Jia bangkit dari ranjang lalu pergi bersiap. Malam ini juga, ia memutuskan untuk berangkat."Ibu akan memperlihatkan padamu rumah baru kita sayang, jika suatu hari nanti saat kau lahir ke dunia ini kau tidak perlu lagi bertemu dengan orang-orang jahat seperti Shella di kehidupan berikutnya.." Jia mengusap perutnya, dengan pantulan wajah yang tersenyum dari cermin ia merasakan kekuatan yang sangat memicu semangatnya.Kakinya pun bergerak untuk mengambil beberapa surat penting sebelum akhirnya melenggang pergi.Suara jarum jam yang seolah semakin terdengar jelas karena suasana sunyi yang menghiasi kamar, membuat Allen akhirnya bangun dari tidurnya. Ia memijat pelipisnya, sensasi pusing yang menjalar itu semakin lama memberatkan kepalanya."Kenapa aku merasa sangat pusing?" Allen terus memijat pelipisnya sebelum akhirnya terkejut memandangi kekosongan yang berada di sampingnya. Seingatnya ia bersama Jia. Kemana perginya wanita itu sekarang?Allen mencoba mengin
Beberapa menit kemudian, Allen dan Gael akhirnya keluar dari kamar bersama dengan Lily. Wajah Gael yang terlihat seperti tersipu membuatku tentang penasaran apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka.Allen tidak dapat menghindari untuk bertatapan dengan Max, ia merasa bersalah dan mencoba meminta maaf, bagaimanapun Max dan dirinya terpaut umur yang begitu jauh.Walaupun rasa pusing terus menghantam dirinya, tetapi Max berusaha untuk berdiri saat Allen mencoba mendekatinya. Ia tahu sepertinya pria itu ingin meminta maaf padanya.Allen menarik napasnya dan menatap Max yang kini berada di hadapannya. "Aku-""Tidak perlu meminta maaf, aku tahu kau melakukannya karena emosi bukan? Tetapi bisakah aku meminta tolong padamu?"Kembali menatap dengan seksama, kini Alex pun ikut berdiri karena penasaran. Apa yang ingin Max katakan? Meminta tolong? Apa?"Esok, bisakah kau membawa Shella bersamamu? Kau mengatakan akan membantu untuk pindah dari Apartemen ini bukan?
Walaupun Allen mendapatkan berita yang begitu besar tentang Jia dan lagi hal itu menyangkut dirinya, ia hanya bisa terdiam dan mencoba memendam semuanya. Karena ia tidak ingin membuat Shella merasa khawatir padanya, untuk itulah ia mencoba membenarkan kembali pakaian dan bergegas pergi bersama Lily.Beberapa jam Jia menunggu Allen keluar dari kediamannya, akhirnya Allen pun keluar bersama dengan mobilnya. Tentu Allen tidak akan mengenalinya karena sekarang Jia tengah menyamar.Jia membuka maskernya dan pergi ke dalam. Semua orang yang bekerja menatapnya dengan bingung, mungkin karena dirinya yang awalnya pergi dan tiba-tiba kembali. Tetapi ia tidak peduli dan masuk ke rumah.Di kamarnya, kini Jia benar-benar terkejut dengan betapa berantakannya kamar yang ia tinggali. Perlahan-lahan kakinya terdorong untuk mendekat dan melihat betapa berantakannya barangnya sekarang."Apakah ini perbuatan Allen?" Tidak ada nama lain yang ada dibenak Jia. Namun jika Allen telah m
Max dan Allen benar-benar tidak tahu harus pergi kemana lagi karena mereka tidak menemukan Shella di manapun. Akhirnya Allen memutuskan untuk pergi ke Apartemen dan menunggu di sana. Di Apartemen Gael dan Alex lebih dulu tiba di Apartemen setelah mendapatkan kabar jika Shella telah dibawa paksa oleh Jia terlebih Allen juga mengatakan jika keadaan Shella tidak baik. Pemikiran Gael tentang Shella benar-benar membuatnya terganggu, ia seperti akan gila karena tidak berada disisi Shella kala wanita itu membutuhkannya. Gael yang berada di dekatnya dan menangis membuat Alex pun merasa khawatir dengan kondisi Shella. "Kau pasti mengkhawatirkannya bukan?" ucap Alex. "Apa kau tidak? Aku sangat takut jika Jia melakukan hal buruk pada Shella, kau tahu seperti apa hubungan mereka? Jelas Jia akan melakukan hal buruk pada Shella!" Gael menutup wajahnya dan membiarkan airmata nya mengalir. Alex ingin menanggapi perkataan Gael namun bel lebih dulu berbunyi dan memaksanya untuk bangkit l
Sebuah dorongan memaksa Allen untuk mendekat pada Gael dan berkahir meletakkan kedua tangannya di wajah Gael.Perbuatan Allen pada Gael membuat dirinya kikuk. "Allen?" Matanya berusaha menghindar dari tatapan Allen."Mungkin aku sudah terlambat untuk mengatakannya saat ini tetapi aku menyukaimu Gael!"Pengakuan Allen membuat Gael terpaksa menatap mata Allen. "Menyukaiku? Kau?"Kini Allen lebih mendekatkan wajahnya pada Gael hingga ia menutup matanya kala keningnya dan Gael saling beradu. "Aku tahu kau pasti tidak percaya bukan? Tetapi entah kenapa aku merasa aku harus mengungkapkan perasaanku hari ini dan jika tidak, mungkin aku tidak akan pernah bisa mengungkapkannya di kemudian hari!" Allen kemudian menutup kedua matanya dengan posisi awal pada Gael yang tidak berubah.Hembusan napas Allen bahkan bisa Gael rasakan dan ia benar-benar sangat terkejut sekaligus merasa senang. Tetapi apakah menyatakan perasaan disaat seperti ini dapat dibenarkan?Gael akhi
Akhirnya perselisihan antara aku dan Jia berkahir dengan perginya Jia dari kehidupanku. Aku sangat merasa senang karena tidak lagi memiliki permasalahan dengan Jia lagi untuk selamanya namun kini justru aku membuat Allen berbaring di Rumah Sakit dengan keadaan yang belum ku ketahui baik atau tidaknya kondisinya.Bukan hanya diriku saja yang mendapat perawatan karena terluka, baik itu Max, Gael dan Alex pun mendapatkannya. Kini aku menunggu di area luar ruangan Allen bersama dengan Lily. Aku berusaha membuatnya tertidur dengan memeluknya."Tidurlah Lily?"Lily mengeratkan pelukannya pada pinggang Shella. "Apakah Kakak Allen akan baik-baik saja?" Bagaimana bisa Lily tidak khawatir sedangkan ia melihat semuanya dengan jelas bahwa Allen terkena sebuah tembakan.Aku menggapai pucuk kepala Lily lalu mengelusnya. "Jika kau tertidur kau akan tahu keadaan Allen nantinya? Jadi tidurlah dahulu?"Sebenarnya Lily tidak ingin tertidur tetapi entah kenapa sejak saat membuk
Melihat Shella yang sepertinya marah setelah berbicara dengan Elisa. Max tidak berniat untuk mengatakan apapun selama dalam perjalanan. Hingga akhirnya ia tiba di rumah baru merekaShella lebih dulu membuka pintu lalu Max menyusul dan menutup pintu. "Apa aku harus menengakan amarahnya?" Max merasa bingung dengan situasi ini karena setiap kali dirinya merasa marah maka ia akan menengakan diri. Mungkinkah Shella memiliki cara yang sama dengannya atau justru tidak?Max hanya memandangi Shella yang kini telah masuk ke kamar. "Lebih baik aku membiarkan dirinya sendiri untuk sementara waktu! Itu bukan tidakkah yang salah? Tentu tidak! Mungkin..." Akhirnya Max pun memasuki kamarnya.Mendengar kenyataan tentang Rose dan juga bukti rekaman CCTV yang dibawa Elisa membuat diriku merasa ragu untuk mempercayai siapapun. Terlebih saat ini aku terpaksa tidak mengunjungi Allen. Aku telah memberitahu Gael agar dia tidak mengharapkan kedatanganku.Suara handphone tiba-tiba membua
Aku dan Max hanya terdiam seraya menunggu kabar baik mengenai kondisi Elisa, setelah berhasil mengantarkannya ke rumah sakit."Max... Bagaimana jika Elisa... Benar-benar tidak tertolong?" tanyaku."Berhentilah menghawatirkan hal itu Shella. Aku yakin Elisa akan baik-baik saja! Karena aku mengenal kedua orang tua Elisa aku sengaja menelpon mereka untuk segera datang kemari."Max tidak menceritakan hal ini sebelumnya padaku. "Mereka tengah kemari?" "Benar dan mungkin sebentar lagi mereka akan datang! Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Elisa tolong jangan membuka suara-""Tidak mungkin aku bisa melakukannya Max? Karena akulah-""Karena aku yang akan bertanggung jawab penuh!"Perkataan Max yang selalu saja mengajukan pendapat secara sepihak membuatku marah. "Tidak akan! Aku tidak akan berdiam diri dan tidak mengatakan apapun jika sesuatu yang buruk terjadi pada Elisa karena akulah yang membuat Elisa seperti ini? Kau tidak harus terus-menerus bertanggung jawab atas semuanya Max!"Bukank
Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim
Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper
Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan
Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke
Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih
Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti
Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya
Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal
Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b