Diana dan Xander bertengkar saat Xander memutuskan untuk menghubungi polisi atas insiden penculikan yang dialami Aldrian sementara Diana melarangnya karena terlalu takut jika Aldrian mendapat bahaya.
Sebisa mungkin Xander menjelaskan dan memberi pengertian pada sang Ibu bahwa kasus seperti ini memang tidak bisa diselesaikan sendiri tanpa campur tangan pihak kepolisian.
Berkat bantuan Mischa akhirnya Diana pun bersedia mengikuti saran Xander untuk melaporkan kasus ini pada pihak yang berwajib.
Dibantu oleh kinerja terbaik dari pihak kepolisian serta campur tangan Jarvis dan kelompoknya, Xander akhirnya bisa mendapati identitas si penelepon misterius yang sudah berani mencari masalah dengannya.
Semoga suka... Jangan lupa vote dan komentnya...
"Jika kamu sampai membunuh Xander, maka senjata ini akan ikut membunuh Ibumu juga. Ibu lebih baik mati daripada hidup dengan anak sepertimu," "Ibu..." lirih Aldrian tercengang saat Diana benar-benar melakukan perkataannya. Wanita paruh baya itu menodongkan senjata ditangannya tepat ke arah pelipis kanannya. "Ibu kecewa padamu, Aldrian..." ucap Diana lirih dengan air matanya yang terus mengalir. Melihat keadaan sang Ibu hati Aldrian yang tadinya diliputi kebencian perlahan luluh hingga membuatnya merasa bersalah. Kedua tangan lelaki itu yang tadinya menodongkan senjatanya ke arah Xander perlahan turun dan merosot di kedua sisi tubuhnya.
Hari ini Aliana sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Jarvis yang menjemputnya."Jadi, kita mau kemana sekarang?" tanya Jarvis pada Aliana saat mobil yang dikendarai Jarvis baru saja keluar dari area parkir rumah sakit.Aliana bingung harus menjawab apa. Dia jelas tak memiliki tujuan saat ini. Meski setelahnya satu hal yang terlintas dalam benak Aliana menjadikan dirinya memiliki jawaban atas pertanyaan Jarvis."Kemarinkan aku sudah bilang, aku ingin bertemu dengan Denis di lapas," jawab Aliana meski dalam hari dipenuhi dengan keraguan. Setelah apa yang telah dilakukan Denis terhadapnya, haruskah kini dia tetap mengasihani lelaki itu? Entahlah, Aliana benar-benar bingung.Cintanya untuk Denis jelas belum terhapus, hanya saja ke
Seorang lelaki tergugu dibalik dinding jeruji besi.Dia duduk memeluk kedua lutut dengan sesekali lelehan air matanya yang menetes di pipi.Sebuah tamparan keras yang dilayangkan sang Ibu kepadanya beberapa hari yang lalu terus saja terbayang dalam benaknya dan tak mau pergi.*PLAK!Aldrian tertegun dalam keterkejutannya saat mendapati sebuah pukulan keras di wajahnya.Diana yang hari itu datang menjenguknya ternyata bukan datang karena mengkhawatirkan keadaannya melainkan karena ingin meluapkan amarahnya pada Aldrian.Sebuah tangan lembut yang dahulu bahkan tidak pernah memukulnya satu kalipun, tapi lihatlah, kini sang Ibu bah
Malam ini Mischa dan Arsen dijemput oleh Diana karena mereka berencana untuk makan malam bersama di apartemen pribadi Xander. Besok pagi, Xander akan pulang dari rumah sakit setelah hampir satu bulan dirinya dirawat. Niatnya, Mischa dan Diana ingin membuat surprise untuk kepulangan Xander. Itulah sebabnya secara sengaja, Diana mengajak Mischa menginap di apartemen Xander malam ini sekalian bebenah untuk acara penyambutan besok. Rencananya, nanti Diana tidak ikut ke rumah sakit untuk menjemput kepulangan Xander karena ingin memberi surprise saja di apartemen. "Kenapa hari ini kita tidak ke rumah sakit menjenguk Papah, Mah? Apa benar Papah besok mau pulang?" tanya Arsen saat mereka sedang dalam perjalanan menuju apartemen pribadi Xander. "Iya benar. Besok Papah akan pulang dari rumah sakit. Itulah sebabnya Mamah dan
Kepulangan Xander kembali ke apartemen pribadinya disambut meriah oleh Arsen dan Diana, juga Sarah. Mischa yang memang bertugas untuk menjemput Xander tampak berjalan memapah Xander dan tersenyum lebar di samping lelaki itu. "Sudah Mischa, jangan berlebihan. Aku baik-baik saja," ucap Xander ketika Mischa hendak membantu Xander yang masih harus berjalan dengan bantuan tongkat untuk duduk di sofa. "Kamu memang beruntung Xander, Mischa itu adalah wanita paling baik dan tulus yang pernah Omah kenal. Dia wanita yang memiliki pendirian tegas dalam memilih siapa lelaki yang pantas untuknya. Dan yang pasti, Mischa sudah menentukan pilihan yang paling benar dengan memilihmu bukan Aldrian. Benarkan Mischa?" ucap Shinta dengan segala sandiwara palsuny
Pagi ini, niat Xander untuk menjenguk Dirga di rumah sakit jiwa terpaksa batal akibat penyakit jantung yang diderita sang Omah kambuh hingga mengharuskan dirinya pergi ke rumah sakit untuk mengantar sang Omah. Di rumah sakit, Xander berpapasan dengan orang tua Mendy saat dirinya menemani Arsen membeli makanan dan minuman di minimarket. Dari kedua orang tua itulah Xander mengetahui bahwa Mendy kini tengah dirawat di rumah sakit itu. "Jika kamu memiliki waktu senggang, mampirlah ke ruang rawat Mendy. Siapa tahu dengan kehadiranmu, kesehatan Mendy lekas membaik," ucap salah satu orang tua Mendy sebelum mereka hendak pergi meninggalkan minimarket. Meski enggan, Xander terpaksa menyanggupi permintaan itu dengan maksud sebatas menunjukkan rasa hormatnya saja. Setelah memastikan keadaan Sarah sudah membaik pasca penanganan medis di rumah sakit, Xander pun berniat menyambangi Mendy ke ruangan
Setelah berhasil menghubungi Jarvis dan memastikan bahwa Aliana tidak bertemu dengan Mischa, Xander langsung membalas pesan Mischa detik itu juga. Perasaannya yang kian berkecamuk perlahan menjadi lebih tenang. Xander Kamu di mana sekarang? Masih di luar? Xander selesai membalas pesan Mischa dan terdiam beberapa saat untuk menunggu. Satu menit... Dua menit... Dan sepuluh menit Xander menunggu, namun pesan balasan dari Mischa tak kunjung dia terima hingga akhirnya Xander pun memutuskan untuk keluar area rumah sakit. Setelah mencari ke sana kemari namun tak ditemukannya Mischa, Xander memilih untuk kembali ke ruang rawat sang Omah. Lelaki berkemeja hitam itu tersenyum lega saat mendapati Mischa dan Arsen di ruangan itu. Mischa tampak asik mengobrol bersama Sang Omah, sementara Arsen asik bermain robot dan mobil-mobilan di sofa. "Xander? Kamu darimana saja?" tanya sang Omah. "Tadi, habis men
Keesokan harinya, setelah melalui perdebatan panjang antara Mischa dan Xander akhirnya keputusan pun diambil.Hari itu, Arsen, Mischa dan Xander berangkat menuju Surabaya menggunakan kendaraan pribadi. Kepergian mereka diantar oleh Aldrian dan Diana sampai di teras rumah.Usai berpamitan kendaraan roda empat yang dikemudikan Raga pun melaju perlahan.Semoga apa yang kalian rencanakan bisa lekas terwujud...Bisik Diana dalam hati dengan satu titik air matanya yang mengalir, dia menatap nanar mobil Xander yang perlahan menghilang dari pandangan.Hampir lima jam di perjalanan Mischa tak kunjung buka suara. Hanya terdengar celotehan Arsen yang berteriak girang dari belakang saat kendaraan Xander melalui jalan tol di mana di sana terlihat begitu banyak gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi sisi kiri dan kanan jalan.Arsen tampak begitu bersemangat. Hingga setela
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?