Burung berkicau dengan merdunya. Namun saat hingga di ranting pohon yang dekat dengan balkon, beberapa kali terdengar bersiul menggoda ketika melihat pasangan muda-mudi terlelap dengan posisi saling mendekap.
Devanda yang tertidur di lengan Andriyan dan memunggunginya itu tampak nyaman memeluk lengan Andriyan, sedangkan tangan Andriyan yang satunya memeluk perut Devanda dari belakang. Entah saat ini mereka sadar atau tidak.
Terik matahari membuat tidur Devanda terganggu karena wajahnya langsung menghadap cahaya. Ia pun mengerjap beberapa kali sampai akhirnya sadar ada yang sedang memeluknya erat seperti bantal.
Saat matanya terbuka sempurna, Devanda berusaha mengingat apa yang semalam terjadi. Seingatnya, dia sedang duduk di balkon sambil membaca buku dengan tenang. Betapa frustasi dirinya sekarang ketika mendapati berada di bawah rengkuhan Andriyan lagi. Merasakan dada bidang Andriyan mengenai punggungnya, Devanda jadi melirik ke bawah. Ternyata benar, dia tida
“Saya tau saya tidak berkata begini, tapi semua pegawai di sini mengkhawatirkan Anda, Nyonya,” ucap Senorita.Devanda yang sedang akan memasukkan jajan ke mulutnya jadi terhenti. Ada apa lagi sebenarnya? Apa yang salah? Devanda bingung. Dia pun mematikan tabloidnya yang sedang memutar Drama Korea.“Apa tidak masalah Anda hanya berdiam diri di rumah sepanjang hari?”Bukan bertanya, Devanda merasa kalimat itu terlalu sarkastik baginya yang seharian berguling di atas kasur. Memang tidak ada kegiatan. Mulai dari saat dirinya sampai di Bali, sampai Andriyan kembali bekerja, kegiatan Devanda hanya bangun, tidur, makan, dan bercinta dengan Andriyan. Tapi, itu bukan masalah bagi Andriyan yang sudah kaya raya dan memiliki sifat cemburuan. Dia malah sangat mendukung kegiatan istrinya yang bermalas-malasan di rumah.“Hah?”“Anda kan sedang tidak hamil, tapi Anda hanya makan dan tidur sepanjang hari. Saya tidak suka me
Bahkan di kehidupan ketiga ini, Daffa masih bersikap seperti anjing setia yang menunggu namanya dipanggil.“Mumpung masih di Bali, cobalah berkeliling. Siapa tau kamu tergoda dengan turis asing yang berkunjung kemari,” ucap Devanda.Sontak Daffa menggeleng dengan tegas. “Tidak akan pernah, Kakak! Jangan memaksa!”Devanda jadi tertawa. Kalau bicara begitu, ia terlihat seperti bocah yang alergi dengan perempuan.“Wah, sepertinya kita kedatangan tamu.”Tawa Devanda langsung mereda dengan alami ketika melihat Andriyan bersandar di ambang pintu dengan tatapan yang sangat tidak mengenakkan. Melihat Devanda tertawa renyah dengan pria lain adalah hal yang Andriyan benci. Sekarang siapa lagi bocah ini?“Aku tidak menyangka kamu akan pulang cepat,” ucap Devanda yang sudah menjadi rutinitasnya untuk menyambut kepulangan Andriyan.Andriyan berjalan lebih dulu ke kamar yang kemudian disusul Devanda. Daffa yang merasa canggung hanya diam di ruang tengah dan menunggu. Sembari memperhatikan Andriyan
“Aku ragu kamu akan mengingatnya, bahkan kalau kalian kebetulan bertemu di jalan. Mungkin karena kamu tidak melihatnya cukup menonjol untuk bisa menarik perhatianmu. Dan yang ada di dalam perhatianmu pasti hanya Delvino,” ucap Devanda. “Meski mereka berbeda karena Daffa lebih terampil, cerdas, dan tanggap daripada Delvino, tapi dia juga adikku.”Andriyan sama sekali tidak mendengarkan kalimat Devanda yang menekankan bahwa pria itu adalah adiknya, tapi lebih kepada pujian yang sudah Devanda katakan.“Baiklah, aku paham, dia sangat luar biasa.”“Benar. Aku bilang begini pun karena kamu membahasnya.”Kecemburuan sepertinya sudah menyelimuti kepala Andriyan. Dia hanya mampu menggenggam erat sendok dan garpu ini, berniat melemparkannya sejak tadi.“Setelah makan malam, bolehkah aku bicara dengan Daffa?” tanya Devanda yang meminta izin kepada Andriyan.“Kenapa kamu minta ijin padaku
Tangan Andriyan menurunkan pakaian Devanda sampai putingnya terlihat. Dari belakang pria itu tidak berhenti menciumi leher dan telinga bagian belakang Devanda. Kedua tangannya jelas bergerak memilin putting Devanda. Merasa enak dengan hal itu Devanda terus mendesah sekali dan dua kali, hingga tak terhitung jumlahnya.Sampai akhirnya Devanda menegakkan tubuhnya. Membiarkan kursi yang dia duduki tadi jatuh menggelinding. Andriyan terus meremas payudara Devanda sambil melihat wajah Devanda yang keenakan dari dalam cermin.“Iyan, aku lebih suka di tempat tidur,” ucap Devanda yang wajahnya sudah memanas.Sama halnya Andriyan, tapi dia lebih sibuk memuaskan Devanda. “Aku suka di sini,” ucapnya.“Iyan.”“Tidak,” jawab Andriyan langsung. “Aku suka di sini, Vanda.”“Iyan … ahh … se—sepertinya sudah waktunya untuk melakukannya lagi … ahh … tapi--”“Iya, aku tau kalau kamu tidak suka di depan cermin.” Hanya itu yang dikatakan Andriyan karena dia masih fokus meraba seluruh tubuh Devanda.“Aku tid
“Kamu pasti lapar. Makanlah dulu,” ucap Devanda pada gadis itu.Memang ya sulit untuk tidak memiliki perasaan yang baik terhadap seseorang yang begitu murah hati. Uang itu dapat menggerakkan hati di dunia ini. Cara yang paling pasti adalah dengan menambah gaji mereka, tapi itu tidak akan bisa mendapatkan simpati mereka.Malah tindakanku bisa disalahartikan sebagai penghinaan kepada mereka.Devanda berjalan ke depan rumah, Senorita ada di sana untuk mengawasi kerja tukang kebun. “Rita, apa supir sudah kembali? Sepertinya saat ini tukang kebun sedang sibuk memotong ranting. Bagaimana dengan para pelayan? Apa mereka sudah makan siang?”Senorita agak bingung mendengarnya. “Ya, itu semua benar, Nyonya. Tapi, ada perlu apa Nyonya mencari mereka semua?”“Seperti yang kamu bilang, aku terlalu bermalas-malasan selama ini. Mungkin karena tba-tiba aku hidup di tempat yang jauh dari rumah, aku hanya m
Mayja keluar dari minimarket dengan beberapa barang. Mulai dari obat dan camilan. Dia melihat perempuan itu sedang menghisap pod, yang mirip dengan vape tapi versi lebih kecil. Sebenarnya siapa perempuan ini dan mengapa Rasel sampai menyakitinya? Sepertinya keduanya itu dekat.Dari belakang Mayja melihat perempuan itu sedang menelepon seseorang yang memasang foto mereka berdua sebagai profil. Namanya saja ‘Sayangku’, tapi tidak ada respon dari pria itu. “Sial,” gumamnya.Mayja pun mendekat dan duduk di sebelahnya. Saat kehadiran Mayja, dia meletakkan ponselnya di atas meja dalam keadaan mati. “Maaf sudah merepotkan Kakak,” ucapnya.Mayja tersenyum sambil mengangguk. “Tapi apa aku boleh tau kamu siapanya Rasel?”Dia tidak ingin menjawab. Hanya tersenyum sambil menerima salep yang Mayja berikan sebagai obat. Hal itu jadi membuat Mayja semakin penasaran, tapi dia tidak memiliki kuasa apa pun jika memang perempu
Bibi Andriyan atau ibu dari Jonathan, merupakan ketua partai politik paling berpengaruh di negara ini. Ia adalah inkarnasi dari sebuah ambisi yang sesungguhnya. Bak memiliki kendali terhadap dunia, dia menggerakkan manusia seperti boneka. Mengatur dan memimpin jalannya pemerintahan di balik sosok presiden yang turun lapangan.Itu sudah menjadi rahasia umum bagi semua orang.Aji, ayah Andriyan, memiliki beberapa tujuan besar yang dia upayakan sepanjang hidupnya itu hampir tidak bisa bersaing dengan saudara perempuannya. Bergelar keturunan dari keluarga sang pahlawan negara membuat nama mereka ikut besar. Namun, Elin sepertinya takut dengan Devanda yang terlahir dari garis keturunan yang sama mulianya itu mungkin saja tiba-tiba mengungguli dia di dunia, sama seperti dia pada orang lain. Salah satu alasannya juga karena ia sangat mempercayai seorang peramal yang selalu berhasil membantunya menyusun strategi. Kali ini peramal itu sempat membuatnya sakit berhari-hari karena
“Sebenarnya alasanku ke mari … bukan hanya berlibur atau mengunjungi Kakak,” ucap Daffa.Devanda sedikit terkejut mendengarnya. Daffa memang bukan tipe orang yang mendatangi suatu tempat tanpa tujuan, apalagi kalau itu tentang liburan. Hidup kekurangan dari kecil membuatnya enggan menghamburkan uang untuk hal yang tidak jelas. Jadi, Devanda yakin kedatangan Daffa hanya untuk menemuinya karena bocah itu memiliki perasaan padanya.“Apa terjadi masalah?” tanya Devanda langsung. Tangannya yang dari tadi berada di belakang, langsung berpindah ke depan.Daffa melirik ke arah jendela besar di lantai dua. Ada tubuh Andriyan yang berbalik pergi, sepertinya baru saja mengawasi atau mengintip interaksinya dengan Devanda. “Ini berkaitan dengan kemampuanku, Kak.”Daffa menghela napas berat. Sejujurnya dia enggan mengatakan hal ini sebab Devanda sudah berpesan untuk menerima bakat yang dimilikinya sejak lahir karena Tuhan tida
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a