"Aku sama sekali tidak pernah terpikir akan hal itu, Drew." Helen jelas sangat terkejut ketika Drew tiba-tiba saja menyatakan rasa tertariknya. Sesuatu yang terlalu cepat. Helen sama sekali tidak tahu apa yang membuat Drew begitu tertarik padanya. Dia bahkan berpikir bahwa ini sangat wajar ketika mengingat kalau dulu Gavin menyebut Drew sebagai lelaki playboy. Tidak mengherankan kalau Drew begitu cepat tertarik pada wanita. Paling nanti cepat atau lambat pada akhirnya Drew akan bosan padanya."Kenapa? Apa aku kurang menarik? Atau memang benar kau punya masalah percintaan yang membuatmu trauma?"Helen menggeleng. Dia selalu saja merasa khawatir bila ada yang menyinggung soal trauma, terlebih lagi tebakan orang itu memang benar. "Bukan begitu, Drew. Maaf kalau memang aku membuatmu kecewa. Aku hanya tidak tertarik untuk memulai hubungan semacam itu untuk saat ini. Aku ingin mengurus diriku sendiri. Aku ingin menyelamatkan diriku sendiri dulu."Helen tertunduk ketika menyadari ekspresi k
"Jangan berpikir kalau kau bisa menyakitinya hanya karena kau adalah temanku."Helen tak sempat menoleh sama sekali, namun dia bisa mengenali suara itu. Jelas yang berbicara itu adalah Gavin. Entah sejak kapan dan bagaimana caranya Gavin bisa tahu dan datang kemari menyelamatkannya.Helen merasakan lengan Drew sudah tidak melingkar di lehernya. Dia berhasil lepas dan tersedak karena sesaat sulit bernapas. Dia menjauh dari sana dan melihat Gavin kini berusaha menahan Drew.Orang-orang di sekitar hanya bisa melihat. Helen tahu kalau beberapa saat yang lalu, orang-orang itu hendak menolongnya. Namun karena sekarang sudah ada Gavin yang terlihat begitu marah pada Drew, orang-orang itu terlihat ketakutan untuk sekadar mendekat. Akan tetapi pada akhirnya Helen mendengar suara mobil polisi. "Tidak, jangan lakukan itu!" Helen berteriak dan berusaha mencegah para polisi yang kini hendak membawa Drew dan Gavin. Dia tentu saja khawatir apabila Gavin malah harus kena masalah karena dirinya. Sal
"Kuharap aku tidak menyakitimu."Helen menatap dalam mata Gavin yang berada di atasnya.Helen tidak menyangka kalau bisa-bisanya dia tidak bisa berpikir jernih karena hal ini. Kebutuhan biologisnya ternyata tidak bisa dia tahan sebagaimana ketika dia sedang lapar. Bahkan memang sudah berminggu-minggu dia tidak mendapatkannya. Padahal biasanya Rey akan senantiasa menyentuhnya dan itu bisa membuatnya merasa lega, walau terkadang juga merasa frustasi ketika Rey memaksakan kehendaknya saat Helen sedang tidak mau. Helen memutar mata dan menyapu seluruh ruangan dengan pandangannya ketika Gavin masih melanjutkan percintaan mereka. Dia hanya ingin memastikan bahwa memang tidak ada CCTV yang dipasang di sana. Dia mungkin akan merasa malu seumur hidup bila ada sebuah kamera yang merekam aktivitas intim mereka. "Terima kasih." Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Helen setelah mereka selesai. Dia memang sudah tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Mendadak saja merasa sangat ragu untuk sekadar me
"Aku tidak suka kalau kau bersikap seperti itu padaku. Anggap saja bahwa hal semacam ini sudah biasa." Helen hanya bisa tersenyum. Dia tidak bisa berpendapat bahwa itu adalah suatu hal yang biasa. Mungkin dalam budaya dan gaya hidup mereka di kota ini, seks sudah menjadi kebutuhan sama halnya seperti makanan. Ada banyak orang yang sangat bebas dalam hal semacam ini dan bangun keesokan harinya seolah tidak pernah terjadi apa pun. Bahkan mereka seperti tidak peduli siapa yang mereka tiduri. Sekarang Gavin mengajak Helen untuk pergi bersama. Helen tahu bahwa Gavin ingin mencairkan hubungan di antara mereka berdua. Helen juga tidak nyaman apabila hubungannya dengan Gavin malah terlihat sangat kaku setelah kejadian malam itu. "Aku minta maaf kalau itu membuatmu tidak nyaman sama sekali," ucap Helen yang malah membuat Gavin tertawa. Helen bisa merasakan pipinya memanas. Dia terlalu malu apabila harus membahasnya lagi. "Aku paham kenapa kau memintanya. Aku tidak keberatan kalau kau mau
"Kau ini kenapa? Sejak tadi tidak bicara sama sekali." Helen hanya bisa tersenyum dan menggeleng ketika Gavin bertanya kepadanya. Gavin akan pergi bersama Ella hari ini seperti yang dia katakan kemarin. Sesuatu yang juga membuat hati Helen jadi dongkol. Helen membuatkan bekal untuk Gavin karena memang beberapa saat yang lalu Gavin dan memintanya sendiri. Namun entah kenapa aktivitas memasak itu malah terasa tidak menyenangkan sama sekali. Dia juga tidak yakin kalau masakannya akan enak. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit meriang." Helen menyerahkan kotak bekal itu pada Gavin, kemudian berlalu begitu saja menuju kamar mandi. Entah kenapa dia malah malas menatap wajah Gavin sekarang. Gavin terlihat begitu senang, tapi itu membuat Helen merasa seperti ada sesuatu yang mengganggu hatinya. Helen membiarkan air shower membasahi seluruh tubuhnya. Dia hanya berdiri mematung di sana dan mendengar Gavin sudah pergi. Dia bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia malah merasa seperti ini? M
Walau awalnya Helen melihat kalau Gavin merasa sedikit malu dan gugup, pada akhirnya malam itu mereka kembali bercinta. Helen merasa kalau hubungannya dengan Gavin hanyalah sebatas hubungan fisik. Lagi pula mereka juga tidak pernah membicarakan tentang perasaan di sini. Helen membiarkan semuanya berlalu begitu saja. Dia juga sudah tidak mempedulikan apa yang dipikirkan oleh Calista tentang dirinya beberapa saat lalu.Beberapa saat Helen selalu saja tidak berani untuk sekadar melihat Gavin yang berbaring dengan napas terengah di sampingnya. Dia membelakangi Gavin hingga kemudian mendengar dengkuran dari lelaki itu. Helen menghela napas dan memilih pergi ke kamar mandi.Entah sampai kapan dia akan tinggal di rumah Gavin. Sampai kapan pula dia mengumpulkan keberanian untuk bisa keluar dari rumah itu. Helen belum punya cara atau antisipasi sama sekali bila seandainya nanti dia tidak sengaja bertemu Rey. ***Gavin berusaha untuk terbiasa dengan situasi mereka. Dia cukup sadar kalau mereka
Napas Helen terengah. Dia berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Dia berada di dalam lemari sekarang. Bahkan dia masih bisa mendengar suara keributan di luar sana. Satpam dan juga bodyguard pribadinya tampaknya sedang berusaha mengusir dan mengalahkan orang-orang yang mendadak menerobos masuk.Helen juga tidak berani untuk menelepon Gavin di saat seperti ini. Lebih tepatnya mungkin dia tidak mau menimbulkan keributan yang bisa membuat siapa saja di luar sana mendengar suaranya. Dia juga tidak berani menghidupkan telepon genggam yang mungkin saja akan berbunyi apabila Gavin yang menelepon di seberang sana.Tok.. tok... tok...Helen terkejut dan langsung meringkuk ketika ada seseorang yang mengetuk pintu lemari itu. Dia tidak berani bersuara sama sekali. Tidak berani untuk bertanya siapa orang yang mengetuk pintu lemari itu."Nona Helen, ini saya. Kami sudah berhasil mengusir mereka. Para polisi juga sudah mengamankan mereka."Helen terkesiap. Dia tentu mengenali suara itu. Itu adalah
"Aku tidak mau menunggu sampai resiko itu benar-benar datang. Aku tahu kalau kau sudah tidak mandi kota ini. Kita akan bersiap untuk pergi ke luar negeri." Helen sampai tidak percaya sama sekali ketika Gavin mengatakan hal itu. Gavin sungguh serius ingin membawanya pergi ke luar negeri untuk menyelamatkan dirinya dari Rey meskipun mereka belum tahu siapa orang yang menyuruh sekelompok pria yang menerobos rumah Gavin. "Gavin, aku akan merasa bersalah kalau malah membuatmu semakin kerepotan karena harus memutar kepala lagi untuk mengurus pekerjaanmu ketika sedang berada di luar negeri. Kau tahu kalau aku tidak mau hal itu terjadi." Gavin menggeleng. Helen melihat lelaki itu tersenyum padanya. Masih ada rasa tidak nyaman dalam hati Helen. Dia hendak menolak karena tidak mau merepotkan Gavin, namun juga merasa tidak aman apabila harus tetap berada di kota ini. "Sudah kubilang kau tidak perlu ikut campur dalam pekerjaanku. Aku bisa mengurus semuanya. Aku cukup becus mencari jalan kelua