Rohander, yang masih memegang Agatha di pelukannya, memutuskan untuk segera membawanya keluar dari tempat Lucas. Begitu mereka sampai di mobil, kemarahan yang ditahan sejak tadi mulai meledak."Apa yang kau pikirkan, Agatha?" suara Rohander menggelegar, membuat suasana di sekitar mereka semakin tegang. "Beraninya kau mengambil keputusan sendiri, tidak melapor padaku? Kau tahu ini bisa saja berakhir buruk!"Agatha, yang sejak tadi hanya mendengarkan dengan senyum tipis di bibirnya, tiba-tiba terbatuk pelan. Rohander berhenti sejenak, mengamati wajahnya yang mendadak pucat. “Agatha, ada apa?” tanyanya, suaranya berubah menjadi lebih tenang, meskipun amarah masih menggelegak di bawah permukaan.Agatha menundukkan kepala, mengangkat tangan untuk menutup mulutnya, tapi tak mampu menahan batuk yang lebih keras lagi. Saat tangannya terangkat kembali, bercak-bercak merah darah terlihat jelas di telapak tangannya."Agatha!" Suara Rohander berubah dari kemarahan menjadi kekhawatiran dalam sekej
Ketika Rohander masih memeluk Agatha, pintu kamar tiba-tiba terbuka dan Lucas masuk dengan langkah tergesa-gesa. Ekspresinya yang biasanya penuh percaya diri kini tampak cemas. Matanya mencari-cari Agatha dengan penuh perhatian."Bagaimana kondisi Agatha?" Lucas bertanya, nada suaranya menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Dia mendekat, mengabaikan kehadiran Rohander yang tampaknya sudah siap untuk merespons dengan amarah jika diperlukan.Rohander melepaskan pelukannya dari Agatha dan berdiri di sampingnya. Dia menatap Lucas dengan tatapan campur aduk—marah, bingung, dan sedikit tidak percaya. Namun, dia tidak menghalangi Lucas untuk mendekati Agatha. Sebaliknya, dia hanya berdiri dengan tenang, seolah ada sesuatu yang lebih besar yang sedang dipertaruhkan.Lucas mengamati Agatha dengan seksama, melihat kondisi tubuhnya yang tampak lemah dan terbaring di ranjang. Hanya ada sedikit bekas luka di wajahnya, tetapi dia bisa melihat betapa ringkihnya keadaan Agatha saat ini. Dia berjongk
"KELUAR AGATHA SAYANG! AKU TAK AKAN MENYAKITIMU! PATUHLAH!""SIAPA YANG KAU PANGGIL SAYANG?! DASAR BRENGSEK! PERGI KAU SIALAN!" Balas Agatha pada Pria yang saat ini tengah berusaha mendobrak pintu kamarnya, berusaha untuk masuk.Pria itu tak lain adalah Rohander Frigo, Pria yang merajai pasar ekonomi dunia dengan berbagai jenis usahanya yang besar. Agatha mengetahui fakta itu kemarin malam, saat sebuah artikel tentang Pria lewat pada beranda kolom pencarian internetnya.Dan fakta itu cukup membuat Agatha dipaksa berpikir keras, tentang alasan Rohander menguntitnya selama ini.Pria itu bahkan hampir mematahkan kakinya beberapa minggu lalu, hanya karena dirinya mengatakan jika ia tidak layak berjalan dengan Pria itu. Yah... lagipula siapa juga yang ingin berjalan bersama Pria kasar, yang terkesan seperti psikopat?Agatha cukup waras untuk menyadari jika Pria dibalik pintu kamarnya saat ini adalah Pria berbahaya yang harus dijahui, meski ia hampir terlena dengan fakta bahwa Pria itu sang
3 minggu berselang, dan selama itupula Agatha terus waspada jika nanti suatu waktu Rohander muncul kembali.Namun, entah mengapa Agatha malah merasa jika ia menantikan kehadiran Rohander untuk menganggunya. Karena jujur saja, 1 minggu telah lewat dari waktu yang Rohander katakan ditelepon terakhir kali.Hati Agatha terasa hampa, bahkan disaat kehidupannya dan kesehariannya berjalan lancar seperti orang normal pada umumnya. Hingga tiba hari ini, hari peringatan kematian kedua orang tua Agatha karena kecelakaan pesawat yang dialami orang tuanya disaat ia masih berumur 6 tahun. Dan disinilah Agatha, berdiri dengan gaun hitam panjang didepan makam kedua orangtunya."I miss you Mom, Dad." Ucapnya pelan yang hampir seperti sebuah gumanan.Meletakan bunga mawar yang ia bawa, lalu berbalik pergi meninggalkan area pemakaman elit yang menjadi tempat terakhir kedua orangtua Agatha beristirahat.Namun... baru beberapa langkah keluar dari gerbang area pemakaman, langkahnya tiba-tiba terhenti saat
"Hmm, sudah dulu ya." Lalu mematikan sambungan ponselnya secara sepihak, Agatha dengan perasaan campur aduk melangkah mundur sebelum akhirnya membalikan tubuhnya.Disaat yang sama, beberapa orang datang menghampirinya.Mereka adalah orang-orang yang sama, dengan yang mengejar Agatha sore tadi. Tapi bedanya Agatha tak berlari, seakan tubuhnya lemas tak sanggup untuk melangkah cepat."Nona? Tuan-" perkataan salah satu Pria yang saat ini berada didekat Agatha terputus, kala melihat wajah kosong bak wadah tanpa jiwa milik Agatha.Tak seperti sore tadi, tak ada perlawanan maupun kata-kata makian. Membuat Pria yang mengikuti Agatha sontak mengirim pesan pada Rohander yang mengawasi tak jauh dari mereka.Menerima pesan itu, Rohander tersenyum senang. Mengetahui reaksi Agatha sesuai dengan perkiraannya, Rohander lalu turun dari mobilnya dan mendekati Agatha."Apa kau tidak lelah mengikutiku?" Tanya Agatha yang kini berhadapan dengan Rohander, Pria yang ia hindari selama 1 tahun terakhir.Roha
"Dan pikirmu aku peduli?" Potong Agatha yang membuat amarah Rohandef seketika naik, Pria itu sontak mencengkram dagu Agatha dengan kasar."Apa kau pikir menjadi prioritasku kau bisa sesuka hati mempermainkan emosiku, Sweatheart?! Aku bisa menghukummu atas kelancanganmu padaku!""Cih! Kau pikir aku akan takut dengan perkataan dan perbuatan kasar Pria kasar sepertimu?! Tidak akan!"Rohander semakin mengeratkan cengramannya, seraya memandang tajam penuh kemarahan Agatha yang nampak menatap tajam dirinya juga tak mau kalah.Sampai mobil berhenti dipersimpangan jalan karena lampu merah, bersamaan dengan itu Rohander menghempaskan wajah Agatha dengan kasar melepaskan cengkramannya. "Persiapkan dirimu, aku akan memberimu hukuman malam ini."Agatha yang sementara mengusap dagunya, mendengus kesal. "Belikan aku permen kapas." Ucap Agatha saat melihat seorang pedagang permen kapas yang berjulan tak jauh dari mereka."Turun, beli sendiri." Rohander berucap dengan nada dingin, namun tangannya mem
"Apa kau juga sejenis vampir? KAU MELUKAI LEHER MULUSKU SIALAN!" Kesal Agatha yang menjauhkan Rohander dari lehernya yang nampak berdarah, karena gigitan kecil Rohander akibat gemas dengan kulit putih mulusnya."Rasanya enak." Ucap Rohander yang membuat Agatha menatapnya dengan tatapan tidak percayanya."Dasar Pria tidak waras, sakit jiwa!" Dengus Agatha seraya megelap darah yang mengalir, bersamaan dengan itu. "Ada apa dengan tatapanmu?" Tanya Agatha yang masih dengan nada kesalnya pada Soraya yang nampak menatapnya dengan tatapan penuh keterkejutan.Diam beberapa saat hingga Soraya tak menyadari jika sang tuan nampak menyeringai padanya, dengan pemikiran penuh dengan rencana gila.Yah... mungkin tatapan itu hanya disadari oleh satu orang Pria, yang diketahui merupakan seorang koki dirumah ini. Dengan tatapan sang tuan, ia yakin jika akan ada pertumpahan darah yang akan terjadi dirumah ini."Sweatheart...""Apa?" Agatha mengerutkan keningnya menatap Rohander yang menurunkan nada suar
"Ya, kau sangat cantik." Rohander berkata dengan kepala yang kian maju kedepan, berniat untuk mencapai bibir Agatha. Namun saat bibir mereka hanya berjarak satu centi, Rohander menghentikan gerakannya-menatap mata coklat terang didepannya.Didetik berikutnya Rohander menyatukan bibirnya dan Agatha, ia menekan kepala Agatha agar tidak menjauh darinya. Sampai cium*n Rohander perlahan berubah menjadi sebuah lumatan kasar, yang membuat Agatha bersusah payah menyeimbangi permainan Rohander.Ada perasaan lain yang menggerogoti hati Agatha saat tangan Rohander mulai masuk kedalam lapisan bajunya, membelai setiap sisi tubuhnya dengan lembut."Rohander..." panggil Agatha dengan suara pelan, yang membuat Rohander menghentikan lumatannya pada bibir Agatha karena tahu wanita itu hampir kehabisan nafas.Menunggu Agatha yang tengah menghirup udara dengan rakus, Rohander menanggalkan pakainnya dengan cepat. Sebelum naik keatas tubuh Agatha, dengan tubuhnya yang polos. Rohander mengalungkan tangan A