Perlahan mata Joshua terbuka. Di dalam hatinya terus merapalkan doa untuk dua jasad yang terkubur di dalam tanah. Hatinya hancur. Perasaannya kacau balau. Ini mungkin terlambat, tapi ia ingin melakukan yang terbaik untuk menebus kesalahan sang ayah di masa lalu.“Ma, Pah. Jangan benci Joshua, ya. Karin sangat mencintainya. Karin ingin bersamanya. Ma, Pah. Maafin Karin.” Joshua menatap kekasihnya itu dengan tatapan sendu. Paham seperti apa perasaannya saat ini. Takdir benar-benar mempermainkan mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan tetapi ini sudah ditetapkan oleh takdir.“Saya berjanji akan menjaga Karina dengan baik, Tuan, Nyonya. Saya akan memberikan segenap perhatian dan cinta padanya. Saya tidak akan menyia-nyiakan Karina. Dia adalah nyawa saya, saya harap Tuan dan Nyonya merestui kami berdua. Saya tidak akan mengecewakan Tuan dan Nyonya.” Joshua menaruh tangannya di depan. Berbicara dengan nada tegas. Tatapan matanya sangat teduh.Karina tersenyum tipis mendengar Joshua mem
Karina tersenyum tipis. Matanya tidak bisa lekang memandangi Joshua yang tengah tidur di sampingnya. Perasaan damai menyelimuti hatinya. Pria ini tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya sejak semalam. Karina tidur di pelukannya sepanjang malam ini.Karina menyandarkan tubuhnya ke headboard kasur. tangannya mengusap-usap kepala Joshua lembut. Matahari sudah terbit. Pagi menyapa dengan cerahnya. Mata Karina menoleh ke kaca besar. Cahaya dari matahari pagi membuat perasaannya nyaman.“Apa kamu sudah merasa lebih baik?”Atensi Karina langsung beralih ke Joshua. Pria itu bertanya dengan mata yang masih tertutup. Kelihatan sekali dia masih mengantuk tapi tetap memaksakan dirinya untuk tetap terjaga. Matanya terbuka perlahan. Bibirnya mengukir sebuah senyum manis.“Sudah.” Karina tersenyum tipis. Ia tak henti mengusap surai Joshua yang berantakan. Ia tau, semalaman Joshua dibuat heboh oleh dirinya. “kamu tidurlah lagi! Wajahmu kelihatan lelah sekali,” bisik Karina lembut.Joshua menanggapi
Hari ini Karina sudah bisa beraktifitas seperti semula. Flu yang ia derita sudah sembuh jadi Karina tidak lagi hanya berbaring di kasur kamarnya. Menjelang pesta pernikahannya yang tinggal menhitung jam. Karina disibukkan dengan berbagai macam kegiatan. Seperti, mencoba kembali gaun pengantinnya, pergi ke salon untuk memanjakan diri, lalu pergi ke hotel tempat acara pernikahan mereka dilaksanakan.Pantulan di cermin menggambarkan raut bahagia Karina. Gaun pengantin yang ia kenakan sangat pas dan indah di tubuhnya. Beberap MUA yang memang disewa untuk mengurus Karina tampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Karina hanya duduk diam dan menerima perlakuan halus dari para MUA. “Saya mau bertemu dengan keponakan saya. Biarkan saya masuk!”“Tidak bisa, Nyonya. Tuan Carrington tidak memperbolehkan siapapun menggangu Nyonya Karina.”“Kalian benar-benar tidak punya sopan santun. Saya ini bibinya. Wajar saya menemui keponakan saya.”Karina mendengar ribut-ribut di depan ruang rias.
“Karina? Di mana Karina?!” teriak Vivian panik. Vivian ikut mencari ke setiap ruangan. Semua ruangan di buka paksa. Bahkan sampai ke toilet. Karina tidak ada. Ia tidak menemukan Karina di manapun. Tanpa tunggu berlama-lama Vivian menghampiri DK kembali untuk melaporkan apa yang baru saja terjadi. “Tuan DK. Karina menghilang.” Vivian langsung mengatakan itu di hadapan DK tanpa tunggu lagi. “Apa maksud ada?” tanya DK bingung. “Saat saya kembali keruangan rias. Beberapa pengawal ambruk di lantai. para MUA sedang panik mencari keberadaan Karina di mana.” Vivian tidak bisa mengontrol suaranya lagi hingga kabar itu terdengar di telinga Joshua yang sedang sibuk menyambut para tamu undangan. Joshua langsung menghampiri mereka. Joshua menarik tangan Vivian cukup kuat sampai wanita itu terhuyung mengadapnya, “Apa maksudnya Karina menghilang? Jelaskan padaku!” desak Joshua.“Saat saya kembali, Karina sudah tidak ada. Para pengawal ambruk dan para MUA tampak sangat ketakutan. Saya tidak tau
“Sangat menyebalkan harus berurusan denganmu seperti ini.” Joshua mencebik. Ujung pistol glock seri 19 itu masih bertengger manis di dahi sebelah kiri Rebecca. Joshua tidak akan segan membolongi kepala Rebecca saat ini juga.“Kak Joshua,” lirik Rebecca. Ia berbalik dan memegang ujung pistol itu dengan kedua tangannya. Tatapan memelas itu membuat Joshua semakin jijik melihatnya.“Harus dengan cara apa aku menjelaskan agar kau mengerti, Rebecca?” suara Joshua sangat dingin di telinga Rebecca. Tatapa jijik bercampur benci itu baru pertama kali Rebecca dapatkan. Joshua benar-benar marah dengan apa yang sudah ia lakukan.“Aku mencitai kakak, tolong pahamlah!” teriak Rebecca frustasi.“Aku tidak peduli, kau membuatku merasa jijik. Kau kira dengan melakukan ini aku akan tunduk denganmu? Tentu tidak Rebecca, aku bukan sembarang orang yang bisa kau paksa untuk melakukan hal itu.” Joshua menekan semua kalimat yang keluar dari mulutnya.“Kau akan menyesali ucapanmu.” Rebecca memegang ujung pisto
Setelah memastikan kalau Karina baik-baik saja di bawah pengawasan dokter. Joshua memutuskan untuk pergi dari rumah sakit menuju suatu tempat. Starter mobilnya menyala. Kakinya dengan halus menginjak pedal gas. Mobil pun melaju membelah jalanan malam yang semakin sepi. Kaki berbalut sepatu berwarna hitam itu melangkah menyusuri lorong panjang. Suara tapak yang beradu dengan lantai terdengar nyaring di telinga. Setiap kali algojo berpas-pasan dengannya, mereka akan menuduk singkat untuk memberikan salam. “Di mana mereka?” tanya Joshua pada DK yang dengan senang hati menyambut kedatangan sang bos. DK menunjuk ruangan yang ada di ujung lorong. Ruang eksekusi. Sudah banyak nyawa yang melayang di ruangan itu. Joshua mengangguk-angguk paham. Kakinya lanjut melangkah menuju ruangan itu. Rasa puas menjalar keseluruh tubuh saat melihat dua manusia itu disiksa habis-habisan oleh para algojo. Joshua mendudukkan pantatnya di kursi yang memang sudah disediakan untuknya. Matanya tak lekang men
“Anakku, kamu cantik sekali. Sudah lama mama tidak lihat senyum manis itu. Kamu punya pacar, ya?” mata wanita paruh baya itu menelisik wajah sangat putri yang tampak mencurigakan di matanya. “Mama, apaan sih?” Gadis berusia 15 tahun itu menghindari tatapan sang ibu. Ia sengaja melihat ke arah plafon. “Anak mama sudah besar ternyata. Udah berani menyimpan rahasia, tuh,” goda sang ibu. “Mama, ih. Jangan godain aku terus!” gadis 15 tahun itu terus menghindar. Sang ibu menatap anaknya dengan tatapan penuh kasih. Wanita paruh baya itu sangat mencintai putrinya. Putri satu-satunya yang harus ia jaga. “Siapa yang punya pacar? Anak papah? Waah, ternyata putri papah sudah besar, ya.” Gadis 15 tahun itu terkaget-kaget dengan suara sang ayah yang menggelegar di seluruh ruangan.Dia malu, gadis itu langsung menyembunyikan wajahnya dengan bantal. Ia malu, sungguh malu.“Anak papah sudah besar, asyiikkk.” “aahh, papah.” “Kenalin papah dong, siapa laki-laki yang sudah berani menggoda putri pa
“Beliau ingin bertemu untuk mendiskusikan saham TY Group, pak.” Joshua menghela napas pelan, ia tidak ingin meninggalkan Karina sendirian. Dia masih ingin menemani wanitanya sampai ia sembuh total. “Aku belum bisa meninggalkan Karina, tolong katakan padanya untuk menunggu. Aku tidak ingin pergi.” Mata Joshua lurus menatap Karina. “Baik, pak.” DK membungkuk singkat lalu keluar dari ruangan. Joshua pun berdiri dari duduknya. Ia mendekati ranjang Karina dan duduk di sana mengamati wajah cantik itu dengan perasaan damai. Tangannya menyentuh pipi Karina. Mengusap penuh perasaan bahagia. Walau pernikahan mereka kemarin batal karena insiden menyebalkan itu. Joshua akan tetap bersama Karina dan merencanakan hari pernikahan yang lain. Dia tidak akan menyerah begitu saja dengan pernikahannya. “Behenti menyentuhku seperti ini, rasanya geli.” Karina perlahan membuka mata. Ia tersenyum tipis dan menatap penuh kelembutan ke lelakinya. “Maaf membangunkanmu, sweetheart.” Bibir Joshua dengan lem
Aula terlihat sangat mewah dan meriah. Aula didekorasi dengan bunga warna-warni dan lampu yang berkelap-kelip, menambah suasana ceria, suara musik yang diputar di latar belakang menambah kesal keceriaan yang tidak ada habisnya. Kedua mempelai berdiri di altar, dikelilingi oleh teman dan keluarga, menciptakan rasa romansa dan keakraban yang dirasakan oleh semua yang hadir. Mereka telah mengucapkan janji setia seumur hidup, menyematkan cincin di jari manis masing-masing. Beberapa orang tampak terharu, mereka sangat menikmati acara tersebut dengan penuh suka cita. Bella tidak ada hentinya menggenggam tangan DK, dia tidak ingin berpisah dari pengganti ayahnya itu. Dia selalu berada di sampingnya, ikut merayakan kegembiraan dalam pernikahan yang suci. Karina merasa sangat bangga, karena dia bisa menghantarkan saudaranya ke pernikahan sebelum waktunya di dunia habis. Ia sangat antusias dan gembira saat melihat para tamu yang hadir sangat ramai untuk mengucapkan selamat ke dua mempelai.
Pemandangan di atas bukit terlihat tenang dan indah. Bukit ini ditutupi dengan rumput yang lembut, dan udaranya kental dengan aroma bunga dan dedaunan. Suasananya sangat tenang dan damai, wanita itu berdiri dengan mata terpejam, berdoa untuk dua makam di depannya. Dia mengenakan gaun yang tergerai, dan kepala yang ditutup oleh topi kupluk berwarna senada dengan gaunnya. Perlahan dia membuka matanya dan memandang dua makam itu dengan senyuman yang tidak pernah luntur dari wajahnya. Walau pun terlihat pucat, dia tetap menunjukkan ekspresi terbaiknya. “Ma, Pa, akhirnya setelah bertahun-tahun berlalu, aku bisa datang ke makam kalian lagi.” Karina tersenyum tipis. Ia sangat senang bisa berkunjung ke tempat ini setelah bertahun-tahun lamanya. Ia merindukan dua sosok yang paling dia cintai itu. Walau pun Karina sudah mengetahui kebenarannya, dia sama sekali tidak memiliki rasa benci, yang ada, dia semakin mencintai keda orang tuanya itu. “Karin sudah tau apa yang terjadi dulu. Kemarin
Satu tahun kemudian... Langit pagi yang cerah hampir terlalu terang untuk dilihat, karena matahari baru saja mulai mengintip di balik cakrawala. Langit berwarna biru cemerlang, nyaris tidak ada awan yang terlihat. Udara terasa sejuk dan segar, dan aroma embun pagi yang segar tercium di udara. Di kejauhan, sebuah pesawat terbang terlihat terbang melintasi langit pagi yang jernih. Pesawat terbang tampak nyaris berkilauan di bawah sinar matahari pagi, sayapnya nyaris tidak terlihat dengan latar belakang langit biru. Suara mesin pesawat terdengar di kejauhan, tampaknya pesawat terbang semakin tinggi, menghilang di langit pagi yang jernih. Suasananya sangat tenang dan jernih, saat matahari pagi menyinari segala sesuatu yang ada di bawahnya. Jelaslah bahwa ini akan menjadi hari yang indah dan jernih, tanpa ada awan yang menghalangi langit biru yang sempurna. “Bagaimana rasanya kembali setelah satu tahun?” Karina menoleh ke arah Vivian yang sedang menyetir di kursi kemudi setelah menerim
“Kembalikan putriku atau kau akan ku bunuh di sini!” Suara Karina meninggi, penuh emosi, dan kemarahan yang menyelimutinya. Ia bukan lagi terlihat seperti wanita lemah yang memiliki penyakit kronis yang memohon untuk mati. Dia adalah seorang ibu yang menuntut putrinya kembali. “Karina, dia juga putriku!” Joshua menatap Karina tajam, kedua orang itu saling menodongkan pistol satu sama lain. Tatapan yang dulu penuh cinta kini berubah menjadi tatapan penuh kebencian. Karina sungguh membenci Joshua sekarang dengan apa yang sudah dia lakukan terhadapnya dan putrinya. “Aku sudah katakan padamu, kau boleh menghabisi ku, tapi jangan sentuh Bella! Kenapa kau sangat keras kepala, sial?!” Karina berteriak. “Karena aku ingin melihatmu menderita,” ucap Joshua dengan senyum menyeringai yang terlukis di bibirnya. “Belum cukup membuatku menderita, huh? Selama bertahun-tahun kau sudah melakukannya, apa itu belum cukup?” “Belum, karena kau milikku, aku akan melakukan apapun untuk memuaskan hasrat
Anak kecil itu terus menangis di dalam mobil, suaranya sangat kecil dan lemah dibandingkan dengan suara mesin yang keras. Dia mengulurkan tangannya ke arah jendela, berusaha keras untuk melarikan diri dan bertemu kembali dengan ibunya.Walau kondisi Bella berbeda dari anak lain, dia tetap punya perasaan dan intuisi yang kuat terhadap sang ibu yang sudah merawatnya penuh kasih sayang dan cinta. Bella ingin kembali ke Ibunya, dia tidak ingin ikut dengan ayahnya yang di matanya sangat berbeda dari yang ia lihat dulu. Tangan kecilnya yang mungil tidak dapat melakukan apa pun selain menggedor-gedor jendela, saat dia menangis sambil memanggil-manggil ibunya membuat perasaan menjadi sangat sakit dan hancur. "Mama!" "Aku ingin Mama!" suara menyayat hati itu memenuhi mobil. Rasa sakit karena perpisahan terlihat jelas, dia terus menangis bahkan sampai tantrum. Dia berteriak kencang, membuat orang-orang yang ada di dalam mobil termasuk Joshua merasa cukup pusing. “Bella, ini papa, kamu sama
“Bella, pergi dengan paman dan Aunty, ya. Mama akan menyusul nanti.” Karina tersenyum, melangkah mendekati Bella lalu mengusap rambutnya sangat lembut. Tatapan mata Karina menyiratkan rasa menyesal yang begitu dalam. Ia tersenyum namun terasa sangat pedih.“Vivian...” Karina memberi isyarat pada Vivian untuk segera pergi.“Karina, aku tidak bisa,”“Cepat!” Dari luar terdengar suara gaduh dari mobil-mobil yang tiba untuk menyergap masuk ke lokasi mereka. Vivian langsung didorong keluar oleh Karina, dia menutup pintu sangat rapat, tidak memberi izin Vivian untuk masuk. “Karina, buka!” Karina menghiraukan suara teriakan Vivian dari luar. Ia menatap Joshua tajam, dia tidak melawan sama sekali. Mereka berdua saling bertukar pandang satu sama lain. “Kau menginginkanku, kan?” tanya Karena pada Joshua dengan suara yang berubah serak. Joshua melihat Karina tidak habis pikir. Dia tertawa, seolah-olah sedang mencemooh wanita yang ada di hadapannya saat ini. “Kau sungguh dermawan, Karina. Me
“Pegangan, ini mungkin sedikit berguncang.”Mobil tiba-tiba berbelok tajam, melaju dengan cepat di jalan raya, mengambil rute pulang yang berbeda. Klakson kendaraan lain bergema. Mobil yang mereka tumpangi terpisah dari mobil para pengawal lainnya.Suara klakson terus memekakkan telinga dan mesin yang berputar memenuhi udara, energi mereka yang kacau menambah ketegangan pemandangan. Mobil mereka memasuki jalanan kecil di tengah pepohonan pinus yang tinggi. Di belakang terlihat ramai yang mengikuti. Mereka terjebak, tidak ada mobil pengawal mereka yang terlihat. Bella menutup telinganya rapat-rapat. Ia takut dan panik, belum pernah dia mengalami hal semengerikan ini. Ia berteriak sambil memeluk ibunya erat. “Gangguan panik Bella kambuh, bagaimana ini?” Karina sungguh ketakutan, ia tidak ingin terjadi sesuatu pada putrinya. Mobil-mobil lain berkerumun di sekeliling mereka, melaju dengan kecepatan tinggi dan menambah suasana yang kacau. Jumlah mobil yang awalnya sedikit tiba-tiba ber
“Kau melihatnya?” Vivian menatap Karina sedikit terkejut. Ia lalu diam untuk berpikir sejenak. Anak buah Kalista tidak mungkin berada di sini tanpa maksud. Seperti yang DK katakan, mereka berdua sudah bekerja sama, mungkin untuk menghancurkan Karina.“Hmm... aku tidak sengaja melihatnya. Waktu itu dia juga melihat ke arah kita cukup lama. Karena aku merasa tidak nyaman, makanya aku mengalihkan perhatianku darinya,” jelas Karina, dia masih mencoba menjahit pecahan-pecahan ingatannya yang belum terlalu sempurna. “Sudah jelas ini perbuatan Joshua, dia sudah mengetahui semuanya. Lebih baik kita bersiap. Aku akan perintahkan para pengawal ku untuk memperketat penjagaan.” Vivian mulai khawatir, sungguh di luar ekspektasinya. “Aku akan kembali mengawas,” celetuk DK. “Tidak, kamu terlalu berbahaya berada di luar. Joshua pasti juga sedang mencari mu. Jangan lakukan apa-apa sampai keadaan membaik. Aku tidak ingin di antara kita ada yang terluka.”“Vivian, kamu terlalu kelelahan, bukannya le
“Kau tau di mana dia?” Dahi Joshua otomatis mengerut, masih tidak percaya kalau Kalista mengetahui di mana Karina berada dan bagaimana dia tau kalau Karina pergi meninggalkan Joshua?“Tunggu, bagaimana kau tau dia pergi?” Joshua menahan tangan Kalista agar dia berhenti mendekat.“Tentu aku tau. Itu karena aku bertemu dengannya di pesawat saat aku pergi ke Amerika minggu lalu. Awalnya aku berpikir, kenapa Karina berada di pesawat itu bersama dengan wanita yang tidak aku kenal, namun mereka terlihat sangat dekat. Ah, aku juga melihat putrimu, di sangat cantik, wajahnya sangat mirip dengan ibunya.”Kalista tersenyum menang, dia sungguh tau kalau Joshua sedang berada dalam posisi yang lemah, dia tidak bisa melakukan apapun sekarang dan sedang menunggu kehancuran selanjutnya mendatanginya. “Jika kau menuruti semua perintahku, aku akan memberikan semuanya untukmu. Aku bisa mempertemukan mu dengannya, lalu aku juga bisa membereskan kekacauan ini. Aku tau, black moon sangat berarti untukmu,