Share

Bab 3

Author: Cath
last update Last Updated: 2022-11-15 19:04:23

Pagi ini Isabella mendapat sebuah surat dan sebuket bunga Lily di ruang kerjanya. Ia sudah tau pasti siapa yang mengirimnya. Isabella membaca surat tersebut.

Beautiful morning, Dr Aderson. Aku hanya memberitahu bahwa sepertinya aku tidak bisa ada saat hari ulang tahun si kembar, sebab aku di Italy dengan waktu yang cukup lama. Seminggu lagi mereka sudah bertambah umur dan sudah dipastikan bawahanku akan mengirim maninan atau sekalian saja toko mainan aku bawa ke manison mu, dokter? hahaha.

Regards, Xander C.

Isabella tertawa, ada-ada saja pria itu. Xander merupakan satu-satunya pria yang sangatlah dekat dengan kedua anaknya. Bahkan Iriana memanggil Xander dengan sebutan 'Daddy Xander'

Xander pun tidak masalah Iriana menganggap dirinya sebagai daddy-nya.

Untuk Jayden, anak itu entalah dia tidak suka dengan kehadiran Xander. Jayden selalu mengatakan: Aku tidak suka Mr Xander, karena dia selalu tertawa lebar dan mulutnya pun ikut melebar. Itu terlihat mengerikan dan juga tidak sopan menyebar bau mulutnya ke semua orang.

Isabella yang saat itu mendengar ucapan tegas anaknya langsung terbahak.

Xander juga telah menyatakan perasaan sukanya pada Isabella, namun Isabella tidak bisa menerima. Hingga Xander mengerti bahwa Isabella kini hanya ingin hanya fokus pada kedua anaknya.

"Hallo," ucap Isabella setelah mengangkat handphonenya yang berdering.

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik. Ada apa Papa menelpon?"

Itu adalah Sam Aderson—papanya.

"Tolong temani Mami mu datang ke acara World Economic Forum."

World Economic Forum merupakan pertemuan tahunan di Davos, Swiss untuk membahas berbagai topik global dalam upayanya untuk meingkatkan pertahanan ekonomi dunia.

Tamunya sudah pasti bukan orang sembarangan, seperti kerajaan, penjabat, billionaire, CEO, dan lain-lain.

"Kau tau aku tidak suka menghadari acara seperti itu."

"Kau tega Mamimu datang seorang diri?"

"Kenapa tidak Papa saja?"

"Aku harus terbang ke Dubai ada urusan mendadak."

Mata Isabella menyipit. "Kenapa kau sering sekali ke Dubai? Kau punya simpanan?"

"Ck, yang benar saja."

"Wanita di sana luar biasa cantik, kau tidak pernah tertarik?"

"Aku hanya mencintai Mami mu."

"Aku tidak yakin, memang ada seorang yang mencintai sebegitu besarnya?"

"Tentu saja ada, lihatlah diriku yang setia selalu di samping Mamimu, walaupun masih banyak wanita menyukaiku."

Isabella berdecak papanya memang masih tampan walau sudah berumur tua.

"Jadi bagaimana? Kau akan menemani Mamimu kan?"

"Aku tidak bisa meninggalkan Jay dan Ana, mereka akan mencariku nanti."

"Kau bisa membawa dua kurcaci itu."

Isabella berdecak kembali, papanya memang suka memanggil anaknya dengan sebutan seperti itu.

"Acara tersebut di Swiss, pasti Ana sangat menyukainya. Sebab dia menyukai negara itu bukan?"

Memang Iriana menyukai negara yang terkenal bagaikan dongeng dunia nyata. Pemandangan di sana memang sungguh indah.

Isabella juga berpikir, Ana pasti menyukainya. Sedangkan Jay, anak itu mengikut saja.

"Baiklah aku akan pergi."

***

"Mommy! Lihat awan itu sangat indah. Apakah aku boleh memegangnya?" tanya Ana riang.

Kini Isabella, Jayden, Iriana, dan Diana—maminya sedang dalam pesawat private milik keluarganya.

Jayden yang melihat Ana berdiri atas bangku sembari melihat jendela. "Ana, pakai seatbelt-mu."

"Ana, duduk yang benar sayang, berbahaya jika seperti itu," perintah Isabella.

"Tapi..."

"Turuti Mommy Ana, kita dalam pesawat ingat itu. Jangan membuat kekacawan," ucap Jayden dengan tegas.

Iriana langsung duduk dengan benar dan menggunakan seatbeltnya. Ia memajukan bibirnya.

"Padahal aku ingin memegang awan cantik di luar sana..."

"Kau pikir kita berada di darat yang bisa langsung keluar dari mobil? Ini pesawat Ana, kita di udara. Jika kau keluar, tubuhmu akan jatuh kebawah," jelas Jayden.

"Tapi awan itu cantik."

Jayden menghela nafasnya. "Terserah, jika mau tubuhmu jatuh dan hancur berkeping-keping."

Iriana melotot, "Berkeping-keping? Kau menakutiku Jay!"

Jayden tidak menjawab, ia sudah fokus pada ipad di pangkuannya, menoton film Action kesukaannya.

Diana yang mengamati kedua cucunya tersenyum, apalagi ia kagum akan perkembangan Jayden. Jayden memang anak genius.

"Awan tidak bisa dipengang Ana, awan itu seperti kabut, jadi tidak bisa dipengang." Isabella memberitahu.

"Jay sangat dewasa di usianya masih empat tahun, kau menyadarinya kan Ana?" tanya Diana setelah Jay dan Iriana dibawa oleh babysitter masing-masing karena sudah waktunya tidur.

"Aku tahu. Jay begitu genius, gurunya pun terkagum kemampuan Jay. Tahun ini ia meminta belajar bahasa Russia dan baru beberapa bulan ia sudah bisa menguasainya."

"Kau pernah berpikir tidak, Jay genius berasal dari daddy-nya itu?"

Isabella terdiam. daddy-nya? Ia juga sempat berpikir seperti itu. Jujur saja, Isabella memang pintar namun kepintaran Jay berbeda, otaknya lebih cepat mengerti akan sesuatu.

"Kau tidak mau mempertemukan anakmu dengan daddy-nya, Bella?" tanya Diana.

Isabella bingung harus menjawab apa.

"Mereka juga butuh sosok daddy disampingnya." Diana memberitahu.

Tiba-tiba suara anak kecil menginstrupsi mereka.

"Mommy!" panggil Jayden yang berjalan menghampiri Isabella sambil mengucek matanya.

Isabella langsung mengangkat Jayden dan menaruhnya dipangkuan. "Ada apa sayang?"

Jayden mengerjap, "Aku bermimpi..."

"Mimpi apa?"

"Aku sedang berada di sekolah dan ada seorang pria berpakaian jas menghampiriku dan mengatakan: 'Daddy merindukanmu'..." jelas Jayden.

Isabella terdiam, Diana pun tidak tau harus berkata apa.

"Apakah Daddy belum bisa pulang karena pekerjaanya itu? Ini sudah lama sekali Mommy, mengapa daddy belum pulang juga? Apa Daddy tidak sayang kita lagi? Tolong jawab Mommy...aku ingin sekali bertemu Daddy..."

Isabella masih terdiam kaku.

"Kenapa Mommy diam? atau memang selama ini aku dan Ana tidak mempunyai Daddy?" tanya Jayden kembali.

Diana langsung bersuara. "Jay, Daddy akan pulang jika pekerjaannya sudah selesai."

"Kalau begitu aku ingin berbicara pada Daddy melalui handphone Mommy," balas Jayden.

Isabella tidak menduga akan hal ini terjadi. Dulu Jayden dan Iriana tidak terlalu mencarikan di mana daddy mereka, sebab kehadiran adanya Xander.

Namun, semakin bertambah usia, Jayden semakin pintar bertanya. Ia juga tau bahwa Xander itu bukan daddy-nya, lain hal dengan Iriana yang langsung menganggap Xander daddy-nya.

"Mommy aku ingin bertemu Daddy..."

"Maafkan Mommy sayang, tidak sekarang ya. Daddy pasti sedang sibuk, tidak bisa diganggu," balas Isabella.

"Tapi aku ingin sekarang juga," tegas Jayden.

Isabella bingung, ia melirik Diana seakan meminta bantuan.

"Jay sayang, kemarilah kita akan menonton bareng film tempur kesukaanmu saja, ayo..." Diana ingin mengakat Jay, namun Jay memberontak tidak mau.

"Aku ingin berbicara pada Daddy!"

Isabella menghembuskan nafasnya, "Daddy tidak bisa dihubungi sekarang, tetapi sebagai gantinya daddy akan pulang dan merayakan ulang tahun Jau dan Ana bersama. Bagaimana?" tawar Isabella.

Wajah Jayden langsung berseri, ia memekik senang. "YEY! Mommy berjanji?" Jayden mengulurkan kelingking kecilnya.

Isabella membalas. Ia bernafas lega akhirnya Jayden berhenti bertanya mengenai daddy-nya.

Sekarang ia gelisah dan bingung, ulang tahun anaknya pekan depan, sedikit lagi. Tidak mungkin ia mengikari janjinga dengan Jayden. Sudahlah Isabella akan memikirkannya nanti.

Related chapters

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 4

    Engelberg, Switzerland.Satu kata untuk kota Engelberg, damai dan indah. Isabella memilih villa di desa ini sebab pemandanganya yang luar biasa, bagaikan lukisan nyata. Bahkan dari villanya bisa melihat pemandangan Mount Titlis, gunung salju yang abadi. "Ana sangat sangat sangat sangat sangat menyukai tempat ini..." seru Iriana dengan semangat. "Mami mengapa memilih tempat yang jauh dengan tempat acaranya dilaksanakan?" tanya Isabella.Acara World Economic Forum dilaksanakan di kota Davos, sedangkan mereka di Engelberg. Jika menaiki mobil bisa menempuh waktu sekitar 3 jam lamanya. "Aku ingin menikmati pemandangan di sini," balas Diana. "Aku juga menyukainya Grandma! Ini seperti di dongeng! Wah aku tidak menyangka memasuki negeri dongeng!!!" Iriana melompat riang melihat pemandangan disekitarnya. "Apakah itu gunung yang dikatakan salju abadi?" Jayden menunjuk gunung Titlis. "Benar, dari mana kau tau Jay?" tanya Isabella. "Aku membaca mengenai seluruh isi Switzerland saat di pes

    Last Updated : 2022-11-15
  • Obsesi CEO Arogan   Bab 5

    Jantung Isabella seakan berhenti berdetak melihat Jayden berlari menghampirinya. Ia menyempatkan melirik Javier yang terpaku akan kehadiran Jayden. "Mommy!!! Mommy kemana saja? Ana terus menangis dan itu berisik sekali!" gerutu Jayden. Isabella masih terpaku, badan ia seolah mati rasa. Sementara Javier menurunkan badannya agar sejajar dengan Jayden. "Kau pendek sekali." Jayden yang tidak terima, langsung menatap Javier tajam. "Aku masih berumur empat tahun asal kau tau, Tuan." Isabella yang baru menyadari Jayden berbicara pada Javier, langsung ia tarik tangan anaknya. "Ayo Jay." Isabella menarik tangan mungil Jayden, namun Jayden masih terdiam menatap Javier. "Mengapa kau memanggil dia Mommy?" Javier bertanya pada Jayden lalu menujuk Isabella. "Jay ayo...Ana pasti sudah menunggu." Isabella gelisah, mencoba membujuk Jayden untuk menjauhi Javier."Wait a minute, Mommy. Aku ingin berbicara dengan tuan ini sebentar." Jayden berkata. Isabella tidak tahu harus berbuat apa saat ini.

    Last Updated : 2022-11-15
  • Obsesi CEO Arogan   Bab 6

    Isabella hanya bisa pasrah saat Javier memaksanya untuk pulang bersamanya. Kini Isabella dan kedua anaknya berada di pesawat private milik Javier. Sedangkan Diana pulang dengan pesawat keluarganya.Isabella tidak berani menatap Javier setelah kejadian Iriana mengatakan daddy-nya adalah Xander. Javier juga tidak mentakan apapun setelah itu. Pria itu bersikap dingin sekarang dan Iriana tidak berani berbicara dengannya juga. "Kenapa kau mengatakan Mr. Xander adalah daddy kita?" bisik Jayden pada Iriana yang duduk disampingnya. "Huh? Hei, Daddy kita selama ini hanya Daddy Xander. Lagipula Ana tidak suka pria itu, dia mempunyai mata yang menyeramkan! Ana lebih menyukai Daddy Xander karena saat tertawa lucu sekali!" bisik Iriana. "Kau menyukai Mr. Xander yang selalu menyebarkan bau mulutnya? Kau tidak salah, Ana? Saat dia tertawa pun tidak lucu justru mengerikan. Mana ada orang tertawa mulutnya melebar dan membentuk lobang seperti goa?" Jayden merinding."Ish! Mengapa kau tidak suka seka

    Last Updated : 2022-11-15
  • Obsesi CEO Arogan   Bab 7

    Isabella tersentak melihat Xander ada di rumahnya. Bukankah pria itu sedang ada di Italia dan mengapa Xander menatap Javier seolah mengenal pria tersebut. “Jav? Kau mengenal Bella?” Xander menatap Javier dan Isabella bergantian. Isabella langsung berkata. “Xander? Bukankah kau sedang di Italia?” “Aku mempercepat kepulanganku, sebab aku rasa lebih baik menghadiri acara ulang tahun si kembar,”balas Xander sambil melirik Javier. “Daddy Xander!” Iriana sudah terbangun, ia meminta Isabella untuk menurunkannya. Kemudian berlari menuju Xander. Xander menangkap Iriana yang meloncat padanya kemudian menggendongnya. “I miss you, Daddy Xander!” Iriana mengecup bergantian pipi Xander.Xander terkekeh, melihat kegemasan Iriana. “Me too.” Isabella masih dalam diamnya. Ia tidak menyangka akan secepat ini. Niatnya memperkenalkan Javier di waktu yang tepat. Sedangkan Jayden sudah menatap tidak suka Xander. Ia menoleh pada Javier. “Daddy angkat aku juga. Aku ingin Daddy menggendongku.” bisik Ja

    Last Updated : 2022-11-29
  • Obsesi CEO Arogan   Bab 8

    Xander menarik kerah kemeja Javier, ia berdesis. "Aku tidak salah dengar kan?"Tanpa basa-basi Xander menerjang Javier. Pukulan terus diterima Javier, ia memang pantas mendapatkannya. Setelah itu Javier mengusap bibirnya yang mengeluarkan darah, ia merasa sepertinya robek. Xander terus memukul perut Javier, hingga terbatuk dan mengeluarkan darah."Bajingan! Aku tidak menyangka pria yang membuat hidup Bella hancur ada di dekatku selama ini!" Xander berteriak Teriakan Xander terdegar hingga kuping Isabella. Wanita itu bergegas melakang menuju taman belakang. Isabella memekik kencang melihat Xander memukuli Javier yang sudah babak belur. "Stop!!!" Isabella melangkah mendekat untuk memisahkan keduanya. Namun, Xander gelap mata, ia tidak menghiraukan adanya Isabella yang berusaha melerainya. "Aku tidak sudi mempunyai kakak seperti dirimu!" "Xander, stop!!! Aku mohon...stop!!!" Mata Isabella sudah berkaca-kaca tidak tega melihat Javier yang sudah lemas, seperti sedikit lagi pria itu

    Last Updated : 2022-12-01
  • Obsesi CEO Arogan   Bab 9

    "Bercinta. Aku ingin bercinta denganmu malam ini, Isa."Sontak Isabella terkaget. Ia tidak bisa berbuat apa-apa ketika Javier melangkah menuju kasurnya. "J-jav...kau masih terluka..." Isabella terbata-bata. Ia belum siap mengulang kejadian malam itu. Javier merebahkan Isabella kemudian menindih wanita itu. Lihat, betapa indahnya pemandangan Isabella di atas sini. "Ini hanya luka kecil." Isabella menatap Javier tidak percaya. Luka kecil katanya? Muka pria itu berdarah dan lebam biru."T-tapi..." Isabella mengigit bibirnya. Javier yang melihat itu langsung mengusap bibir Isabella. "Jangan mengigit bibirmu di depanku." Masih dengan mengusap bibir lembut Isabella.Manik Javier dan Isabella saling menatap dalam. Tidak tahu kapan bibir mereka kembali bertemu, dalam belitan yang mengebu-ngebu. Javier melepaskan tautan bibir mereka, menurunkan kepala, mengecup, menjilat, lalu mengisap leher Isabella hingga menimbulkan kemerahan. Isabella mengigit bibirnya menahan desahan saat dadanya d

    Last Updated : 2022-12-01
  • Obsesi CEO Arogan   Bab 10

    Wiliam adalah adik laki-laki dari daddy-nya. Wiliam di kenal kriminal, karena tidak terhitung berapa kali ia keluar penjara. Wiliam di penjara paling lama hanya satu minggu, karena pria itu memilik banyak uang. Membayar kepolisian hal yang mudah baginya.Pria itu mempunyai bisnis yang ilegal, seperti bandar narkoba, menjual senjata ilegal, serta perdagangan manusia. Tidak heran ia mempunyai banyak uang. Sebab, Wiliam adalah ketua mafia di Russia. Sudah lama Javier tidak mendengar nama Wiliam lagi. Menurut informasi anak buahnya, pria itu selama ini hanya fokus pada organisasi mafianya. "Kau sudah mendengarnya?" Javier menoleh saat mendengar suara Xander. "Ada urusan apa kau di sini?" Xander memutar matanya. "Oh c'mon, man. Kau marah padaku? Maafkan aku memukul mu kemarin, tetapi bukannya kau pantas menerimanya?" sinisnya. Javier berdecak. "Untuk apa aku marah? Buktinya aku tidak membalas pukulanmu. Kalau aku marah, kau sudah terbaring di rumah sakit." "Kau sudah mendengar Wilia

    Last Updated : 2022-12-01
  • Obsesi CEO Arogan   bab 11

    "Siapa ini, Jav?" Manik Lauren menatap Isabella bingung kemudian bergeser pada Jayden dan Iriana yang duduk di seberang Isabella. "Astaga! Apa ini nyata?!" pekik Lauren saat melihat Jayden dan Iriana.Lauren melangkah cepat mendekati keduanya. "J-javier! Kau bisa menjelaskan semua ini?!" Javier menghela nafas, ia tidak duga ibunya akan mengetahui secepat ini. "Anakku," ujarnya dengan tenang. Isabella kaget mendengar ucapan Javier, ingin ia menoleh untuk menatap pria itu, namun Isabella masih kesal akan perilaku Javier padanya.Jayden menyudahi makannya lalu menatap seorang wanita tua di hadapannya. "Salam, perkenalkan aku anak mereka dan ini kembaranku." Seraya mengulurkan tanganya untuk berjabat tangan. Lauren memandang Jayden takjub. "Kau sangat cerdas!" Jayden tersenyum."Iriana, berhenti mengunyah dan perkenalkan dirimu," pintah tegas Jayden. Iriana cemberut memandang kesal Jayden. Ia melirik ke arah Lauren dan berkata malu-malu. "H-hallo..." Jayden langsung tertawa menden

    Last Updated : 2022-12-02

Latest chapter

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 70

    "Mana mereka? Mengapa tidak membawa sendiri tas mereka? " tanya Isabella pada Grace yang memasuki ruang tengah dengan membawa tas sekolah miliki kedua anaknya. "Mereka langsung pergi ke halaman belakang untuk memindahkan pembibitan tugas sekolah Iriana karena hujan." "Alasan, untuk bisa bermain hujan." Kata Isabella yang ditanggapi senyum oleh Grace pengasuh ketiga anaknya.Isabella menyadari sesuatu, "Apakah Isya tahu?" putri si bungsu yang sudah berusia 3 tahun tentu saja pulang lebih awal dari kedua kakaknya tadi berlari dari dapur untuk menyambut kepulangan kedua kakaknya. "Tadi masih berdiri diteras." Jawab Grace yang juga memiliki pemikiran yang sama. Dia segera memberikan tas sekolah ditangannya pada pelayan yang ada disana dan meminta tolong untuk dibawa keruang belajar sebelum menyusul nyonyanya kedepan. Kelihatannya sesuai dugaannya, si kembar sudah menuruni tangga depan bahkan ketika melihat Isabella datang bukannya berbalik kembali untuk naik, mereka berdua memperc

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 69

    Kedua anak kecil berlari menyabut kedatangan lsabella, bergantian memeluknya seperti Isabella yang sudah meninggalkan mereka beberapa hari, padahal Isabella hanya pergi beberapa jam lebih tepatnya dia pergi menemani suaminya menghadiri perjamuan makan siang sehingga saat ketiga putranya pulang sekolah dia tidak ada dirumah. "Merindukan mommy?" tanya Isabella. "Tidak boleh, hanya daddy yang boleh merindukan mommy." Kata Jayden. Isabella tertawa, Javier selalu bertingkah sama dengan anak-anaknya jika berhubungan dengan dirinya. "Mom, minggu depan ada acara outbond disekolah, apakah aku boleh ikut?" tanya Iriana. "Mom, ada tugas sekolah yang tidak kumengerti." Kata Jayden. Isabella tersenyum, duduk diantara kedua anaknya, "Kalian bertiga menyambut mommy ternyata ada kepentingan, tapi mana adik kalian?" Isabella baru menyadari kedua putri bungsunya tidak ada, padahal ini adalah jam bermain mereka yang artinya walau si bungsu baru berusia 5 bulan, kedua kakaknya selalu mengajak adi

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 68

    Javier menatap Isabella yang masih terlelap di depannya. Sudah hampir 7 jam paska operasi caesarnya selesai. Dengkuran halus Isabella terdengar. Matanya juga masih terpejam. Istrinya yang kuat. Isabella baru saja melahirkan anak ketiga merrka.Isabella dan Javier bersyukur sudah dikarunai tiga anak. Mereka mempunyai kembali anak perempuan yang cantik. Permasalahan besar hari itu selesai dan kehidupan Isabella dan Javier berjalan sangat baik. Kehamilan Isabella juga tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikhawatirkan karena dokter mengatakan fisik Isabella tidak sekuat dulu saat melahirkan kedua anak kembarnya. Mungkin juga karena efek dari kelahiran pertamanya. Kehamilan anak tiga juga terasa sangat berat bagi Isabella. Di bulan kelima, pernah Javier mendapati Isabella yang menangis tiba-tiba di depan pintu rumah mereka. Ia memegang perutnya sambil sesunggukan. Ternyata karena rasa tidak nyaman dan sesak di dadanya. Penderitaan Isabella jauh lebih menyakitkan ketimbang kehamilan

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 67

    Orang-orang bilang, cinta itu akan hadir karena terbiasa. Dan mungkin Javier pun sudah merasakan cinta tersebut untuk Isabella. Dia tak tahu kapan perasaan itu datang, dan Javier baru sadar akan perasaannya saat melihat Isabella berjuang mati-matian di dalam ruang persalinan saat akan melahirkan anak mereka. Javier gugup, panik, dan takut secara bersamaan. Melihat Isabella yang sudah sangat lemas padahal anak mereka belum lahir. Javier sangat takut Isabella akan kenapa-kenapa. Karena itu dia setia mendampingi Isabella, menggenggam tangannya dengan erat dan mengucapkan kata-kata penyemangat. Setelah perjuangan yang hebat dan melelahkan, akhirnya lahirlah bayi mereka yang berjenis kelamin perempuan. Javier tersenyum penuh haru saat perawat menaruh bayinya di atas tubuh Isabella. "Cantik. Seperti kau," bisik Javier. Isabella tersenyum lemah mendengar itu. Dia menatap bayinya, kemudian air mata menetes dari sudut matanya. Isabella merasa tak percaya dia akan di fase ini dalam waktu

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 66

    FLASHBACK. ————————“Javier! Jayden!" jeritan Isabella terdengar ketika ia melihat ruang pakaiannya yang berantakan. Tentu saja ini ulah Jayden dan suaminya, Javier, yang selalu menemani putra mereka saat beraksi. Kali ini bukan baju, tas, atau sepatu Isabella yang menjadi korbannya. Tapi alat rias lsabella dan juga perhiasannya. Tak jauh dari tempat kejadian perkara, Isabella bisa mendengar tawa geli yang tertahan. Ia berjalan menuju salah satu ujung lemarinya. Ada kaki mungil yang terlihat mencoba bersembunyi di balik lemari. “Mommy bisa melihat kalian berdua," ujar Isabella. Ia menoleh mendapati Jayden dengan celana pendek dan kaus serta wajah cemong terkena berbagai jenis alat rias Isabella. Beberapa kalung berlian milik Isabella tergantung di tubuh mungil Jayden. Di sampingnya ada Javier yang menutup mulut Jayden agar anak itu tidak menimbulkan tawa berisik. Wajah Javier juga sama kacaunya dengan Jayden dan sebuah ikat rambut kecil di depan kepala Javier yang menyembul s

  • Obsesi CEO Arogan   bab 65

    Senyum Javier merekah ketika ia sibuk melihat ulang hasil foto-foto liburan mereka di ponsel dan kameranya. Kiri dan kanannya ada Jayden serta Iriana yang ikut berfokus pada gambar di kamera sang ayah. Sesekali mereka heboh ketika melihat salah satu yang mengeluarkan ekspresi konyol dalam foto. "Daddy, nanti kita akan liburan lagi? Dengan Mr. Xander bolekah?" tanya Jayden pada sang ayah. Mereka sudah sampai kembali ke Italia dan Javier masih berada di kediaman orang tuanya karena anak-anak memintanya bermain di sana sebentar saja. "Why not? Nanti Daddy tanya dia dahulu." Javier mencubit gemas pipi anak tersebut. Tampaknya memang tidak terelakkan lagi. Kedua anaknya sangat senang bermain dengan Xander. "Aku menyukai Mr. Xander, dia menyenangkan. Karena selama ini Mr. Xander menyebalkan di mataku," ujar Jayden.Javier dengan cepat menoleh pada anak laki lakinya. Oh ayolah. Javier seorang pria. Dia jelas tau jika Jayden menganggap Xander bagaikan kakanya karena itu yang Jayden la

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 64

    Hari terakhir liburan sekolah Jayden dan Iriana sudah di depan mata. Isabella terbangun dari tidurnya. Ia mengusap mata dan menyadari dirinya berada di kamar utama. Tempat yang seharusnya Javier gunakan. Tapi tidak ada Javier di kamar ini. Seingat Isabella ia tertidur di depan saat menonton bersama Javier. Mungkin Javier memindahkannya.Mereka tidak mungkin melakukan hal-hal aneh seperti malam sebelumnya. Isabella yakin sekali akan hal itu. Ia bangkit dan keluar dari kamar utama. Ruang tengah kosong. Tidak ada tampak kehidupan di sana. Pintu menuju luar pun kosong. Isabella terus berjalan menuju kamar lainnya. Tempat kedua putrinya tidur. Begitu Isabella membuka pembatas ruangan itu, ia mendapati pemandangan konyol di depannya. Javier yang masih terlelap di atas kasur Iriana. Lalu kedua anaknya sibuk mengikat rambut Javier dengan ikat rambut mereka yang Isabella letakkan di meja samping kasur. Seulas senyum Isabella mengembang. Javier tampak tidur sangat lelap sampai tak sadar hasi

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 63

    Matahari sudah terbit dan menampakkan cahaya pagi yang indah. Sebagian cahaya matahari masuk ke dalam kamar lewat sela-sela gorden. Dan Isabella sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu. Saat bangun dan menyadari kondisi tubuh dia dan Javier yang telanjang, wajah Isabella langsung memerah karena malu. Kejadian semalam saat dia dan Javier melakukan hubungan intim terus terbayang dalam benak Isabella. Dan itu membuat dia semakin malu jadinya. Isabella tidak langsung turun dari ranjang dan memilih tetap berbaring di samping Javier. Tubuhnya menghadap ke arah Javier yang tidur dengan posisi terlentang. Mata Isabella memperhatikan struktur wajah Javier yang sempurna dari jarak yang sangat dekat. Dan baru sekarang Isabella menyadari kalau suaminya tersebut sangat tampan. Isabella lalu kembali mengingat perjalanan dia dan Javier selama dua bulan menjadi pasangan suami istri. Hubungan mereka baik, tak pernah bersitegang ataupun bertengkar.Javier jika dilihat sekilas terlihat seper

  • Obsesi CEO Arogan   Bab 62

    Pagi ini, Isabella bangun dengan keadaan yang sehat seperti biasa. Dia tidak merasakan pusing atau mual, bahkan tidak muntah-muntah juga. Dan sampai sekarang, belum ada hal yang aromanya sangat menusuk dan mengganggu Isabella. Semuanya terasa sangat normal. Maka pantas bulan kemarin dia tak sadar dirinya hamil. Haid masih keluar, juga tak ada tanda-tanda hamil yang dia rasakan. Perubahan pertama yang dia sadari adalah perutnya yang sekarang tak sekencang awal. Isabella sudah tahu kalau dengan fakta dirinya hamil, maka suatu saat nanti tubuhnya akan berubah bentuk. Masih untung kalau misal berat badannya naik secara normal dan tidak berlebihan. Dan jujur saja, Isabella belum siap untuk itu. Dia sudah search di internet tentang perubahan tubuh pada wanita hamil. Ada yang tubuhnya hanya sekedar berisi, ada yang benar-benar melebar. Ada juga yang wajahnya rusak karena jerawat atau flek hitam, ada juga yang kulitnya berubah jadi kusam dan tidak cerah lagi. Jujur, Isabella benar-bena

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status