Isabella sadar beberapa mata menatapnya dirinya terang-terangan. Bahkan ada beberapa juga yang menghampiri dan menggodanya kemudian berakhir ditolak olehnya. Ia tidak tahu mengapa memilih untuk mendatangi club. Setelah mendapat pesan dari temannya yang mengatakan bahwa cutinya dipercepat, yang seharusnya ia 1 minggu di Italia menjadi 5 hari saja. Membuatnya kesal."Sendirian saja?" Isabella tersentak, melihat kedatangan pria tampan yang duduk disampingnya. Tatapan Isabella terpaku pada badan pria terserbut, terlihat otot-otot yang menonjol di dalam kemeja hitamnya. Isabella menggeleng, mengapa ia jadi salah fokus?! Namun tiba-tiba, pria itu menjulurkan tanganya. "Javier," ucapnya. Isabella menyerengit, lihatlah tangan kekarnya yang juga terdapat urat-urat yang menonjol. Sungguh, pria ini sungguh hot. Tetapi, Isabella tidak menerima jabatan tangan pria itu. Ia memilih memalingkan wajahnya yang tiba-tiba panas."Namaku Javier. Kalau boleh aku tahu, namamu siapa, Nona?" "Carol,"
Empat tahun berlalu. “Melamun saja.” Isabella tersentak kaget melihat kedatangan sahabatnya, Xander. “Kau tidak bekerja?” tanya Isabella saat melihat pakaian santai yang dipakai Xander. Xander duduk di sofa ruang kerja Isabella. “Aku ingin refreshing dulu. Tetapi pikiranku tidak bisa tenang, sebab aku ragu memberi semua tugas pada sekertarisku.” “Kenapa kau ragu? Bukannya sekertarismu itu cerdas menangani para investor perusahaanmu?” “Sudah ku pecat, Bella,” ujar Xander dengan santainya. Isabella memandang Xander bingung. “Kau ini sebenarnya ingin sekertaris seperti apa? Aku tidak tahu, sudah terhitung berapa banyak sekertarismu dalam setahun ini yang kau pecat.” “Seperti dirimu.” Xander menatap Isabella. Isabella berdecak. “Kau ingin stetoskopku melayang ke kepalamu itu hah?!” Xander menyengir. “Bercanda.” “Aku yakin sekali kau memecat sekertarismu itu dengan alasan yang sama dengan sekertaris sebelumnya.” Isabella berkata tanpa menatap Xander, ia fokus membaca hasil pemer
Pagi ini Isabella mendapat sebuah surat dan sebuket bunga Lily di ruang kerjanya. Ia sudah tau pasti siapa yang mengirimnya. Isabella membaca surat tersebut.Beautiful morning, Dr Aderson. Aku hanya memberitahu bahwa sepertinya aku tidak bisa ada saat hari ulang tahun si kembar, sebab aku di Italy dengan waktu yang cukup lama. Seminggu lagi mereka sudah bertambah umur dan sudah dipastikan bawahanku akan mengirim maninan atau sekalian saja toko mainan aku bawa ke manison mu, dokter? hahaha.Regards, Xander C. Isabella tertawa, ada-ada saja pria itu. Xander merupakan satu-satunya pria yang sangatlah dekat dengan kedua anaknya. Bahkan Iriana memanggil Xander dengan sebutan 'Daddy Xander'Xander pun tidak masalah Iriana menganggap dirinya sebagai daddy-nya. Untuk Jayden, anak itu entalah dia tidak suka dengan kehadiran Xander. Jayden selalu mengatakan: Aku tidak suka Mr Xander, karena dia selalu tertawa lebar dan mulutnya pun ikut melebar. Itu terlihat mengerikan dan juga tidak sopan me
Engelberg, Switzerland.Satu kata untuk kota Engelberg, damai dan indah. Isabella memilih villa di desa ini sebab pemandanganya yang luar biasa, bagaikan lukisan nyata. Bahkan dari villanya bisa melihat pemandangan Mount Titlis, gunung salju yang abadi. "Ana sangat sangat sangat sangat sangat menyukai tempat ini..." seru Iriana dengan semangat. "Mami mengapa memilih tempat yang jauh dengan tempat acaranya dilaksanakan?" tanya Isabella.Acara World Economic Forum dilaksanakan di kota Davos, sedangkan mereka di Engelberg. Jika menaiki mobil bisa menempuh waktu sekitar 3 jam lamanya. "Aku ingin menikmati pemandangan di sini," balas Diana. "Aku juga menyukainya Grandma! Ini seperti di dongeng! Wah aku tidak menyangka memasuki negeri dongeng!!!" Iriana melompat riang melihat pemandangan disekitarnya. "Apakah itu gunung yang dikatakan salju abadi?" Jayden menunjuk gunung Titlis. "Benar, dari mana kau tau Jay?" tanya Isabella. "Aku membaca mengenai seluruh isi Switzerland saat di pes
Jantung Isabella seakan berhenti berdetak melihat Jayden berlari menghampirinya. Ia menyempatkan melirik Javier yang terpaku akan kehadiran Jayden. "Mommy!!! Mommy kemana saja? Ana terus menangis dan itu berisik sekali!" gerutu Jayden. Isabella masih terpaku, badan ia seolah mati rasa. Sementara Javier menurunkan badannya agar sejajar dengan Jayden. "Kau pendek sekali." Jayden yang tidak terima, langsung menatap Javier tajam. "Aku masih berumur empat tahun asal kau tau, Tuan." Isabella yang baru menyadari Jayden berbicara pada Javier, langsung ia tarik tangan anaknya. "Ayo Jay." Isabella menarik tangan mungil Jayden, namun Jayden masih terdiam menatap Javier. "Mengapa kau memanggil dia Mommy?" Javier bertanya pada Jayden lalu menujuk Isabella. "Jay ayo...Ana pasti sudah menunggu." Isabella gelisah, mencoba membujuk Jayden untuk menjauhi Javier."Wait a minute, Mommy. Aku ingin berbicara dengan tuan ini sebentar." Jayden berkata. Isabella tidak tahu harus berbuat apa saat ini.
Isabella hanya bisa pasrah saat Javier memaksanya untuk pulang bersamanya. Kini Isabella dan kedua anaknya berada di pesawat private milik Javier. Sedangkan Diana pulang dengan pesawat keluarganya.Isabella tidak berani menatap Javier setelah kejadian Iriana mengatakan daddy-nya adalah Xander. Javier juga tidak mentakan apapun setelah itu. Pria itu bersikap dingin sekarang dan Iriana tidak berani berbicara dengannya juga. "Kenapa kau mengatakan Mr. Xander adalah daddy kita?" bisik Jayden pada Iriana yang duduk disampingnya. "Huh? Hei, Daddy kita selama ini hanya Daddy Xander. Lagipula Ana tidak suka pria itu, dia mempunyai mata yang menyeramkan! Ana lebih menyukai Daddy Xander karena saat tertawa lucu sekali!" bisik Iriana. "Kau menyukai Mr. Xander yang selalu menyebarkan bau mulutnya? Kau tidak salah, Ana? Saat dia tertawa pun tidak lucu justru mengerikan. Mana ada orang tertawa mulutnya melebar dan membentuk lobang seperti goa?" Jayden merinding."Ish! Mengapa kau tidak suka seka
Isabella tersentak melihat Xander ada di rumahnya. Bukankah pria itu sedang ada di Italia dan mengapa Xander menatap Javier seolah mengenal pria tersebut. “Jav? Kau mengenal Bella?” Xander menatap Javier dan Isabella bergantian. Isabella langsung berkata. “Xander? Bukankah kau sedang di Italia?” “Aku mempercepat kepulanganku, sebab aku rasa lebih baik menghadiri acara ulang tahun si kembar,”balas Xander sambil melirik Javier. “Daddy Xander!” Iriana sudah terbangun, ia meminta Isabella untuk menurunkannya. Kemudian berlari menuju Xander. Xander menangkap Iriana yang meloncat padanya kemudian menggendongnya. “I miss you, Daddy Xander!” Iriana mengecup bergantian pipi Xander.Xander terkekeh, melihat kegemasan Iriana. “Me too.” Isabella masih dalam diamnya. Ia tidak menyangka akan secepat ini. Niatnya memperkenalkan Javier di waktu yang tepat. Sedangkan Jayden sudah menatap tidak suka Xander. Ia menoleh pada Javier. “Daddy angkat aku juga. Aku ingin Daddy menggendongku.” bisik Ja
Xander menarik kerah kemeja Javier, ia berdesis. "Aku tidak salah dengar kan?"Tanpa basa-basi Xander menerjang Javier. Pukulan terus diterima Javier, ia memang pantas mendapatkannya. Setelah itu Javier mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah, ia merasa sepertinya robek. Xander terus memukul perut Javier, hingga terbatuk dan mengeluarkan darah."Bajingan! Aku tidak menyangka pria yang membuat hidup Bella hancur ada di dekatku selama ini!" Xander berteriak Teriakan Xander terdegar hingga kuping Isabella. Wanita itu bergegas melakang menuju taman belakang. Isabella memekik kencang melihat Xander memukuli Javier yang sudah babak belur. "Stop!!!" Isabella melangkah mendekat untuk memisahkan keduanya. Namun, Xander gelap mata, ia tidak menghiraukan adanya Isabella yang berusaha melerainya. "Aku tidak sudi mempunyai kakak seperti dirimu!" "Xander, stop!!! Aku mohon...stop!!!" Mata Isabella sudah berkaca-kaca tidak tega melihat Javier yang sudah lemas, seperti sedikit lagi pria itu
"Mana mereka? Mengapa tidak membawa sendiri tas mereka? " tanya Isabella pada Grace yang memasuki ruang tengah dengan membawa tas sekolah miliki kedua anaknya. "Mereka langsung pergi ke halaman belakang untuk memindahkan pembibitan tugas sekolah Iriana karena hujan." "Alasan, untuk bisa bermain hujan." Kata Isabella yang ditanggapi senyum oleh Grace pengasuh ketiga anaknya.Isabella menyadari sesuatu, "Apakah Isya tahu?" putri si bungsu yang sudah berusia 3 tahun tentu saja pulang lebih awal dari kedua kakaknya tadi berlari dari dapur untuk menyambut kepulangan kedua kakaknya. "Tadi masih berdiri diteras." Jawab Grace yang juga memiliki pemikiran yang sama. Dia segera memberikan tas sekolah ditangannya pada pelayan yang ada disana dan meminta tolong untuk dibawa keruang belajar sebelum menyusul nyonyanya kedepan. Kelihatannya sesuai dugaannya, si kembar sudah menuruni tangga depan bahkan ketika melihat Isabella datang bukannya berbalik kembali untuk naik, mereka berdua memperc
Kedua anak kecil berlari menyabut kedatangan lsabella, bergantian memeluknya seperti Isabella yang sudah meninggalkan mereka beberapa hari, padahal Isabella hanya pergi beberapa jam lebih tepatnya dia pergi menemani suaminya menghadiri perjamuan makan siang sehingga saat ketiga putranya pulang sekolah dia tidak ada dirumah. "Merindukan mommy?" tanya Isabella. "Tidak boleh, hanya daddy yang boleh merindukan mommy." Kata Jayden. Isabella tertawa, Javier selalu bertingkah sama dengan anak-anaknya jika berhubungan dengan dirinya. "Mom, minggu depan ada acara outbond disekolah, apakah aku boleh ikut?" tanya Iriana. "Mom, ada tugas sekolah yang tidak kumengerti." Kata Jayden. Isabella tersenyum, duduk diantara kedua anaknya, "Kalian bertiga menyambut mommy ternyata ada kepentingan, tapi mana adik kalian?" Isabella baru menyadari kedua putri bungsunya tidak ada, padahal ini adalah jam bermain mereka yang artinya walau si bungsu baru berusia 5 bulan, kedua kakaknya selalu mengajak adi
Javier menatap Isabella yang masih terlelap di depannya. Sudah hampir 7 jam paska operasi caesarnya selesai. Dengkuran halus Isabella terdengar. Matanya juga masih terpejam. Istrinya yang kuat. Isabella baru saja melahirkan anak ketiga merrka.Isabella dan Javier bersyukur sudah dikarunai tiga anak. Mereka mempunyai kembali anak perempuan yang cantik. Permasalahan besar hari itu selesai dan kehidupan Isabella dan Javier berjalan sangat baik. Kehamilan Isabella juga tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikhawatirkan karena dokter mengatakan fisik Isabella tidak sekuat dulu saat melahirkan kedua anak kembarnya. Mungkin juga karena efek dari kelahiran pertamanya. Kehamilan anak tiga juga terasa sangat berat bagi Isabella. Di bulan kelima, pernah Javier mendapati Isabella yang menangis tiba-tiba di depan pintu rumah mereka. Ia memegang perutnya sambil sesunggukan. Ternyata karena rasa tidak nyaman dan sesak di dadanya. Penderitaan Isabella jauh lebih menyakitkan ketimbang kehamilan
Orang-orang bilang, cinta itu akan hadir karena terbiasa. Dan mungkin Javier pun sudah merasakan cinta tersebut untuk Isabella. Dia tak tahu kapan perasaan itu datang, dan Javier baru sadar akan perasaannya saat melihat Isabella berjuang mati-matian di dalam ruang persalinan saat akan melahirkan anak mereka. Javier gugup, panik, dan takut secara bersamaan. Melihat Isabella yang sudah sangat lemas padahal anak mereka belum lahir. Javier sangat takut Isabella akan kenapa-kenapa. Karena itu dia setia mendampingi Isabella, menggenggam tangannya dengan erat dan mengucapkan kata-kata penyemangat. Setelah perjuangan yang hebat dan melelahkan, akhirnya lahirlah bayi mereka yang berjenis kelamin perempuan. Javier tersenyum penuh haru saat perawat menaruh bayinya di atas tubuh Isabella. "Cantik. Seperti kau," bisik Javier. Isabella tersenyum lemah mendengar itu. Dia menatap bayinya, kemudian air mata menetes dari sudut matanya. Isabella merasa tak percaya dia akan di fase ini dalam waktu
FLASHBACK. ————————“Javier! Jayden!" jeritan Isabella terdengar ketika ia melihat ruang pakaiannya yang berantakan. Tentu saja ini ulah Jayden dan suaminya, Javier, yang selalu menemani putra mereka saat beraksi. Kali ini bukan baju, tas, atau sepatu Isabella yang menjadi korbannya. Tapi alat rias lsabella dan juga perhiasannya. Tak jauh dari tempat kejadian perkara, Isabella bisa mendengar tawa geli yang tertahan. Ia berjalan menuju salah satu ujung lemarinya. Ada kaki mungil yang terlihat mencoba bersembunyi di balik lemari. “Mommy bisa melihat kalian berdua," ujar Isabella. Ia menoleh mendapati Jayden dengan celana pendek dan kaus serta wajah cemong terkena berbagai jenis alat rias Isabella. Beberapa kalung berlian milik Isabella tergantung di tubuh mungil Jayden. Di sampingnya ada Javier yang menutup mulut Jayden agar anak itu tidak menimbulkan tawa berisik. Wajah Javier juga sama kacaunya dengan Jayden dan sebuah ikat rambut kecil di depan kepala Javier yang menyembul s
Senyum Javier merekah ketika ia sibuk melihat ulang hasil foto-foto liburan mereka di ponsel dan kameranya. Kiri dan kanannya ada Jayden serta Iriana yang ikut berfokus pada gambar di kamera sang ayah. Sesekali mereka heboh ketika melihat salah satu yang mengeluarkan ekspresi konyol dalam foto. "Daddy, nanti kita akan liburan lagi? Dengan Mr. Xander bolekah?" tanya Jayden pada sang ayah. Mereka sudah sampai kembali ke Italia dan Javier masih berada di kediaman orang tuanya karena anak-anak memintanya bermain di sana sebentar saja. "Why not? Nanti Daddy tanya dia dahulu." Javier mencubit gemas pipi anak tersebut. Tampaknya memang tidak terelakkan lagi. Kedua anaknya sangat senang bermain dengan Xander. "Aku menyukai Mr. Xander, dia menyenangkan. Karena selama ini Mr. Xander menyebalkan di mataku," ujar Jayden.Javier dengan cepat menoleh pada anak laki lakinya. Oh ayolah. Javier seorang pria. Dia jelas tau jika Jayden menganggap Xander bagaikan kakanya karena itu yang Jayden la
Hari terakhir liburan sekolah Jayden dan Iriana sudah di depan mata. Isabella terbangun dari tidurnya. Ia mengusap mata dan menyadari dirinya berada di kamar utama. Tempat yang seharusnya Javier gunakan. Tapi tidak ada Javier di kamar ini. Seingat Isabella ia tertidur di depan saat menonton bersama Javier. Mungkin Javier memindahkannya.Mereka tidak mungkin melakukan hal-hal aneh seperti malam sebelumnya. Isabella yakin sekali akan hal itu. Ia bangkit dan keluar dari kamar utama. Ruang tengah kosong. Tidak ada tampak kehidupan di sana. Pintu menuju luar pun kosong. Isabella terus berjalan menuju kamar lainnya. Tempat kedua putrinya tidur. Begitu Isabella membuka pembatas ruangan itu, ia mendapati pemandangan konyol di depannya. Javier yang masih terlelap di atas kasur Iriana. Lalu kedua anaknya sibuk mengikat rambut Javier dengan ikat rambut mereka yang Isabella letakkan di meja samping kasur. Seulas senyum Isabella mengembang. Javier tampak tidur sangat lelap sampai tak sadar hasi
Matahari sudah terbit dan menampakkan cahaya pagi yang indah. Sebagian cahaya matahari masuk ke dalam kamar lewat sela-sela gorden. Dan Isabella sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu. Saat bangun dan menyadari kondisi tubuh dia dan Javier yang telanjang, wajah Isabella langsung memerah karena malu. Kejadian semalam saat dia dan Javier melakukan hubungan intim terus terbayang dalam benak Isabella. Dan itu membuat dia semakin malu jadinya. Isabella tidak langsung turun dari ranjang dan memilih tetap berbaring di samping Javier. Tubuhnya menghadap ke arah Javier yang tidur dengan posisi terlentang. Mata Isabella memperhatikan struktur wajah Javier yang sempurna dari jarak yang sangat dekat. Dan baru sekarang Isabella menyadari kalau suaminya tersebut sangat tampan. Isabella lalu kembali mengingat perjalanan dia dan Javier selama dua bulan menjadi pasangan suami istri. Hubungan mereka baik, tak pernah bersitegang ataupun bertengkar.Javier jika dilihat sekilas terlihat seper
Pagi ini, Isabella bangun dengan keadaan yang sehat seperti biasa. Dia tidak merasakan pusing atau mual, bahkan tidak muntah-muntah juga. Dan sampai sekarang, belum ada hal yang aromanya sangat menusuk dan mengganggu Isabella. Semuanya terasa sangat normal. Maka pantas bulan kemarin dia tak sadar dirinya hamil. Haid masih keluar, juga tak ada tanda-tanda hamil yang dia rasakan. Perubahan pertama yang dia sadari adalah perutnya yang sekarang tak sekencang awal. Isabella sudah tahu kalau dengan fakta dirinya hamil, maka suatu saat nanti tubuhnya akan berubah bentuk. Masih untung kalau misal berat badannya naik secara normal dan tidak berlebihan. Dan jujur saja, Isabella belum siap untuk itu. Dia sudah search di internet tentang perubahan tubuh pada wanita hamil. Ada yang tubuhnya hanya sekedar berisi, ada yang benar-benar melebar. Ada juga yang wajahnya rusak karena jerawat atau flek hitam, ada juga yang kulitnya berubah jadi kusam dan tidak cerah lagi. Jujur, Isabella benar-bena