Share

Peluang Baru

Penulis: Cyma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apa? Operasi plastik? Sumpah, aku bahkan tidak pernah berpikir tentang itu."

Gavin meletakkan cangkir kopi yang sudah kosong. Dia juga sebelumnya tidak pernah memikirkan ide itu. Kalimat yang dia katakan barusan seolah keluar begitu saja dari bibirnya. Ide itu spontan muncul di kepalanya ketika teringat pada film atau series detektif yang sering dia tonton. Bahkan solusi operasi plastik agar tidak dikenali orang pun juga menjadi alur cerita series murahan.

Gavin juga tidak berpikir kalau Helen akan langsung setuju dengan solusi yang dia berikan. Dia hanya merasa bahwa saat ini, operasi plastik adalah solusi yang bagus untuk mengelabui Rey. Helen juga tidak perlu was-was ketika keluar rumah lagi karena tidak akan ada orang bayaran Rey yang bisa mengenalinya.

"Aku tidak memaksamu sama sekali untuk menerima tawaran ini. Aku hanya merasa kalau itu solusi yang bagus agar kau bisa lebih santai ketika sedang keluar rumah. Aku yakin kalau kau masih belum bisa leluasa bergerak di luar sana me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Persetujuan

    "Akhir-akhir ini kau sering sekali melamun dan juga menghela nafas. Apakah ada sesuatu yang terjadi? Kau punya masalah? Kau terlihat lesu dan lelah bahkan di pagi hari seperti ini." Helen gelagapan tersenyum paksa ke arah Rose. Dia sudah menebak kalau Rose atau mungkin beberapa rekan kerjanya yang lain memperhatikan sikapnya beberapa hari terakhir ini. Bukan berarti memiliki masalah yang besar, dia hanya memikirkan tentang pertimbangan operasi plastik itu. Hingga saat ini Helen belum berani untuk mengambil keputusan apakah dia akan melakukan operasi itu atau tidak. "Entahlah, aku juga bingung tentang masalah ini. Maksudku, mungkin ini tidak bisa langsung disebut sebagai masalah." Rose mengerutkan kening. Dia menatap Helen dari balik mejanya. Helen sendiri hanya bisa melihat layar laptopnya yang sama sekali tidak beralih ke halaman mana pun kecuali wallpaper. Memikirkan semua itu membuat Helen merasa tidak bersemangat untuk mengerjakan pekerjaannya hari ini, padahal masih ada banyak

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Wajah Baru Helen

    "Kau sudah menentukan dokter mana yang akan kita kunjungi nanti? Temanmu itu pasti juga sudah mencarinya, bukan?" Helen melipat baju yang baru saja dia keringkan. Dia mengangguk sambil tersenyum. Beberapa hari terakhir ini Gavin meluangkan banyak waktu untuknya, meskipun Helen juga tahu bahwa Gavin baru saja membeli perusahaan di kota ini. Helen tidak tahu bagaimana pekerjaan Gavin di kota sebelumnya, sepertinya dia sudah mempercayakan perusahaannya itu kepada orang lain sedangkan dia fokus pada perusahaan barunya saat ini. "Yah, alamatnya cukup jauh dari apartemen kita. Aku harap itu bukan masalah besar bagimu. Awalnya aku juga merasa keberatan karena terlalu takut pergi terlalu jauh, tapi kurasa tidak ada pilihan lain kalau memang itulah yang terbaik." Gavin mengangguk setuju. Dia menutup laptop kemudian berjalan ke arah Helen dan membantu Helen sejenak membereskan semua pakaian itu ke lemari. Gavin langsung mencari tahu tentang rumah sakit dan juga dokter yang dipilih oleh Helen

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Musim Dingin

    "Kau puas dengan wajah barumu yang sekarang?" Rose tersenyum penuh arti ketika Helen kembali bekerja lengkap dengan wajah barunya. Wajah baru Helen tentu saja membuat banyak orang tidak bisa mengenalinya. Bahkan ada beberapa karyawan yang mengira kalau Helen adalah karyawan baru, sampai mereka bingung sejak kapan perusahaan kembali membuka lowongan pekerjaan.Sebenarnya bukan hanya wajah, Helen bahkan mengubah gaya dan warna rambutnya. Wajah Helen lebih chubby sekarang. Bibirnya juga lebih tipis. Warna kulitnya tidak berubah, tetap berwarna putih bersih. Alisnya juga lebih tebal dan hitam. Helen memotong pendek rambutnya dengan gaya rambut pixie, persis seperti gaya rambut Lady Diana."Aku tidak menyangka kalau operasinya ternyata cukup sakit. Aku sampai merasa akan dihukum mati di dalam ruangan rumah sakit itu."Helen dan Rose sedang menikmati sajian ayam bakar di salah satu kafetaria tempat kerja mereka. Mereka menikmati waktu berdua ketika jam istirahat. Salju sudah turun di luar s

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Tempat yang Buruk

    "Gedungnya ternyata jauh lebih luas dari yang kupikirkan. Bahkan terlihat sangat lengkap meski baru saja dibuka." Helen dan yang lainnya tidak langsung pergi ke tempat tujuan mereka. Ada banyak orang yang mengunjungi tempat itu. Mereka pergi jalan-jalan dan menikmati sarapan sebentar. Suasana di gedung itu juga cukup dingin, namun tidak sedingin di luar di mana butiran salju itu mulai menumpuk dan membentuk bukit di pinggir jalan. Helen mengenakan sweter cukup tebal namun tetap elegan di pagi ini. Dia juga memadukannya dengan syal merah. Helen juga sudah meminta izin kepada Gavin. Seperti dugaannya Gavin saat ini pergi bersama teman-temannya. Tadi Gavin mengantarnya hingga Helen bertemu dengan teman-temannya dan berangkat bersama ke mall ini. "Kalian mau langsung seluncuran?" tanya Rose. Helen dan yang lainnya serempak mengangguk. Mereka pun pergi ke tempat tujuan mereka. Salah satu pameran atau tempat hiburan yang di desain seperti negeri dongeng. Ada salju buatan dan juga rumah m

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Dia Datang

    "Kamu dari mana saja? Kami mencarimu dari tadi. Kami kira kau pergi meninggalkan kami," ucap Rose sambil bertolak pinggang. Dia mengerutkan kening ke arah Helen. Helen berusaha tersenyum dan tidak mau teman-temannya merasa khawatir. Ternyata semua temannya sudah selesai bermain, mereka tampaknya sudah puas. "Oh, aku hanya sedang pergi ke toilet tadi. Kukira kalian masih ingin bermain. Sedikit merasa mulas." Rose mengangguk paham. Dia memutar mata sejenak menatap gedung itu, berpikir ke mana lagi mereka akan pergi. Sebetulnya masih ada banyak tempat yang belum mereka kunjungi. Saking banyaknya mereka sampai bingung harus ke mana lagi. Mall itu memang terlalu indah dan megah. Helen merasa beruntung karena beberapa temannya ini terlihat sudah lupa dengan kejadian beberapa saat yang lalu. Sama sekali tidak terlihat ingin menceritakan tentang kedatangan Rey ke mall itu. "Bagaimana kalau kita pergi makan sekarang?" Rose mengusulkan. Yang lainnya tampak setuju begitu saja, karena mereka

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Trauma

    Helen terkadang merasa sangat sulit memilih sesuatu dalam keadaan seperti ini. Bahkan hingga sekarang dia belum berani untuk bertemu langsung dengan Rey walau lelaki itu tidak akan mengenali dirinya. Gavin juga sudah seberusaha mungkin memberi motivasi padanya, memastikan bahwa Helen bisa melakukan semua itu."Bagaimana kalau kau mencoba untuk bertemu dengan Rey dan menyamar sebagai penggemar beratnya? Dia masih ada di sini, bukan?"Helen hampir saja memuntahkan kopi hangatnya. Dia sedang sarapan bersama Gavin pagi ini. Mereka tidak pergi bekerja karena memang libur musim dingin belum berakhir. Helen duduk tepat di samping jendela. Namun jelas tidak membuka jendela itu. Masih terlalu dingin pagi ini. Dia bahkan mengenakan jaket tebal dan syal merah muda yang melingkar di lehernya. Dia hanya ingin menikmati pemandangan di luar sana. Butiran salju itu masih jatuh. Sepertinya akan lebih banyak bukit salju di pinggir jalan raya daripada yang dia bayangkan."Itu usulan yang gila," ucap He

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Kebetulan

    "Kau memang benar. Dia tidak mengenaliku sama sekali. Aku saja yang terlalu takut dan terlalu memikirkan kemungkinan terburuk di sini." Gavin tersenyum mendengar perkataan Helen. Helen terlihat jauh lebih baik daripada sebelumnya. Seolah dia baru saja menyelesaikan suatu audisi dan berhasil lolos. Dari wajahnya saja Helen terlihat jauh lebih lega daripada kemarin. Bebannya juga lebih berkurang. Seolah tidak ada lagi suatu hal yang berat yang saat ini sedang dia pikirkan. "Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu? Atau dia menatap wajahmu dalam waktu yang lama? Kalau dia menatapmu dalam waktu yang lama, seharusnya kau curiga dan merasa waspada karena hal itu." Helen menggeleng. Dia menatap pantulan dirinya di cermin rias. Merapikan sedikit rambutnya dan memoleskan sedikit make up walaupun dia tidak akan pergi ke mana pun hari ini. Dia hanya merasa kalau kulitnya terlalu kering. Entah mungkin salah satu efek dari operasi plastik itu. "Tidak, dia hanya mengatakan kalimat persetujuan ketik

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Pertimbangan

    "Saya sama sekali tidak mengerti. Bahkan saya juga tidak tahu kapan bertemu dengan Anda Dan bagaimana Anda mengetahui tentang saya." Helen masih saja waspada meskipun dalam hati kecilnya dia juga merasa senang mendapatkan penawaran yang serba kebetulan ini. Penawaran yang memang sangat tepat dengan apa yang dia inginkan sekarang. Namun biar bagaimanapun juga, dia harus tetap waspada. Dia sangat tahu bahwa Rey adalah orang yang sangat pintar. Helen sangat tahu bahwa Rey adalah tipikal orang yang akan mencari banyak cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, bahkan dengan cara yang paling tidak terduga. Tidak menutup kemungkinan bahwa Gabriel adalah salah satu orang suruhan Rey saat ini. "Aku adalah orang yang tidak sengaja menabrakmu ketika kau berada di mall itu. Mungkin kau sudah tidak ingat, tapi aku masih sangat ingat. Aku melihatmu berjalan menuju semua temanmu, dan aku mengenal salah satu dari mereka. Karena itulah aku bertanya kepada mereka tentang dirimu sampai aku tahu a

Bab terbaru

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Baik-Baik Saja

    "Kau sudah baik-baik saja?" tanya Albert setelah kembali melihat Helen hari ini. Dari wajah Albert saja sudah bisa ditebak bahwa dia memikirkan banyak hal, terutama ketika mengingat bahwa Helen baru saja mengalami keguguran. Alisnya sedikit berkerut. Wajahnya yang biasanya tegar dan kuat sekarang terlihat was-was.Perasaan campur aduk terlihat jelas di dalam mata Albert. Dia mungkin merasa bersalah karena insiden tersebut, dan perasaannya terhadap Helen, yang juga merupakan teman dekatnya, terasa sangat salah. Helen tersenyum manis dan mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi, merasa lebih lega sekarang. Dia seperti merasakan sesuatu yang jauh lebih bebas daripada hari sebelumnya. Dia tidak tahu perasaan semacam apa ini. Dia hanya merasa jauh lebih bahagia. Mungkin karena memang faktor hormon yang selalu berubah-ubah. "Yah, kau tidak perlu terlalu khawatir. Aku sudah baik-baik saja." Albert menghela napas lega. Dia menatap mata Helen yang sama sekali tidak balas menatapnya. "Aku me

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Satu-satunya

    "Kenapa kau terlihat sangat marah? Kau marah karena kehilangan bayinya atau kau marah padaku?" Gavin menatap wajah Helen yang sejak tadi seakan tidak mau menatapnya balik.Kamar rumah sakit itu hening, suasana tegang menggantung seperti awan. Cahaya pucat dari lampu langit-langit menyinari ruangan, memantulkan kebisuan. Suara detak jam dinding terdengar seperti dentingan waktu, semakin menegaskan keheningan yang melingkupi mereka berdua. Di tengah ruangan, Helen dan Gavin saling diam setelah apa yang baru saja terjadi. Meskipun suara mereka rendah dan terkontrol, kemarahan itu terasa begitu kentara, seperti medan magnetik yang bertabrakan, menciptakan gelombang kemarahan yang tak terucapkan. Helen juga tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Ada suatu gejolak besar dari dalam hatinya yang sama sekali tidak bisa dia jelaskan di saat seperti ini. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada Gavin. Helen beranjak dari kasur itu dan menatap mata Gavin. Kesunyian itu seakan membun

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Tidak Tahu

    "Mohon maaf, dia keguguran." Gavin langsung terpaku di tempat ketika mendengar apa yang dikatakan oleh dokter itu. Butuh waktu beberapa lama baginya untuk mencerna makna dari kalimat singkat itu. Ada sesuatu yang ingin dia katakan, sesuatu yang menyampaikan segala kebingungannya, namun kalimat itu seakan berhenti di ujung lidah, tidak bisa keluar begitu saja. Di belakang Gavin, Albert juga berdiri kaku. Ada banyak hal yang menjejali kepala dua lelaki itu. Gavin merasa sangat terkejut setelah mengetahui bahwa ternyata selama ini Helen sedang hamil. Sedangkan Albert juga ingin menanyakan banyak hal kepada Gavin tentang kehamilan Helen. Koridor rumah sakit itu terasa lebih sepi daripada biasanya, padahal masih ada banyak dokter dan para perawat yang lalu lalang. Gavin merasakan seolah tak ada nyawa lagi di rumah sakit ini. Terasa hampa dan sangat hambar. Semua menguap karena rasa terkejut dari dalam hati kecilnya. "Maksud, Dokter? Maaf, saya tidak mengerti sama sekali," ucap Gavin ag

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Ke Rumah Sakit

    "Apa yang terjadi pada Helen?" suara panik Gavin memecah keheningan lokasi syuting. Dia dengan cepat melangkah ke arah tubuh Helen yang tergeletak di tanah. Orang-orang di sekitarnya hanya bisa menatap tanpa melakukan apa pun, bahkan malah banyak orang yang merekamnya.Tanpa ragu, Gavin dengan cepat mengangkat tubuh Helen yang tidak sadarkan diri, mengangkatnya dengan hati-hati. Albert tentu saja juga khawatir, dia mengikuti Gavin yang membawa Helen ke mobil yang terparkir tidak jauh dari lokasi syuting. Gavin segera berlari ke sisi pengemudi dan menyalakan mesin mobil. Dengan cepat dan hati-hati, dia memacu mobil menuju rumah sakit terdekat. Gavin tidak tahu kalau Albert mengikutinya dari belakang.Sambil berkendara, Gavin terus mencoba membangunkan Helen. "Helen, bangunlah," bisiknya dengan suara lembut, namun tidak membuahkan hasil sama sekali. Di belakang mereka, Albert menjaga jarak, menngikuti setiap pergerakan mobil Gavin. Hatinya berdebar, terus berharap agar Helen baik-baik s

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Apa yang Terjadi?

    "Aku akan membicarakannya dengan Albert," ucap Helen sebelum berangkat ke lokasi syuting. Dia tersenyum ke arah Gavin, membiarkan lelaki itu yang mengantarnya hari ini. Albert sebenarnya sudah mengirim pesan pada Helen agar mereka berangkat bersama pagi ini seperti biasa. Namun karena kejadian tadi malam, Helen tentu saja menolak tawaran dari Albert.Helen keluar dari mobil setelah mereka sampai. Dia melambaikan tangan ke arah Gavin sebelum kemudian lelaki itu pergi ke tempat kerjanya sendiri.Dia langsung menemui Albert di lokasi syuting itu. Melihat Albert duduk sendirian di salah satu kursi, tepat di samping para pemain lainnya. Dengan gugup Helen menghampiri lelaki itu. Berbisik sejenak pada Albert agar bisa sedikit menjauh dari para aktor lainnya dan mereka bisa berbicara berdua. Albert yang walaupun merasa heran, tetap mengusahakan untuk menuruti apa yang dikatakan Helen. Mereka duduk berdua, jauh dari orang-orang.Helen mengambil napas dalam-dalam, menatap ke arah Albert, mera

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Aku Mencintaimu

    Helen hanya bisa menahan nafas ketika Gavin menggagahinya. Gavin tidak mungkin mabuk. Helen cukup tau bahwa seorang pria tidak akan bisa ereksi ketika sedang mabuk. Jangankan ereksi, untuk bangun dari tempat tidur saja rasanya sulit. Helen sudah tidak mengenakan pakaian apa pun. Gavin melemparnya ke tempat tidur begitu saja. Entah harus disebut apa, namun Helen sama sekali tidak merasa kalau Gavin memperkosanya, meskipun memang caranya cukup kasar, namun Helen cukup menikmatinya. Bahkan dia juga mendesah. "Gavin, aku lelah. Tolong, cepatlah keluar." Helen mengeluh karena merasa kalau sebentar lagi dia akan pingsan jika seandainya Gavin tetap melanjutkan permainan ini. Dia merasakan gairah dan juga kemarahanGavin dalam permainan ini. Helen tahu kalau Gavin sudah marah padanya, dia belum menyadari penyebab dari kemarahan lelaki itu. Helen tetap saja bergerak cepat di atasnya. Sedikit perih namun juga geli di bagian kemaluannya. Setelah beberapa menit akhirnya Gavin mengerang, tidak

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Kenapa?

    Helen sudah pasti salah sangka, namun dia tidak menyadarinya sama sekali. Selama proses syuting hari ini, Gavin sama sekali tidak menelepon walau hanya satu kali. Padahal biasanya Gavin selalu menyempatkan diri menelepon Helen minimal sekali untuk memastikan keadaannya.Dan karena hal ini juga Helen merasa gelisah karena takut terjadi sesuatu yang salah. Dia tidak mau kalau hubungannya dengan Gavin jadi renggang karena sesuatu yang dia sendiri tidak sadari."Ayolah, Gavin. Kenapa kau tidak mengangkat teleponnya?" Helen menempelkan smartphone itu ke telinganya. Dia merasa gelisah karena Gavin sejak tadi tidak mengangkat telepon darinya.Suara berisik di sekitar lokasi syuting semakin membuatnya merasa frustasi. Helen menutup kedua telinga. Panggilan itu masih berdering dan tidak digubris sama sekali oleh Gavin."Kau terlihat kesal sekali. Apa ada sesuatu yang terjadi hari ini? Atau mungkin kau sedang menstruasi?"Helen tersentak ketika seseorang mendadak duduk di sampingnya dan mengelap

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Albert

    "Siapa lelaki itu?" Helen mengangkat alis ketika Gavin bertanya dengan nada dingin. Dia memang baru saja pulang dari lokasi syuting. Kali ini dia pulang bukan dijemput oleh Gavin atau juga menaiki kendaraan umum, dia diantar oleh salah satu lawan mainnya. Helen menoleh ke belakang ketika orang yang mengantarnya tadi sudah berbalik dan siap untuk meninggalkan beranda apartemen mereka. Helen hanya tersenyum sambil mengangkat bahu ke arah Gavin. "Dia hanya temanku. Dia salah satu lawan mainku. Namanya Albert," jawab Helen dengan tenang sambil melemparkan ranselnya begitu saja ke atas sofa ruang tamu. Dia juga melepas ikat rambutnya, bersiap untuk mandi. Walau cuaca kali ini memang masih dingin, namun dia merasa kalau tubuhnya sangat lengket. Dia harus mandi dengan air hangat sekarang. "Oh, ternyata begitu." Gavin termenung. Dia melipat tangan di depan dada. Masih memandangi beranda apartemen mereka yang sudah sepi. Dia tidak sempat untuk mengajak lelaki itu untuk mengobrol tadi. Lelak

  • Obsesi Gelap sang Pewaris   Dia Pergi

    "Kuharap aku tidak mengganggumu. Kau sedang sibuk?"Helen tersenyum ketika menerima telepon dari Gavin. Dia sedang menghafal dialog sekarang. Gavin juga ada di tempat kerjanya. Mereka tetap berkabar. Gavin juga hanya ingin memastikan tidak ada sesuatu yang buruk pada Helen. Helen duduk di salah satu rumah pohon. Dia selalu suka dengan lantai rumah pohon itu. Terasa sangat hangat. Suhu di lokasi syuting mereka juga terasa sangat pas. Di luar sana, salju sudah tidak turun. Bukit salju di pinggir-pinggir jalan itu juga mulai mencair. Jalanan tidak lagi menjadi penghalang bagi mereka karena sudah tidak terlalu licin."Yah, lumayan." Helen menggigit bibirnya. Dialog itu cukup panjang. Dia juga masih punya waktu karena masih ada banyak adegan lain yang sedang diambil. Aktor lainnya juga ada di sana. Belum tiba gilirannya."Oh, apa aku cukup mengganggu? Kalau begitu, aku akan telepon nanti saja.""Eh, tidak. Kau tidak mengganggu sama sekali." Helen buru-buru menjawab agar Gavin tidak menutu

DMCA.com Protection Status