Akhirnya perselisihan antara aku dan Jia berkahir dengan perginya Jia dari kehidupanku. Aku sangat merasa senang karena tidak lagi memiliki permasalahan dengan Jia lagi untuk selamanya namun kini justru aku membuat Allen berbaring di Rumah Sakit dengan keadaan yang belum ku ketahui baik atau tidaknya kondisinya.Bukan hanya diriku saja yang mendapat perawatan karena terluka, baik itu Max, Gael dan Alex pun mendapatkannya. Kini aku menunggu di area luar ruangan Allen bersama dengan Lily. Aku berusaha membuatnya tertidur dengan memeluknya."Tidurlah Lily?"Lily mengeratkan pelukannya pada pinggang Shella. "Apakah Kakak Allen akan baik-baik saja?" Bagaimana bisa Lily tidak khawatir sedangkan ia melihat semuanya dengan jelas bahwa Allen terkena sebuah tembakan.Aku menggapai pucuk kepala Lily lalu mengelusnya. "Jika kau tertidur kau akan tahu keadaan Allen nantinya? Jadi tidurlah dahulu?"Sebenarnya Lily tidak ingin tertidur tetapi entah kenapa sejak saat membuk
Melihat Shella yang sepertinya marah setelah berbicara dengan Elisa. Max tidak berniat untuk mengatakan apapun selama dalam perjalanan. Hingga akhirnya ia tiba di rumah baru merekaShella lebih dulu membuka pintu lalu Max menyusul dan menutup pintu. "Apa aku harus menengakan amarahnya?" Max merasa bingung dengan situasi ini karena setiap kali dirinya merasa marah maka ia akan menengakan diri. Mungkinkah Shella memiliki cara yang sama dengannya atau justru tidak?Max hanya memandangi Shella yang kini telah masuk ke kamar. "Lebih baik aku membiarkan dirinya sendiri untuk sementara waktu! Itu bukan tidakkah yang salah? Tentu tidak! Mungkin..." Akhirnya Max pun memasuki kamarnya.Mendengar kenyataan tentang Rose dan juga bukti rekaman CCTV yang dibawa Elisa membuat diriku merasa ragu untuk mempercayai siapapun. Terlebih saat ini aku terpaksa tidak mengunjungi Allen. Aku telah memberitahu Gael agar dia tidak mengharapkan kedatanganku.Suara handphone tiba-tiba membua
Aku dan Max hanya terdiam seraya menunggu kabar baik mengenai kondisi Elisa, setelah berhasil mengantarkannya ke rumah sakit."Max... Bagaimana jika Elisa... Benar-benar tidak tertolong?" tanyaku."Berhentilah menghawatirkan hal itu Shella. Aku yakin Elisa akan baik-baik saja! Karena aku mengenal kedua orang tua Elisa aku sengaja menelpon mereka untuk segera datang kemari."Max tidak menceritakan hal ini sebelumnya padaku. "Mereka tengah kemari?" "Benar dan mungkin sebentar lagi mereka akan datang! Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Elisa tolong jangan membuka suara-""Tidak mungkin aku bisa melakukannya Max? Karena akulah-""Karena aku yang akan bertanggung jawab penuh!"Perkataan Max yang selalu saja mengajukan pendapat secara sepihak membuatku marah. "Tidak akan! Aku tidak akan berdiam diri dan tidak mengatakan apapun jika sesuatu yang buruk terjadi pada Elisa karena akulah yang membuat Elisa seperti ini? Kau tidak harus terus-menerus bertanggung jawab atas semuanya Max!"Bukank
Robert segera keluar dari ruangan rahasia tersebut, ia tidak ingin menyia-nyiakan kehidupannya dan mati secara tidak manusiawi seperti ini.Dapat Mia dengar jika suara langkah kaki yang begitu terburu-buru tersebut adalah milik Robert yang mengikutinya. Namun ia tidak mengerti kenapa pria itu justru pergi?Akhirnya Mia telah selesai mengambil beberapa barang yang ia butuhkan. Ia pun pergi dari ruangan rahasia tersebut tetapi sayangnya ia menghentikan langkahnya kala mendengar suara dari balik kotak yang telah terbuka.Matanya terpaku begitupun rasa penasarannya. "Apa itu?" Akhirnya Mia mendekat dan menilik sesuatu dibalik kotak tersebut.Kedua bola matanya melebar saat bom waktu berada di kotak tersebut, terlebih bom tersebut tengah berjalan. Kaki Mia menuntut untuk melangkah mundur dan ia pun berbalik lalu berlari secepat mungkin. Namun sayangnya timer yang dipasang di bom waktu tersebut telah berkahir.Kini Robert ragu untuk melompat dari jendela kama
Akhirnya tibalah aku di kediaman Max yang begitu memanjakan mata.Kami tiba di kediaman Max setelah menempuh perjalanan panjang di pesawat lalu kembali melanjutkan perjalanan dengan sebuah mobil."Maafkan saya jika kepulangan Anda tidak bisa saya sambut dengan baik-""Berhentilah berbicara seperti itu Viano. Kepulangan ku hanya karena ingin melihat Ayah, lalu untuk apa aku harus di sambut dengan baik?"Mataku menatap kaki ku yang tengah melangkah. Aku terpikirkan Jia yang saat itu diperkenalkan Ayah sebagai pengganti ibuku. Saat itu juga kami mengadakan acara penyambutan seolah Jia akan membawa sebuah keberuntungan pada keluarga kami."Shella?" Pandangan Shella yang terus saja menatap kearah bawah membuat Max sedikit penasaran dengan apa yang tengah dipikirkan oleh Shella."Tidak ada apa-apa!" Aku tahu jika Max menghawatirkan diriku untuk itu aku mengatakannya.Viano membuka pintu dan segera membawa Max ketempat ayahnya berada saat ini.Airmata M
Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b
Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal
Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya
Pertemuan yang tidak terduga itu membawa Alex berkahir duduk bersama mereka yang mengelilingi Allen."Jadi dia Shema?" Melihat Shema yang ternyata anak dari Shella dan Max membuat Alex senang. Ia bahkan tidak dapat mengalihkan pandangannya darinya.Max tersenyum, walaupun ia sedikit kesal karena beberapa hal tentang Alex di masa lalu. "Dia sangat mirip denganku bukan?" Wajah Max begitu ceria saat menayangkannya, namun Alex hanya menatap datar padanya. "Menurutku... Tidak! Shema benar-benar sangat mirip dengan Shella!" jawab Alex menyunggingkan senyumnya pada Shella."Tidak! Shema cucuku sangat mirip dengan diriku, benarkan cucu ku?" Tidak mau di bandingkan, Thomas akhirnya memilih jalan yang mungkin terdengar tidak masuk akal ini.Wajah Alex mengungkapkan semuanya dan aku hanya tersenyum seraya menangapi perkataan ayah."Apakah kau memiliki perlu Alex sehingga datang ketempat Gael?" tanyaku yang sejak tadi ingin mengatakannya.Wajah Alex seperti akan terbakar karena rasa malu, bagaim
Veny, Oky dan Jordi akhirnya masuk ke rumah tua tempat peristirahatan terakhir Elisa, di tempat ini juga Elisa dimakamkan. Veny pun memulai acara pemakaman.Beberapa menit kemudian pemakaman akhirnya telah selesai, seperti kebiasaan mereka Veny selalu tinggal dan Oky, Jordi pergi lebih dahulu.Sebuah kotak yang berukuran cukup besar itu akhirnya Veny buka, terlihatlah dua cangkir yang malam itu ia dan Elisa gunakan.Dengan perasaan yang berat Veny menyusun cangkir tersebut di atas meja lalu menuangkan teh yang ia telah siapkan sebelumnya."Selamat minum..." Veny menikmati teh tersebut dengan berat hati, lalu kembali menaruhnya kala tehnya telah habis.Ingatan Veny kembali ke beberapa bulan yang lalu saat Elisa masih berada di sampingnya. "Kau merasa senang? Bagaimana rasanya hidup disana? Aku juga ingin pergi dan merasakannya!" Akhirnya airmata mata Veny mengalir.Dadanya sesak dan terasa begitu sempit, ia sangat tidak menginginkan semuanya terjadi seper
Thomas menikmati makan malam bersama dengan keluarganya, yang kini bertambah satu orang. Sejak tadi Thomas melihat Max yang begitu perhatian terhadap Shella kebersamaan keduanya membuat ia teringat seseorang yang kini telah pergi.Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Viano dapat duduk kembali di meja makan yang begitu sepi kehangatan ini. Thomas mencoba membuang pikirannya sejenak dan menatap Viano, ia lupa menanyakan keadaan Martin dan Daniel padanya. "Viano? Bagaimana dengan Martin dan Daniel?" "Mereka telah di sana, aku akan bertanggung jawab hingga mereka akhirnya menyadari perbuatan mereka, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk itu!" jelas Viano.Tentu pembicaraan keduanya dapat kudengar dengan jelas. Mendengar nama Martin kembali di sebutkan sebuah ingatan di hari itu muncul di benakku.Max pun mendengar apa yang dikatakan ayahnya dan Viano, hanya saja ia merasa sedih melihat Shella yang tiba-tiba berekspresi tegang. Ia pun memandang ayah dan
Wajah Martin kala ini sungguh jauh dari kata baik begitupun dengan Daniel. Akibat perkelahian yang mereka lakukan.Daniel lebih dulu bangkit untuk duduk, senyumnya mengembang kala melihat Martin. "Akhirnya aku dapat memukulmu!" "Sial! Kau pikir siapa yang lebih parah di antara kita?" Martin bangkit dan berdiri. "Ayo kita buat rencana, pasti saat ini Thomas telah sembuh dan berniat mencari kita. Jika kita tertangkap maka aku pastikan dia akan benar-benar memasukkan kita ke penjara."Cara jalan Martin yang begitu berat membuat Daniel kembali tersenyum. "Setidaknya aku berhasil membalaskan pukulan hari itu!"Tibalah saatnya dimana Thomas akan membawa kedua adiknya tersebut kembali, terlebih Viano telah mengetahui keberadaan mereka.Kedua bola mata Thomas melirik kearah Viano yang tengah berdiri di sampingnya. "Siapkan semuanya! Kali ini kita akan menangkap Martin dan Daniel."Viano memahami perasaan Thomas, ia bahkan dengan sengaja menceritakan beberapa ke
Viano yang awalnya berada di luar area rumah sakit memutuskan untuk masuk kedalam dan menemui Max untuk menyampaikan beberapa informasi yang ia dapatkan. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktu lagi dan ingin segera menangkap Martin dan Daniel akan tetapi mengingat janjinya pada Max ia memutuskan untuk kembali dan memberikan kabar ini.Max yang tengah sibuk di ruangan ayahnya akhirnya berhasil keluar setelah Dokter datang lalu membius ayahnya. Ia pun keluar dan mendapati Viano duduk di kursi. Viano mendongak. "Bagaimana keadaan Thomas?""Ayah benar-benar tidak berubah sedikitpun, dia masih tetap keras kepala seperti dulu. Bagaimana denganmu? Kau tidak mengejar mereka berdua bukan?""Martin dan Daniel? Tidak! Aku telah berjanji pada seseorang untuk kembali?"Max tertawa. "Hahaha... Aku senang kau berbicara seperti ini denganku, Viano?""Benarkah? Sepertinya aku harus berbicara seperti ini sampai seterusnya?""Itu tidak buruk dan terdengar jauh lebih
Karena Elisa penasaran dengan kota yang ia tinggali seperti apa, ia pun memutuskan untuk mengelilingi kota tersebut beberapa hari setelah kedatangannya kemari dan begitupun dengan hari ini.Elisa pergi seorang diri tanpa penjaga atau pengawas siapapun, kedua orang tuannya pun tidak mempermasalahkan hal tersebut dan membiarkan Elisa bebas. Melihat sebuah danau yang indah, Elisa mengentikan mobilnya dan turun. Angin yang menerpa wajahnya dan cuaca yang cerah membuat suasana terlihat indah. Begitupun dengan pemandangan danau dan beberapa keluarga yang berujung untuk menikmati waktu santai bersama dengan keluarga mereka."Tidak buruk jika aku pergi kemari bersama Ayah dan Ibu." Elisa duduk untuk menikmati keindahan seperti orang-orang.Beberapa menit kemudian setelah menikmati momen tenang tersebut, ia memutuskan untuk pergi namun tiba-tiba seseorang duduk disampingnya. Dari penampilannya yang serba tertutup tentunya ia tidak mengenali siapa orang itu."Lama ti
Dengan pisau yang berada di tangannya ini, Martin akan mengakhiri semuanya.Akhirnya Martin telah mendapatkan sidik jari Thomas di surat yang ia bawa. Segera ia memasukan kembali surat penting itu dan kini ia akan menjalankan rencana keduanya.Matanya menatap Thomas. "Kau tidak perlu khawatir Thomas. Karena setelah ini semuanya akan berkahir, jadi hiduplah lebih baik lagi di kehidupan mu yang baru? Selamat tinggal-"Kepala Martin berdenyut ketika mendapati sebuah benda tumpul berukuran kecil menghantam kepalanya dengan begitu kuatnya, hingga ia terhuyung.Setelah mendapatkan peluang aku segera mengambil handphone yang tengah mengeluarkan cahaya itu untuk memantau kondisi ayah Max. Aku memeriksa detak jantung dengan indra pendengaran ku dan mendapati jantung ayah Max masih berdetak."Syukurlah... Aku harus segera membawanya sebelum orang itu kembali bangun?" Perlahan-lahan aku berusaha mencari cara untuk memindahkan ayah Max, karena alat medis di samping tubuhnya terpasang begitu banya
Perlahan-lahan aku berhasil membuka mataku dan aku langsung mengingat hal yang aku dan Max lakukan malam tadi. Wajahku pun memerah karena mengingat kejadian itu. Segera aku pergi ke kamar mandi dengan terburu-buru dan mencari Max karena dia tidak berada di ranjang.Sejak tadi Max selalu memandangi gelas kosong. Pikirannya benar-benar tidak dapat terkontrol malam tadi dan terjadilah hal itu. Sebagai seorang pria tentunya Max sangat menantikan momen tersebut namun ia hanya sedikit takut jika saat Shella bangun maka dia akan terkejut dan mungkin saja marah padanya, walaupun terlihat tidak mungkin karena malam tadi Shella yang dengan senang hati melakukannya, ia bahkan berulang kali mencoba menahan diri tetapi Shella sepertinya menerima.Hari ini mungkin akan lebih baik jika Max menghindari Shella sedikit? "Bagaimana jika dia benar-benar hanya bercanda dan tidak melakukannya dengan senang hati-""Kau seperti orang gila, berbicara seorang diri Max?" sela Daniel yang awal
Segera Gael mendongak setelah mendengar perkataan Alex. "Apa... Apa maksudmu?"Wajah yang tampak tidak ingin berkata jujur itu membuat Alex tersenyum. "Katakan padaku kenapa Allen bisa menyukaimu?"Gael terdiam, ia benar tidak salah dengar bukan? Alex mengatakan tentang kenapa Allen menyukainya? Tetapi kenapa Alex tahu, mungkinkah Allen telah lebih dulu memberitahu Alex sebelumnya?"Allen yang mengatakannya padamu?"Alex menyatukan alisnya, sepertinya Gael tidak paham candaannya. "Lupakanlah! Aku akan pergi mencari sesuatu jadi pastikan Lily tidak mencari ku?" Gael menatap Lily yang tertidur pulas dengan jaket Alex sebagai selimutnya. Setelah kepergian Shella, Lily menjadi dekat dengan sosok Alex dan bahkan Lily tidak ingin bermain apapun bersama Gael.Tetapi itu cukup menguntungkan bagi Gael karena ia tidak harus bersusah payah menjaga Lily dan ia juga bisa menghabiskan waktu dengan Allen."Apa aku salah mendengar dari Dokter jika kau akan segera b