“Sial!”Joshua memukul tangannya ke udara. Dokter Anna keluar dari ruangan dengan perasaan takut. Ia takut Joshua akan melakukan hal buruk terhadapnya. Dokter Anna tau, Joshua bukan orang yang akan melepaskan seseorang dengan mudah. Joshua menoleh ke arah Karina yang masih terbaring dengan mata yang tertutup rapat. Ia belum menyadari kalau Karina sudah bangun sejak tadi. Ia menarik napas panjang lalu keluar dari ruangan tersebut. Karina perlahan membuka matanya, ia masih terkejut dengan apa yang barusan ia dengar. “Dia melakukan apa terhadapku? Pencucian otak? Kenapa ia sejahat itu padaku?”Banyak pertanyaan yang bersarang di dalam kepalanya. Ia perlahan bangkit, merubah posisinya menjadi duduk. Kepalanya masih terasa sakit karena mimpi yang ia alami. Semuanya terasa sangat nyata, otaknya masih mengingat itu semua dengan sangat jelas. “Mamah, papah,” gumam Karina, ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. Ia mengingatnya, ia mengingat semuanya masa lalunya, berkat mimpi itu.
|Aku sudah mengetahui semuanya. Aku pergi, selamat tinggal.|Joshua meremat kuat memo yang ada di tangannya, atapan matanya memancarkan kemarahan yang tak terbendung, menggambarkan betapa besar kekecewaannya. Wajahnya yang biasanya bercahaya dengan senyum kebahagiaan, kini dikelilingi oleh kerutan-kerutan kegelisahan.“Sial, berani sekali kau!” ia mengeram marah, tinjunya semakin kuat mengepal, kemarahannya semakin memuncak.Baju pasien yang tadinya dikenakan oleh Karina sudah terlipat rapi di atas ranjang pasien. tubuhnya gemetar oleh kemarahan dan murka yang mendalam. Tatapan matanya terbakar oleh api kemarahan, dan wajahnya memancarkan rasa amarah yang tak tertahankan. Keadaannya semakin buruk dengan setiap detik yang berlalu.“Tuan, nona Bella tidak ada di mansion.”“Bajingan!!”Tangan-tangan gemetarnya meraih benda-benda dan melemparkannya dengan ganas ke arah sang pengawal penuh kemarahan di dalam dirinya. “Cari sampai dapat! Sialan!”“Baik, Tuan.”Sang pengawal langsung keluar
“Pak, apa kita harus melanjutkan ini semua? Banyak orang tidak besalah yang mati sia-sia karena kemurkaan tidak berdasar yang Anda miliki.” DK mulai khawatir dengan keadaan Joshua, ia merasa sangat tersesat sekarang. Ia tidak tau harus melakukan apa lagi untuk menenangkan bosnya ini. akibat dari kemarahannya banyak nyawa tidak bersalah mati sia-sia dengan ujung peluru tajamnya. ‘Kau ingin mati juga, DK?” Tatapan mata itu bukan tatapan mata seorang manusia, dia menikmati setiap darah yang mengalir di pisau dan ujung pistolnya. Dia kehilangan kewarasannya setelah kepergian Karina dan Bella. Dia marah, murka, kesal, kecewa, sedih, semua perasaan itu menjadi satu seperti ingin menyeretnya ke sebuah lubang tak berdasar. “Bukan seperti itu, pak. Ini sudah keterlaluan, para pekerja di mansion itu tidak bersalah. Mereka tidak tau apa-apa dan Anda dengan ringannya membunuh mereka? Setelah ini polisi akan mencari Anda atas semua kasus pembunuhan ini.” DK menarik napas panjang, menyeka waja
Satu minggu kemudian...Pemandangan berawan di tepi sungai tampak damai namun menakutkan, seolah-olah awan kelam itu menyembunyikan sesuatu. Sungai mengalir deras, membawa kabut dari awan. Pepohonan gundul, dan tanah tertutup lapisan kabut. Awan berwarna abu-abu pucat, tanpa matahari yang terlihat bersinar. Udara hening dan tenang, hanya ada suara sungai yang mengalir. Bayangan seorang pria yang berdiri di pinggir sungai menjadi satu-satunya objek yang bergerak. Mulutnya terus mengeluarkan asap dari rokok yang dihisap penuh dengan kenikmatan. “Tuan, seseorang ingin bertemu dengan Anda.” Seseorang dari belakang menggangu ketenangannya. Dia pun langsung berbalik dan melihat orang itu dengan tatapan yang datar. Keseharian yang semakin sibuk karena harus terus mencari di mana wanitanya berada membuatnya stress.“Siapa?”“Tuan Victor, suami dari dokter Anna.”Joshua terdiam sejenak, dia lalu menghisap puntung rokok terakhirnya sebelum membuangnya asal. Asap itu membumbung tinggi keluar
Suasana di dalam pesawat penuh dengan kenyamanan dan kemewahan. Interior kabinnya mewah, dengan tempat duduk dan fasilitas yang luas. Kain kursi lembut, mewah. Udara di dalam kabin bersih dan segar. Pencahayaannya lembut dan hangat, dengan cahaya keemasan matahari sore yang masuk melalui jendela. Suara mesin pesawat terdengar lembut, tidak terlalu memekakkan telinga. Vivian dengan teliti mengobati luka DK yang terlihat cukup serius. tatapan matanya penuh tekad dan kedua tangan cekatan. Ia bekerja dengan cepat dan efisien, karena ia tahu bahwa waktu adalah hal yang sangat penting. DK terbaring di kursi kabin yang mewah, dia kesakitan, tetapi Vivian melakukan semua yang dia bisa untuk meminimalkan rasa sakit dan membuatnya merasa nyaman. “Kalau sakit bilang saja, aku akan berhati-hati,” ucap Vivian, matanya sesekali melirik DK dengan tatapan cukup datar namun menyimpan kekhawatiran di sana. “Aku baik-baik saja, luka ini belum ada apa-apanya.” DK tersenyum tipis. “Tukang pamer,” cibi
“Kau tau di mana dia?” Dahi Joshua otomatis mengerut, masih tidak percaya kalau Kalista mengetahui di mana Karina berada dan bagaimana dia tau kalau Karina pergi meninggalkan Joshua?“Tunggu, bagaimana kau tau dia pergi?” Joshua menahan tangan Kalista agar dia berhenti mendekat.“Tentu aku tau. Itu karena aku bertemu dengannya di pesawat saat aku pergi ke Amerika minggu lalu. Awalnya aku berpikir, kenapa Karina berada di pesawat itu bersama dengan wanita yang tidak aku kenal, namun mereka terlihat sangat dekat. Ah, aku juga melihat putrimu, di sangat cantik, wajahnya sangat mirip dengan ibunya.”Kalista tersenyum menang, dia sungguh tau kalau Joshua sedang berada dalam posisi yang lemah, dia tidak bisa melakukan apapun sekarang dan sedang menunggu kehancuran selanjutnya mendatanginya. “Jika kau menuruti semua perintahku, aku akan memberikan semuanya untukmu. Aku bisa mempertemukan mu dengannya, lalu aku juga bisa membereskan kekacauan ini. Aku tau, black moon sangat berarti untukmu,
“Kau melihatnya?” Vivian menatap Karina sedikit terkejut. Ia lalu diam untuk berpikir sejenak. Anak buah Kalista tidak mungkin berada di sini tanpa maksud. Seperti yang DK katakan, mereka berdua sudah bekerja sama, mungkin untuk menghancurkan Karina.“Hmm... aku tidak sengaja melihatnya. Waktu itu dia juga melihat ke arah kita cukup lama. Karena aku merasa tidak nyaman, makanya aku mengalihkan perhatianku darinya,” jelas Karina, dia masih mencoba menjahit pecahan-pecahan ingatannya yang belum terlalu sempurna. “Sudah jelas ini perbuatan Joshua, dia sudah mengetahui semuanya. Lebih baik kita bersiap. Aku akan perintahkan para pengawal ku untuk memperketat penjagaan.” Vivian mulai khawatir, sungguh di luar ekspektasinya. “Aku akan kembali mengawas,” celetuk DK. “Tidak, kamu terlalu berbahaya berada di luar. Joshua pasti juga sedang mencari mu. Jangan lakukan apa-apa sampai keadaan membaik. Aku tidak ingin di antara kita ada yang terluka.”“Vivian, kamu terlalu kelelahan, bukannya le
“Pegangan, ini mungkin sedikit berguncang.”Mobil tiba-tiba berbelok tajam, melaju dengan cepat di jalan raya, mengambil rute pulang yang berbeda. Klakson kendaraan lain bergema. Mobil yang mereka tumpangi terpisah dari mobil para pengawal lainnya.Suara klakson terus memekakkan telinga dan mesin yang berputar memenuhi udara, energi mereka yang kacau menambah ketegangan pemandangan. Mobil mereka memasuki jalanan kecil di tengah pepohonan pinus yang tinggi. Di belakang terlihat ramai yang mengikuti. Mereka terjebak, tidak ada mobil pengawal mereka yang terlihat. Bella menutup telinganya rapat-rapat. Ia takut dan panik, belum pernah dia mengalami hal semengerikan ini. Ia berteriak sambil memeluk ibunya erat. “Gangguan panik Bella kambuh, bagaimana ini?” Karina sungguh ketakutan, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya. Mobil-mobil lain berkerumun di sekeliling mereka, melaju dengan kecepatan tinggi dan menambah suasana yang kacau. Jumlah mobil yang awalnya sedikit tiba-tiba ber