"Bagaimana? Apa Kamu setuju untuk menikah dengan Audrey bulan depan? Masalah persiapan pernikahan serahkan semua pada kami." Sebagai owner sebuah EO ternama, tentu bukan masalah sulit bagi Livy menyiapkan pernikahan sang adik walau hanya satu bulan.Masalah gedung dia tinggal menggunakan salah satu hotel mewah keluarga Adinata ataupun keluarga Kiswoyo. Masalah catering bisa menggunakan catering milik adik iparnya, Amira Kiswoyo. Baju pernikahan tinggal menghubungi mama mertuanya, Jenar Kiswoyo. Undangan tinggal membuat di percetakannya sendiri.Ya ... bisa dibilang persiapan pernikahan Gibran dan Audrey ini hanya tinggal persetujuan dari mempelai pria dan wanita saja. Setuju tidak mereka menikah bulan depan?Gibran mengangguk. Dia rasa ini adalah solusi terbaik untuk menjamin keselamatan Audrey. Lagipula dia memang ingin menikahi pujaan hatinya itu. Tentu lebih cepat lebih baik.Sidang skripsi Audrey 'kan sudah selesai. Audrey sudah dinyatakan lulus, tinggal menunggu wisudanya dua bul
"Aku mau menikah bulan depan, tapi ... dengan satu syarat," ujarku seraya menatap manik mata Mas Gibran."Apa?" tanya Mas Gibran dengan lembut seraya mengusap puncak kepalaku."Mas harus berjanji padaku satu hal.""Berjanji apa?""Mas tidak boleh lagi menemui Clara tanpa sepengetahuanku. Apapun alasannya." Bukannya aku over protektif. Ini namanya jaga-jaga alias salah satu bentuk preventif! Bagaimanapun jelas Clara masih mencintai Mas Gibran. Dan namanya laki-laki kalau sering disuguhkan hal-hal yang membuat panas dingin ya jelas akan tergoda juga!Mas Gibran menggangguk setuju. "Aku berjanji. Apapun bentuk komunikasi Kami berdua semua atas sepengetahuanmu."Ok! Bismillah ya semoga Om Tampanku ini tepat janji. Tidak hanya OMDO alias Omong Doang!Dret ... dret ... dret ...Ponsel Mas Gibran berbunyi. Dan ... tampil nama Clara di layar ponselnya. Aelah ... baru juga diomongin, langsung aja si penyanyi dengan jutaan fans ini menelpon calon suamiku. "Angkat aja, Mas. Tapi buat loudspea
Kini tepat tiga minggu semenjak aku diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit. Pertemuan Keluarga juga sudah diselenggarakan guna membicarakan rencana pernikahanku bersama Gibran.Seminggu lagi adalah hari pernikahan Kami. Segala persiapan sudah rampung 90%. Itu semua berkat kerja keras Kak Livy dan tim EO nya.Hari ini Aku sedang bersama Kak Livy di butik kebaya mertuanya. Aku sedang mencoba kebaya yang sudah dirancang khusus oleh Ibu mertua Kak Livy."Cantik sekali," puji Kak Livy ketika melihat calon adik iparnya ini menggunakan kebaya berwarna putih gading dengan aksen payet di banyak sisi. Kak Livy membayangkan terpukaunya Mas Gibran melihat wanita pujaannya ini di hari akad pernikahannya nanti, hehehe.Usai menyelesaikan fitting kebaya akad nikah, Aku bersama Livy menuju butik gaun pesta salah satu sahabat Kak Livy, Kak Thabita.Sebuah gaun semata kaki tanpa ekor berwarna peach tampak sudah siap untuk acara resepsiku. Gaun itu tampak sangat indah di tubuhku. Lagi-lagi membuat Kak Li
"Sore, Sayang," sapa Mas Gibran yang baru saja datang dari kantor. Setelah makan siang bersama kak Livy, aku memang langsung menuju kediaman keluarga Adinata. Aku harus mengajar Gea dan Luna sore ini. Bagaimanapun Aku tetap menjadi guru les privat mereka berdua. "Sore, Mas." "Bagaimana fittingnya tadi?" "Good. Mas sendiri bagaiamana pekerjaan hari ini?" "Good." Sambil menunggu Gea dan Luna bersiap untuk belajar bersamaku, aku memilih untuk segera mengkonfirmasi segala pertanyaan yang melayang di pikiranku sejak pertemuanku dengan Clara siang tadi. "Mas, Kita ke teras belakang yuk! Ada hal yang ingin Aku tanyakan." Mas Gibran menganggukkan kepalanya sebagai bentuk persetujuannya atas permintaanku tersebut. Kamipun bergegas ke teras belakang rumah mewah ini. "Ada apa?" tanya Mas Gibran dengan lembut. Kini kami sudah duduk di sofa teras belakang rumah mewah ini. "Tadi Aku bertemu Clara." "Lalu?" Akupun menceritakan semua yang aku dengar dari mulut Clara tanpa pengecualian. Bag
Gibran menggelengkan kepalanya. Dia tidak setuju dengan praduga Audrey tentang perasaannya pada Audrey dan Clara."Semua pradugamu tidak benar." Gibran kembali meraih tangan Audrey. Menggenggamnya seraya menatap manik mata coklat Audrey. Mencoba kembali menjelaskan alasannya, mengapa selama ini tidak menceritakan fakta mengenai kecelakaan yang menimpa Audrey.Bagi Gibran, Clara hanya kisah masa lalunya. Selama ini dia berusaha mendamaikan Audrey dan Clara bukan karena seperti yang Audrey tuduhkan tadi yaitu karena masih tersisa rasa untuk Clara di hati Gibran sehingga dia ingin tetap melihat Clara dalam lingkaran hidupnya tanpa rasa bersalah, BUKAN!Ini semata demi keselamatan Audrey. Gibran tau betul bagaimana kebringasan Papa Mama Clara jika terobsesi sesuatu. Tidak jauh berbeda dengan sikap Clara. Menghalalkan berbagai cara untuk obsesinya itu.Gibran bukannya tidak punya kekuatan untuk melawan. Dia hanya saja takut suatu waktu pertahanannya longgar sehingga membuka kesempatan untu
"Audrey, percayalah! Di hatiku tidak ada lagi ruang yang Aku sisakan untuk Clara," lirih Mas Gibran seraya menatap lekat manik mata coklatku. Akupun membalas menatap manik mata hitamnya. Aku coba selami tatapan itu. Mencari apakah ada kebohongan dari ucapan Mas Gibran mengenai porsi Clara dalam hatinya. Semakin aku berusaha mencari titik kebohongan itu, semakin tidak bisa aku menemukannya. Semua ucapan Mas Gibran terasa benar apa adanya. Akupun menganggukkan kepalaku. "Ya, Aku percaya," ujarku seraya sedikit tersenyum. "Terima kasih untuk rasa percayamu," lirih Mas Gibran seraya membelai puncak kepalaku. Akupun mengganggukkan kepalaku seraya memberikan segaris senyum pada calon suamiku itu. "Gea dan Luna pasti sudah menungguku. Kita bicarakan lagi nanti setelah makan malam, Mas." "Baiklah," timpal Mas Gibran yang kemudian mencium keningku cukup lama. Jujur Aku masih kecewa dengan fakta bahwa Mas Gibran menutupi kejahatan Clara. Kejahatan yang bisa saja membuatku meregang nyawa.
Kurang 3 hari lagi menjelang pernikahanku dan Mas Gibran. Persiapan pernikahan kami bisa dibilang sudah 98%. Hebat sekali bukan Kak Livy dan tim WO miliknya. Padahal persiapannya hanya satu bulan.Sesuai yang direncanakan, kami akan melangsungkan pernikahan di salah satu hotel mewah milik Adinata Group. Untuk kebaya akad menggunakan kebaya berwarna putih gading dengan beberapa tule dan payet nuansa gold karya Jenar Kiswoyo, mertua Kak Livy yang merupakan desainer kebaya ternamaan negeri ini. Untuk gaun pernikahan menggunakan gaun modern lengan panjang dengan backless di area punggung. Gaun berwarna bronze itu karya sahabat Kak Livy yang juga merupakan desainer muda berbakat negeri ini, Kak Thabita.Untuk catering diserahkan pada Kak Amira Kiswoyo, adik ipar Kak Livy. Undangan pernikahan dan Souvenir pernikahan tentu dibuatkan khusus oleh Livy Wedding Corp. Bisa dibilang aku dan Mas Gibran hanya tinggal duduk manis saja dalam persiapan pernikahan ini. Istimewanya aku juga sempat menga
"Loh, ada Jay. Ayo duduk juga, Jay!" Mama mempersilahkan Jay duduk di sofa. Namun bodyguard kesayangan Mas Gibran itu menolak dengan sangat sopan. Jay memilih untuk tetap bediri di sampingku. Sikap dan posisi seperti itu yang memang selalu dia lakukan setiap radarnya menangkap ada ancaman bahaya di sekitarku.Mama yang datang dari arah dapur bersama Dewi segera meminta salah satu pegawainya itu menyajikan secangkir teh dan sepotong lemon cake yang sudah mereka siapkan."Ayo, dinikmati dulu teh dan cake-nya," ujar Mama pada Clara."Wah, ini sepertinya lemon cake Alina Gump." Clara tampak antusias. "Ini cake kesukaan Saya, Tante. Hampir setiap minggu Saya order melalui Gr*bfood."Ah, bisa saja Clara membuat prolog percakapannya hari ini dengan Mama. Let's see sejauh mana drama kumbara hari ini. Pastinya Aku akan melawan apapun yang terjadi. Aku sudah lelah dengan segala drama ciptaan penyanyi semok ini."Wah, Tante tersanjung sekali kalau memang cake Alina Gump bisa disukai seorang peny