dhave sembari mendekat dan merangkul pundak Marvel."Kedatanganmu sangat mendadak, apa ada hal yang penting?" tanya Marvel sambil melepas rangkulan Dhave."Kedatanganku sama mendadaknya seperti pernikahanmu. Ap
"Tapi aku rasa akan lebih baik jika dia lenyap dari kehidupan Marvel untuk selamanya," lanjutnya lagi.Pria dihadapan Grace tersenyum hangat untuk menenangkan perasaan wanita itu. Genggaman tangannya meyakinkan Grace jika semua akan berjalan sesuai dengan yang Grace harapkan."Semua akan membaik dan sekarang aku akan selalu ada untuk mendukung semua hal yang kamu lakukan.""Terima kasih Dhave, aku tidak menyangka kita akan menjadi teman dalam waktu singkat."Ternyata pria itu adalah Dhave. Dia berhasil menenangkan sedikit perasaan Grace dan membuatnya tersenyum lagi. Dhave telah mengambil bagian dalam permainan Marvel. Namun kali ini, perannya sebagai penyelamat untuk target permainan Marvel. Saat ini Marvel dan Dhave berada di jalur yang berbeda tanpa diketahui oleh Marvel sendiri."Besok malam ada pekan raya di sini. Aku akan mengajakmu," ucap Dhave."Pekan raya di jaman gadget, yang benar saja Dhave." Grace tidak mempercayainya."Aku sengaja mem
Di sinilah Marvel saat pagi kembali menyapanya, setelah kemarin dia pingsan saat sedang menikmati percintaan dengan sang istri. Pria itu terbangun saat merasakan sesuatu yang kenyal dan padat menempel di dadanya. Perlahan Marvel mengerjapkan mata berusaha untuk menjelaskan pandangan yang silau. Samar-samar pria itu mulai melihat Grace yang sedang tertidur pulas di atas dadanya."Grace," panggil Marvel saat kesadarannya mulai penuh."Ya sayang," jawab wanita itu."Apa yang terjadi semalam?""Kamu tidak ingat?" Grace masih enggan bangun."Aku yang memuaskan mu sepanjang hari," jelas wanita itu masih tetap memejamkan mata."Sial, aku tidak mengingat apapun!""Kita bisa melakukannya lagi hari ini Marvel. Aku akan siap Sepanjang hari." Grace segera duduk di atas tubuh Marvel bersiap untuk melesakkan milik pria itu lagi ke dalam dirinya."Stop it! Aku harus menemui Abriel hari ini setelah semalam meninggalkannya tidak mungkin kalau hari ini aku haru
"Sudah berapa lama kalian saling kenal?""Belum lama," jawab Grace seadanya."Dhave tidak sembarangan membawa seseorang ke villa ini dan kalau dia memberitahu kamu tempat ini berarti kamu adalah orang istimewa untuknya," jelas wanita itu.Sambil membersihkan sisa darah di tangan Grace, dia memandangi wajah wanita muda di hadapannya. Sambil mengingat kembali seseorang yang sangat mirip dengan Grace di masa lalu."Tapi saya dan Dhave cuma teman." Wanita itu hanya diam membuat suasana kembali canggung.Grace yang semakin tidak tahan dengan tatapan itu segera bertanya."Apakah wajah saya terlihat aneh?""Oh tidak Sayang. Aku hanya seperti melihat seseorang yang kukenal saat melihatmu," jawab ibu Dhave."Apa itu mengganggu Anda?""Tidak, aku senang melihat mata hitammu. Sangat mirip dengan pria yang kucintai dulu." Matanya tampak berkaca-kaca saat melihat tatapan mata Grace padanya."Pria yang Anda cintai?""Sudahlah lupakan saja aku
"Nona Abriel mengalami amnesia Retrograde yang menyebabkan pasien kehilangan Ingatan yang terbaru terlebih dahulu," ucap dokter itu terhenti sembari melihat ke arah Abriel."Jenis amnesia ini terjadi karena adanya trauma pada kepala. Biasanya pasien akan mengingat kejadian yang lampau seperti kenangan masa kecil, tapi setelah kejadian tadi sepertinya Nona masih mengingat kenangan bersama Anda.""Sampai mana dia mampu mengingat?" Marvel tampak khawatir."Untuk itu saya belum tahu pasti mungkin saat dia sudah lebih tenang kita bisa mencari tahu lagi."Marvel menarik napas panjang dengan raut wajah iba melihat keadaan Abriel. Marvel kembali lupa pada Grace karena pikirannya di sibukkan untuk fokus kepada Abriel."Mama sangat ingin kamu pulang ke rumah. Apa kamu tidak mau bahkan untuk satu hari saja?" bujuk Jeysi kepada Dhave, namun pria itu tetap menolak."Untuk saat ini aku sedang tidak ingin pergi ke mana pun Ma. Aku sedang nyaman sekali menghabiskan wak
"I hope you're happy." Mae berucap dengan raut wajah yang sulit diartikan.Setelah selesai memilih perhiasan dan saling bertukar nomor akhirnya Mae lebih dulu pergi meninggalkan Abriel. Namun saat akan melewati pintu, Geom menahan lengan Mae."Tunggu!" kata Geom."Ada apa ini?" Mae berusaha melepaskan lengannya, namun gagal."Geom, apa yang kamu lakukan?" Abriel juga turut mendekat ke arah Mae.Geom hanya diam sembari mengamati wanita seksi dalam genggamannya. Rambut berwarna ash grey platinum, wajah yang terlihat sangat cantik dengan bibir tebal, serta tubuh yang begitu sempurna bak model kelas dunia. Namun dari semua yang dia lihat dari Mae. Ada satu yang begitu menarik perhatian Geom. Mata biru yang samgat langka di miliki oleh orang lain. Seumur hidupnya dia baru melihat satu orang yang memiliki mata itu, Sean. Itulah yang membuatnya berusaha meneliti lebih jauh tentang Mae."Lepaskan dia!" teriak seorang bertubuh tinggi tegap yang baru memasuki tok
Hildan menciumi wajah Suganan, mengusap lembut pipi wanita itu dengan buku tangannya lalu beralih mengecup mesra bibir merah muda milik Suganan yang terasa kenyal."Wanita secantik dirimu kurang tepat kalau hanya memakai nama singkat. Bagaimana kalau aku aku rubah namamu menjadi Suganan De Dagohoy?"Suganan membuka mata ketika Hildan menghentikan cumbuannya. Pria itu menatap mata Suganan dengan lekat dan begitu dalam di bawah kungkungannya."De Dagohoy?" Suganan merasa bingung."Kenapa? Tidak suka?""Aku tidak mengerti ucapanmu. Dagohoy adalah nama sebuah keluarga terpandang di kota ini. Kamu tidak tau itu? Jangan mempermainkan nama mereka.""Ya, kamu memang terlihat tidak mengerti apapun yang ku ucapkan.""Sudahlah, tidak perlu berkelit lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan padaku. Aku ingin segera terbebas dari dunia seperti ini!""Kita akan menikah besok.""Apa? Menikah? Yang benar saja!" teriak Suganan dengan ekspresi tidak menyang
"Sekarang buka gerbangnya, kalian bisa memastikannya saat aku sudah pergi," ujar Nantsu menatap sinis pada pengawal.Pengawal itu berpikir keras, mungkin saja itu benar. Nantsu adalah salah satu orang kepercayaan tuannya, jadi tidak mungkin dia berbohong."Baiklah, tetapi cepatlah kembali!" pengawal kemudian membuka gerbangnya.Tanpa mengacuhkan pengawal tersebut, Nantsu kemudian mengemudikan mobilnya dengan sangat kencang. Nantsu tersenyum puas dan sangat lega, karena semua rencananya berjalan dengan lancar. Sesekali dia melihat ke belakang dan melihat Grace yang masih tidak sadarkan diri di sana."Sebentar lagi Sayang, sebentar lagi!" Nantsu berujar dengan smirknya yang licik.2 jam lamanya Nantsu mengemudikan mobilnya, dia ha
Kemudian dia segera mencari kamar Marvel, dan ketika dia membuka pintu kamarnya dia tersenyum senang melihat Grace di sana. Akhirnya tujuannya akan tercapai yaitu merebut Grace dari Marvel dan membawanya pergi. Nantsu masuk dan menutup pintunya kembali. Terlihat seorang gadis sedang terlelap tidur di atas ranjang.'Oh, jika saja aku sedang tidak terburu-buru, akan aku pastikan kita akan bercinta saat ini juga,' batin Nantsu melongo menatap keindahan tubuh Grace meskipun dari belakang.Nantsu berjalan mendekat ke arah Grace dan duduk di sampingnya. Perlahan Nantsu membelai lembut pipi Grace membuat Grace terganggu dan mengerjap membuka matanya. Seketika Grace membuka matanya lebar dan menjauhi Nantsu."Apa yang kau lakukan?! Bagaimana bisa kau sampai di sini?! Untuk apa kau kemari?!!" bentak Nantsu merasa terkejut akan keberadaan Nantsu di kamar Marvel."Waktu kita tidak lama, pergilah bersamaku
"Ah tidak, aku akan menerimanya. Tapi aku tidak akan memakainya, bagaimana jika tergores, bagaimana jika hilang dan bagaimana jika kalung ini diambil orang. Aku akan menyimpannya, dan akan aku pakai lain kali di acara penting saja," lanjut Grace merasa sayang dengan kalung itu."Terserah padamu saja!" Marvel kembali memasukkan kalung itu pada kotak beludru itu dan menyerahkannya pada Grace.Grace menerima kotak itu dan menatap mata Marvel begitu dalam. Lalu dengan tiba-tiba dia berdiri dan meraih tengkuk Marvel Menciumnya dengan penuh kelembutan, memainkan lidah Marvel dan menyesapnya dalam. Marvel terkejut tetapi sangat menikmati ciuman ini, dia terkejut dengan ciuman Grace. Rasanya masih tidak percaya jika saat ini Grace sedang menciumnya. Grace melepas ciumannya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal dan dengan cepat dia berlari ke kamar mandi menahan malu. Grace merutuki kebodohannya sendiri yang dengan tiba-tiba mencium Marvel.
Grace hanya diam dan kembali mengeratkan selimut untuk menutupi tubuhnya. Marvel berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah buket bunga dan kotak beludru biru yang cukup mewah. Entah apa isinya tetapi Grace bisa menebak bahwa isinya pasti sebuah kalung atau perhiasan lainnya."Pilihlah salah satu, ini hadiah untukmu!" Marvel menyodorkan buket bunga sederhana di tangan kanannya yang menurut Grace itu benar-benar payah, karena bunga itu cukup berantakan dan dapat Grace tebak jika bunga itu dipetik dari kebun belakang, sementara kotak beludru biru di tangan kirinya."Hadiah? Untuk apa?" Grace menatap Davian bingung. Hari ini bukan hari ulang tahunnya lalu mengapa Marvel repot memberinya hadiah, Grace menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Untuk semalam."Grace yang semula menunduk kemudian menatap mata Davian. Ingatannya kembali kepada kejadian semalam, saat dirinya dengan paksa harus mengulum junior Marvel. Oh, sun
Marvel berjalan memasuki mobilnya dan berlalu pergi ke kantor meninggalkan mansion mewahnya. Setelah melihat mobil Marvel pergi, Grace bergegas masuk. Grace mulai menjalankan semua aktivitas paginya, tanpa tahu seseorang sedang mengawasinya dari jauh. Hari berlalu begitu cepat, jam menunjukkan pukul 7 malam. Dan benar saja, Marvel mengirimkan seseorang untuk meriasnya. Grace bingung dibuatnya, pasalnya dia tidak tahu alasan dibalik ini. Dia hanya bisa Grace semua perintah Marvel. Satu jam kemudian Grace sudah siap. Grace berdiri di depan cermin dan memandangi dirinya, dia menelan ludahnya sendiri.'Ke mana dia akan mengajakku pergi, mengapa aku harus memakai gaun terbuka seperti ini,' batin Grace menghela napasnya.Grace berjengit kaget ketika tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Marvel memeluk erat Grace dari belakang dan mendaratkan ciuman di leher jenjang Grace, kemudian menumpukkan dagunya di bahu Grace.
Jeol berhenti di tepi jalan yang sepi setelah tadi usai kebut-kebutan di jalanan. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri dan berulang kali menghantam kemudinya dengan keningnya."Bego lo Jeol! Gila! Sinting!" maki Jeol pada dirinya sendiri."Dia Grace, istri Marvel, sahabat lo!" teriaknya yang tentu di tujukanpada dirinya sendiri."Jeol gila!" Lagi, Jeol kembali menghantam kemudi dengan keningnya sendiri."Kak ... jangan nyakitin diri sendiri." Sebuah suara halus, lembut dan begitu ia kenali membuat Jeol cepat-cepat mengangkat kepalanya, menatap kursi di sebelahnya yang semula kosong namun kini sudah terisi dengan objek kegilaannya tadi. Jeol berteriak, memukul kepalanya sendiri guna menghilangkan sosok Grace di sampingnya."Pergi Grace! Pergi!" teriak Jeol frustasi.Setelah bermenit-menit kemudian, baru Jeol berani membuka mata, di tatapnya kursi sebelahnya yang kini telah kosong seperti semula. Jeol lelah, ia menyandarkan punggung dan kepalan
la kembali ikut tertawa begitu melihat Bryan dikerjai oleh ayahnya, tawa kosong, tawa yang diam-diam di penuhi rasa iri hingga membuat matanya di isi buliran air yang siap jatuh kapan saja. Marvel yang sedari tadi memperhatikan istrinya, kini sedikit bergerak merapatkan kursinya agar lebih dekat pada istrinya. la genggam jemari Grace yang di letakkan di paha lalu membawanya ke pahanya sendiri. Begitu Grace mengalihkan tatapan ke arahnya, Marvel makin mengeratkan genggaman tangannya, ia berikan tatapan seteduh mungkin, sehangat yang ia bisa untuk menyalurkan rasa hangat pada istrinya. Grace tersenyum kecil, matanya yang sedikit memerah jadi menyipit kala bibirnya tertarik ke atas. "Mau nambah?" tanya Grace sebisa mungkin meredam rasa sesaknya. Marvel menggeleng, ia malah meletakkan sendoknya dan beralih mengusap pelan pipi Grace. "I'm here," bisik Marvel pelan, Grace mengangguk dengan mata memerahnya yang cepat-cepat ia usap dengan gerakan seolah mengusap hidungnya.
"Terus nanti kalau mogok lagi, Bapak gimana?" tanya Grace. "Gini ajalah, kebetulan di depan sana sekitaran beberapa meter lagi ada pom bensin. Bapak berhenti di situ, nanti saya carikan tukang bengkel yang bisa jemput Bapak," ucap Jeol pada Pak Didit. Grace kali ini setuju, Pak Didit pun mengiyakan. Sebelum menaiki mobil Jeol, Grace berjalan menuju mobilnya terlebih dahulu guna mengambil tasnya. Setelah segala macam barang bawaannya sudah di tangannya, Grace menghampiri Jeol dan Pak Didit yang masih menunggu. "Bapak duluan Pak, biar kita ngiringin di belakang," ucap Grace sebelum masuk ke dalam mobil Jeol. Setelah mobil Pak Didit melaju, barulah Jeol juga ikut melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Pak Didit. Sementara Jeol sibuk menyetir, Grace sendiri sibuk mengistirahatkan badan. "Capek, ya?" tanya Jeol yang diangguki Grace. "Aku boleh numpang tidur nggak, Kak?" tanya Grace dengan suara lelah dan bercampur ngantuk. Jeol menoleh kearah Graxe
"Ya biarin," jawab Grace tak acuh.Marvel hanya tersenyum kecil, ia tahu Grace hanya ingin dirinya istirahat, tapi ya mau bagaimana lagi, pekerjaannya masih ada sedikit lagi, dan ia pun baru selesai makan. Dengan Grace masih berada di gendongan depannya, Marvel kembali menuju sofa tempatnya bekerja tadi, ia duduk di sana dengan Grace yang juga ikut duduk di pangkuannya. Marvel mulai kembali bekerja, sementara Grace hanya bisa cemberut karena Marvel kembali berkutat pada laptopnya.Merasakan gerakan abstrak jemari Grace di punggungnya, Marvel membujuk, "sebentar ya, ini dikit lagi selesai."Setelahnya, ia kembali fokus pada laptopnya. Dua keluarga besar kini sudah berkumpul memenuhi meja makan Marvel, para orang tua sedang asik berbincang sambil menunggu masakan siap di sajikan. Sementara Bryan dan Gio asik berdebat mengenai ajang badminton yang memang sedang diadakan di Korea. Marvel? Marvel ya Marvel, ia hanya akan bersuara ketika di tanya, atau bahkan hanya mengangg