Setelah kedua anaknya sudah dipastikan tidur, Javier menjalankan rencananya untuk menggempur Isabella malam ini. Sebenarnya sudah dari tadi pagi Javier ingin menarik Isabella ke kamar dan bercinta dengan Isabella sepanjang hari. Melihat pakaian yang dikenakan wanita itu membuat hormon Javier menaik. Jarang sekali Isabella memakai pakaian dress yang bercorak bunga-bunga, terlihat seperti perempuan muda. Bahkan tadi ada orang menanyakan, ‘apakah dia anak mu?’ orang itu menunjuk Isabella, dan menanyakan pada Javier.Yang benar saja. Memang Isabella terlihat berkali-kali lebih muda jika memakai pakaian seperti itu. Maka dari itu, Javier pun cemburu dan ingin mengunci Isabella di dalam kamar bersamanya saja.Maka kini Javier hanya ingin Isabella malam ini, maka tanpa titah, Javier sudah menyapa bibir ranum Isabella dengan kecupan mesra.Tengkuk leher Isabella ditekan perlahan guna memperdalam pagutan mesra itu. Maka detik selanjutnya yang terjadi adalah lidah mereka saling beradu satu sam
Asap mengepul di udara, di sela-sela jari Javier bisa Isabella lihat terdapat rokok. Javier sudah melepaskan jasnya dan hanya memakai kemeja hitam yang melihatkan otot-otot badannya. Pria itu sedang kesal terbukti dari wajahnya yang sedari tadi mengeras, menahan emosi. Sebab, sudah sedikit lagi Javier memasukan miliknya pada Isabella, dering telepon menganggu mereka.Terpaksa Javier tidak melanjutkan kegiatan panas dengan Isabella. Pekerjaan yang mendadak diberi tahu sekertarisnya membuat kesal setengah mati. Kurang lebih dua jam lamanya Javier malakukan meeting dengan zoom. Untungnya ia membawa setean baju pekerjaannya. Kini pria itu sedang dipandang Isabella dengan tatapan terpesona. Pria itu hot sekali, apaling dengan wajah marahnya. Isabella mengigit bibirnya, ia jadi ingin mengusap, mengecup, menjilat dada bidang Javier yang terbuka, sebab pria itu tidak melepaskan tiga kancing kemejanya. Hanya melihat itu saja Isabella bisa merasakan denyutan di bawah sana. Isabella memang s
Keputusan yang dibuat Javier secara tiba-tiba membuat Isabella marah sekaligus kesal setengah mati pada suaminya itu. Seharusnya sejak kemarin Isabella sudah sampai rumahnya, Italia. Namun, keputusan Javier menyuruh kedua anaknya serta para pelayan dan pengasuh Jayden dan Iriana pulang dahulu. Isabella tentu tidak mau, ia ingin pulang bersama-sama.Sayangnya, Javier tidak suka dibantah. Jadi Isabella terpaksa mengikuti rencana suaminya itu. Kini mereka berdua tengah berada di sebuah pulau yang romatis, yaitu Maldives. Rencana Javier membawa Isabella pergi lagi adalah untuk honeymoon katanya. Wanita itu hanya geleng geleng pasrah, sebab jika melawan pun Javier akan selalu menang. Tidak terasa sudah satu hari di Maldives, dan tepat malam ini sayangnya rencana Isabella untuk melihat keindahan Maldives di malam hari pupus. Hujan deras sejak tadi sore membuat Isabella dan Javier tidak bisa keluar di dalam villa. Javier justru senang akan hal itu. Pria itu bisa berdua di dalam kamar den
Isabella menatap tajam Javier saat melihat Javier pulang memakai pakaian yang berbeda dengan pakaian yang Javier pakai saat pergi bekerja."Kenapa kau menatap ku begitu? Seolah-olah kau ingin memakan ku saja." Javier tertawa kecil melihat Isabella, ia melangkah mendekati istrinya itu. Kabar bahagia setelah mereka melakukan honeymoon, tak lama beberapa bulan kemudian Isabella dinyatakan positif hamil. Javier mengusap lembut perut Isabella sembari memberi kecupan di kening Isabella.Meski Javier bersikap manis, hal tersebut tidak segera membuat tatapan Isabella kepada Javier berubah. Mata Isabella justru semakin menyipit, menatap curiga."Kenapa kau berganti pakaian? Kau tidak main gila dengan wanita lain di luar sana bukan?" Isabella mendekatkan wajahnya, mengendus pakaian Javier. Memastikan tidak ada aroma parfum wanita yang menempel di pakaian Javier.Javier tertawa mendengar pertanyaan Isabella, "Kau jadi sangat posesif sejak kau mengandung.""Itu bukan jawaban yang ingin ku dengar
"Aku akan bahagia di mana pun asal denganmu. Aku tahu kau tentu menyayangiku dan tak menyakitiku," ujar Isabella dengan suara yang lembut dan tatapan serius. Javier tersenyum mendengar itu. "Terima kasih sudah mau mengambil keputusan untuk hidup bersamaku, Isa. Aku benar-benar bahagia bisa bersatu denganmu dalam pernikahan ini," balas Javier. Isabella tertawa pelan mendengar itu. Dia lalu bergerak menghadap ke arah Javier dan langsung memeluk suaminya tersebut dengan sangat erat. Wajahnya terbenam di dada Javier, dan Isabella merasa nyaman dengan kehangatan yang timbul. Setelah beberapa saat, kepala lsabella yang semula terbenam di dada Javier mulai mendongak. Tangan Isabella bergerak menarik kepala Javier agar semakin dekat dengannya. Tak ada penolakan dari Javier, hingga akhirnya bibir mereka bertemu untuk yang ke sekian kalinya. Perlahan namun pasti, posisi mereka berubah. Isabella menjadi berbaring terlentang, tepat di bawah tubuh Javier. Kedua tangan Isabella pun langsung
"Isa.""Ya?""Kau tahu tidak apa yang paling menyebalkan saat ini?""Aku ya?""Yang paling menyebalkan itu adalah kau yang bisa- bisanya semakin terlihat menggemaskan di saat seperti ini."Senyum Isabella terbit tanpa bisa dicegah. Apalagi saat Javier menarik tubuhnya mendekat dan mendekapnya pinggangnya erat. Dari gerak sederhana itu saja Isabella tahu kalau Javiernya sudah tidak marah kepadanya."Aku dimaafkan?" tanya Isabella."Iya, dimaafkan," jawab Javier lengkap dengan kecupan ringan di ujung hidung Isabella."Kau lama sekali marahnya.""Tidak lama. Hanya sebentar."Isabella tersenyum senang dan mengalungkan tangan di leher Javier. Tatapan mereka bertemu dan dilanjutkan dengan keduanya yang langsung memagut bibir satu sama lain. Keduanya kembali melanjutkan aktivitas di kamar Javier tadi siang yang sempat tertunda. "Sebentar, Jav." Isabella menahan Javier yang sedang berusaha menurunkan gaunnya."Kenapa?" tanya Javier. Isabella tidak menjawab. Perempuan itu bergerak mundur dan
Pagi ini, Isabella bangun dengan keadaan yang sehat seperti biasa. Dia tidak merasakan pusing atau mual, bahkan tidak muntah-muntah juga. Dan sampai sekarang, belum ada hal yang aromanya sangat menusuk dan mengganggu Isabella. Semuanya terasa sangat normal. Maka pantas bulan kemarin dia tak sadar dirinya hamil. Haid masih keluar, juga tak ada tanda-tanda hamil yang dia rasakan. Perubahan pertama yang dia sadari adalah perutnya yang sekarang tak sekencang awal. Isabella sudah tahu kalau dengan fakta dirinya hamil, maka suatu saat nanti tubuhnya akan berubah bentuk. Masih untung kalau misal berat badannya naik secara normal dan tidak berlebihan. Dan jujur saja, Isabella belum siap untuk itu. Dia sudah search di internet tentang perubahan tubuh pada wanita hamil. Ada yang tubuhnya hanya sekedar berisi, ada yang benar-benar melebar. Ada juga yang wajahnya rusak karena jerawat atau flek hitam, ada juga yang kulitnya berubah jadi kusam dan tidak cerah lagi. Jujur, Isabella benar-bena
Matahari sudah terbit dan menampakkan cahaya pagi yang indah. Sebagian cahaya matahari masuk ke dalam kamar lewat sela-sela gorden. Dan Isabella sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu. Saat bangun dan menyadari kondisi tubuh dia dan Javier yang telanjang, wajah Isabella langsung memerah karena malu. Kejadian semalam saat dia dan Javier melakukan hubungan intim terus terbayang dalam benak Isabella. Dan itu membuat dia semakin malu jadinya. Isabella tidak langsung turun dari ranjang dan memilih tetap berbaring di samping Javier. Tubuhnya menghadap ke arah Javier yang tidur dengan posisi terlentang. Mata Isabella memperhatikan struktur wajah Javier yang sempurna dari jarak yang sangat dekat. Dan baru sekarang Isabella menyadari kalau suaminya tersebut sangat tampan. Isabella lalu kembali mengingat perjalanan dia dan Javier selama dua bulan menjadi pasangan suami istri. Hubungan mereka baik, tak pernah bersitegang ataupun bertengkar.Javier jika dilihat sekilas terlihat seper
"Mana mereka? Mengapa tidak membawa sendiri tas mereka? " tanya Isabella pada Grace yang memasuki ruang tengah dengan membawa tas sekolah miliki kedua anaknya. "Mereka langsung pergi ke halaman belakang untuk memindahkan pembibitan tugas sekolah Iriana karena hujan." "Alasan, untuk bisa bermain hujan." Kata Isabella yang ditanggapi senyum oleh Grace pengasuh ketiga anaknya.Isabella menyadari sesuatu, "Apakah Isya tahu?" putri si bungsu yang sudah berusia 3 tahun tentu saja pulang lebih awal dari kedua kakaknya tadi berlari dari dapur untuk menyambut kepulangan kedua kakaknya. "Tadi masih berdiri diteras." Jawab Grace yang juga memiliki pemikiran yang sama. Dia segera memberikan tas sekolah ditangannya pada pelayan yang ada disana dan meminta tolong untuk dibawa keruang belajar sebelum menyusul nyonyanya kedepan. Kelihatannya sesuai dugaannya, si kembar sudah menuruni tangga depan bahkan ketika melihat Isabella datang bukannya berbalik kembali untuk naik, mereka berdua memperc
Kedua anak kecil berlari menyabut kedatangan lsabella, bergantian memeluknya seperti Isabella yang sudah meninggalkan mereka beberapa hari, padahal Isabella hanya pergi beberapa jam lebih tepatnya dia pergi menemani suaminya menghadiri perjamuan makan siang sehingga saat ketiga putranya pulang sekolah dia tidak ada dirumah. "Merindukan mommy?" tanya Isabella. "Tidak boleh, hanya daddy yang boleh merindukan mommy." Kata Jayden. Isabella tertawa, Javier selalu bertingkah sama dengan anak-anaknya jika berhubungan dengan dirinya. "Mom, minggu depan ada acara outbond disekolah, apakah aku boleh ikut?" tanya Iriana. "Mom, ada tugas sekolah yang tidak kumengerti." Kata Jayden. Isabella tersenyum, duduk diantara kedua anaknya, "Kalian bertiga menyambut mommy ternyata ada kepentingan, tapi mana adik kalian?" Isabella baru menyadari kedua putri bungsunya tidak ada, padahal ini adalah jam bermain mereka yang artinya walau si bungsu baru berusia 5 bulan, kedua kakaknya selalu mengajak adi
Javier menatap Isabella yang masih terlelap di depannya. Sudah hampir 7 jam paska operasi caesarnya selesai. Dengkuran halus Isabella terdengar. Matanya juga masih terpejam. Istrinya yang kuat. Isabella baru saja melahirkan anak ketiga merrka.Isabella dan Javier bersyukur sudah dikarunai tiga anak. Mereka mempunyai kembali anak perempuan yang cantik. Permasalahan besar hari itu selesai dan kehidupan Isabella dan Javier berjalan sangat baik. Kehamilan Isabella juga tidaklah mudah. Banyak hal yang harus dikhawatirkan karena dokter mengatakan fisik Isabella tidak sekuat dulu saat melahirkan kedua anak kembarnya. Mungkin juga karena efek dari kelahiran pertamanya. Kehamilan anak tiga juga terasa sangat berat bagi Isabella. Di bulan kelima, pernah Javier mendapati Isabella yang menangis tiba-tiba di depan pintu rumah mereka. Ia memegang perutnya sambil sesunggukan. Ternyata karena rasa tidak nyaman dan sesak di dadanya. Penderitaan Isabella jauh lebih menyakitkan ketimbang kehamilan
Orang-orang bilang, cinta itu akan hadir karena terbiasa. Dan mungkin Javier pun sudah merasakan cinta tersebut untuk Isabella. Dia tak tahu kapan perasaan itu datang, dan Javier baru sadar akan perasaannya saat melihat Isabella berjuang mati-matian di dalam ruang persalinan saat akan melahirkan anak mereka. Javier gugup, panik, dan takut secara bersamaan. Melihat Isabella yang sudah sangat lemas padahal anak mereka belum lahir. Javier sangat takut Isabella akan kenapa-kenapa. Karena itu dia setia mendampingi Isabella, menggenggam tangannya dengan erat dan mengucapkan kata-kata penyemangat. Setelah perjuangan yang hebat dan melelahkan, akhirnya lahirlah bayi mereka yang berjenis kelamin perempuan. Javier tersenyum penuh haru saat perawat menaruh bayinya di atas tubuh Isabella. "Cantik. Seperti kau," bisik Javier. Isabella tersenyum lemah mendengar itu. Dia menatap bayinya, kemudian air mata menetes dari sudut matanya. Isabella merasa tak percaya dia akan di fase ini dalam waktu
FLASHBACK. ————————“Javier! Jayden!" jeritan Isabella terdengar ketika ia melihat ruang pakaiannya yang berantakan. Tentu saja ini ulah Jayden dan suaminya, Javier, yang selalu menemani putra mereka saat beraksi. Kali ini bukan baju, tas, atau sepatu Isabella yang menjadi korbannya. Tapi alat rias lsabella dan juga perhiasannya. Tak jauh dari tempat kejadian perkara, Isabella bisa mendengar tawa geli yang tertahan. Ia berjalan menuju salah satu ujung lemarinya. Ada kaki mungil yang terlihat mencoba bersembunyi di balik lemari. “Mommy bisa melihat kalian berdua," ujar Isabella. Ia menoleh mendapati Jayden dengan celana pendek dan kaus serta wajah cemong terkena berbagai jenis alat rias Isabella. Beberapa kalung berlian milik Isabella tergantung di tubuh mungil Jayden. Di sampingnya ada Javier yang menutup mulut Jayden agar anak itu tidak menimbulkan tawa berisik. Wajah Javier juga sama kacaunya dengan Jayden dan sebuah ikat rambut kecil di depan kepala Javier yang menyembul s
Senyum Javier merekah ketika ia sibuk melihat ulang hasil foto-foto liburan mereka di ponsel dan kameranya. Kiri dan kanannya ada Jayden serta Iriana yang ikut berfokus pada gambar di kamera sang ayah. Sesekali mereka heboh ketika melihat salah satu yang mengeluarkan ekspresi konyol dalam foto. "Daddy, nanti kita akan liburan lagi? Dengan Mr. Xander bolekah?" tanya Jayden pada sang ayah. Mereka sudah sampai kembali ke Italia dan Javier masih berada di kediaman orang tuanya karena anak-anak memintanya bermain di sana sebentar saja. "Why not? Nanti Daddy tanya dia dahulu." Javier mencubit gemas pipi anak tersebut. Tampaknya memang tidak terelakkan lagi. Kedua anaknya sangat senang bermain dengan Xander. "Aku menyukai Mr. Xander, dia menyenangkan. Karena selama ini Mr. Xander menyebalkan di mataku," ujar Jayden.Javier dengan cepat menoleh pada anak laki lakinya. Oh ayolah. Javier seorang pria. Dia jelas tau jika Jayden menganggap Xander bagaikan kakanya karena itu yang Jayden la
Hari terakhir liburan sekolah Jayden dan Iriana sudah di depan mata. Isabella terbangun dari tidurnya. Ia mengusap mata dan menyadari dirinya berada di kamar utama. Tempat yang seharusnya Javier gunakan. Tapi tidak ada Javier di kamar ini. Seingat Isabella ia tertidur di depan saat menonton bersama Javier. Mungkin Javier memindahkannya.Mereka tidak mungkin melakukan hal-hal aneh seperti malam sebelumnya. Isabella yakin sekali akan hal itu. Ia bangkit dan keluar dari kamar utama. Ruang tengah kosong. Tidak ada tampak kehidupan di sana. Pintu menuju luar pun kosong. Isabella terus berjalan menuju kamar lainnya. Tempat kedua putrinya tidur. Begitu Isabella membuka pembatas ruangan itu, ia mendapati pemandangan konyol di depannya. Javier yang masih terlelap di atas kasur Iriana. Lalu kedua anaknya sibuk mengikat rambut Javier dengan ikat rambut mereka yang Isabella letakkan di meja samping kasur. Seulas senyum Isabella mengembang. Javier tampak tidur sangat lelap sampai tak sadar hasi
Matahari sudah terbit dan menampakkan cahaya pagi yang indah. Sebagian cahaya matahari masuk ke dalam kamar lewat sela-sela gorden. Dan Isabella sudah terbangun sejak beberapa menit yang lalu. Saat bangun dan menyadari kondisi tubuh dia dan Javier yang telanjang, wajah Isabella langsung memerah karena malu. Kejadian semalam saat dia dan Javier melakukan hubungan intim terus terbayang dalam benak Isabella. Dan itu membuat dia semakin malu jadinya. Isabella tidak langsung turun dari ranjang dan memilih tetap berbaring di samping Javier. Tubuhnya menghadap ke arah Javier yang tidur dengan posisi terlentang. Mata Isabella memperhatikan struktur wajah Javier yang sempurna dari jarak yang sangat dekat. Dan baru sekarang Isabella menyadari kalau suaminya tersebut sangat tampan. Isabella lalu kembali mengingat perjalanan dia dan Javier selama dua bulan menjadi pasangan suami istri. Hubungan mereka baik, tak pernah bersitegang ataupun bertengkar.Javier jika dilihat sekilas terlihat seper
Pagi ini, Isabella bangun dengan keadaan yang sehat seperti biasa. Dia tidak merasakan pusing atau mual, bahkan tidak muntah-muntah juga. Dan sampai sekarang, belum ada hal yang aromanya sangat menusuk dan mengganggu Isabella. Semuanya terasa sangat normal. Maka pantas bulan kemarin dia tak sadar dirinya hamil. Haid masih keluar, juga tak ada tanda-tanda hamil yang dia rasakan. Perubahan pertama yang dia sadari adalah perutnya yang sekarang tak sekencang awal. Isabella sudah tahu kalau dengan fakta dirinya hamil, maka suatu saat nanti tubuhnya akan berubah bentuk. Masih untung kalau misal berat badannya naik secara normal dan tidak berlebihan. Dan jujur saja, Isabella belum siap untuk itu. Dia sudah search di internet tentang perubahan tubuh pada wanita hamil. Ada yang tubuhnya hanya sekedar berisi, ada yang benar-benar melebar. Ada juga yang wajahnya rusak karena jerawat atau flek hitam, ada juga yang kulitnya berubah jadi kusam dan tidak cerah lagi. Jujur, Isabella benar-bena