Share

Harapan Sarah

Penulis: sasmitajeni89
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-07 00:35:54

Dian membawakan semangkuk bubur, niatnya langsung memberikannya kepada Sarah. Namun melihat kondisi Sarah, dia memutuskan untuk membersihkannya terlebih dahulu.

"Nah, mandi serta sarapan sudah selesai. Sekarang waktunya minum obat." Dian mengambil obat yang dia taruh di atas meja samping ranjang.

"Loh, dek Sarah nangis, kenapa?" tanya Dian melihat air mata Sarah mengalir deras.

Sarah hanya mampu menangis, dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya agar Dian mengerti. Semua badannya terasa kaku bahkan untuk menggeleng kepala saja dirinya tidak bisa.

"Dek Sarah tidak mau minum obat?" tanya Dian lagi.

Ingin sekali rasanya Sarah mengatakan. Iya, tetapi mulutnya sama sekali tidak bisa diajak bersahabat.

"Jangan malas minum obat Dek, biar cepat sembuh. Agar pak Fandi juga tidak marah sama saya." Dian berusaha membujuk Sarah.

"Ayo Dek, minum obat dulu ya." Dian hendak meletakkan pil ke dalam mulut Sarah. Tapi tangannya terhenti melihat Sarah memejamkan matanya pasrah.

"Dek, apa yang terjadi? Kenapa seperti kamu punya beban pikiran yang sangat berat."

'Iya Mbak, tolong saya. Karena cuma mbak satu-satunya harapan saya," batin Sarah dengan air mata yang tak pernah berhenti.

"Dek Sarah mau bercerita pada saya? Kedip-kedipkan mata jika iya."

Dian melihat jelas beberapa kali Sarah mengedipkan matanya dan air matanya pun berhenti mengalir.

Dia pun berpikir sejenak, bagaimana caranya agar dia bisa mengerti apa yang hendak disampaikan kepadanya.

Wanita yang berumur sekitar 35 itu membuka laci yang ada di sebelahnya. Mencari buku dan pena, kebetulan semua yang dia perlukan ada di dalam sana. Tapi dirinya kembali bingung, Sarah tidak mungkin bisa menulis untuk bergerak saja tangannya tidak bisa.

Setelah lama berpikir, Dian pun menulis huruf abjad dari A sampai Z.

"Mohon maaf sebelumnya, bukan maksud mbak untuk menghina kamu. Tapi ini satu-satunya cara yang mbak yakin bisa tahu apa maksudmu."

Sarah kembali mengedipkan matanya.

"Nah, begitulah caranya. Mbak akan menunjukkan satu persatu huruf-huruf ini. Jadi kamu kedip-kedip mata lagi jika itu huruf yang ingin kamu gunakan. Jika bukan cukup kedip satu kali saja. Nanti mbak akan coba susun hurufnya."

Dian mulai menunjukkan huruf-huruf itu hingga akhirnya berhenti di huruf T.

"Kamu memilih huruf T. Nah, selanjutnya diteruskan atau ulang? Intinya jika Iya kamu kedip mata beberapa kali jika tidak cukup satu kali ya," ucap Dia mengulangi kata-katanya. Takut dirinya salah menanggapi apa yang hendak Sarah sampaikan.

"Apakah kita ulang?" tanyanya terus melihat kode dari mata Sarah.

Sarah mengedipkan matanya satu kali, itu artinya tidak.

"Oke, berarti kita teruskan ya."

Dian meneruskan kembali menunjuk huruf kepada Sarah. Setelah hampir satu jam semua huruf yang terkumpul menjadi kata.

TOLONG HUBUNGI OM ANWAR, KATAKAN KEPADANYA KALAU AKU DALAM BAHAYA PERLU BANTUANNYA.

"Ini tidak salah kan, Dek?" tanya Dian lagi yang kedua kalinya. Dia merasa tidak yakin dengan susunan kata itu. Disisi lain ia juga takut akan kemarahan Fandi jika semua itu tidak benar adanya.

Melihat raut wajah Sarah yang serius, Dian langsung mencari ponsel Sarah di dalam lemari seperti yang diarahkan oleh Sarah.

Setelah menemukan ponselnya, Dian mencari kontak atas nama om Anwar dan langsung menghubunginya. Tak lupa Dian juga mengatakan tentang kondisi Sarah yang sangat prihatin.

"Dek, kata pak Anwar dia akan datang dua jam lagi dan langsung membawa dokter pribadinya." Dian pun memeluk erat tubuh Sarah.

Sarah kembali meneteskan air matanya, merasa bahagia jiwa yang sudah sangat terancam akan segera tertolong.

Tiba-tiba suara deru mobil di luar rumah mengagetkan keduanya. Apalagi suara mobil itu sangat familiar di telinga keduanya.

Dengan cepat Dian ke depan, mengintip dari celah jendela untuk memastikan dan benar saja itu adalah mobil milik Fandi.

Dian berlari kecil ke kamar untuk menyimpan buku yang mereka gunakan tadi.

"Dek, ternyata di depan benar pak Fandi. Tapi kamu tenang saja ya. Mungkin dia hanya mengambil barangnya yang ketinggalan."

Dengan terburu Dian membuka pintu karena teriakan serta suara gedoran pintu yang berulang kali dari Fandi.

"Ngapain sih, buka pintu aja lama banget?" tanya Fandi dengan wajah kesal.

"Maaf Pak, tadi aku baru saja beberes di kamar."

"Sarah sudah minum obat?" tanyanya lagi sembari duduk di sofa.

"Sudah Pak, Mmm, ngomong-ngomong kenapa bapak kembali lagi? Ada yang ketinggalan kah?"

"Bukan, Nesya tiba-tiba ada pekerjaan mendadak di kantor. Jadi kami tunda dulu sampai besok urusan pekerjaan luar kota-nya," jelas Fandi yang membuat Dian mengerutkan keningnya, bingung.

'Aduh, bagaimana ini? Dua jam lagi pak Anwar mau datang. Bagaimana kalau pak Anwar bertemu pak Fandi. Apa yang harus aku lakukan,' batin Dian mulai merasa takut.

Melihat Fandi yang sibuk dengan ponselnya, Dian cepat berlalu kebelakang. Walaupun belum mengerti apa-apa Dian merasa kalau Sarah sangat butuh bantuannya sekarang.

"Mumpung ponsel dek Sarah masih ada denganku, aku harus menghubungi pak Anwar lagi," gumamnya kembali menekan layar ponsel itu.

Sudah beberapa kali Dian mencobanya tetapi Anwar sudah tidak bisa lagi dihubungi.

"Kenapa jadi tidak aktif begini? Apa jangan-jangan pak Anwar sudah dalam perjalanan kesini ya. Aduh, mati aku." Dian menimpuk jidatnya.

Ditengah kekhawatiran Dian, satu pesan W******p masuk ponsel yang ada ditangannya.

[Dian, aku tidak bisa datang hari ini Karena di kantor sedang ada masalah serius yang mengharuskan aku turun tangan. Tolong kamu bawakan Sarah ke rumah sakit terlebih dahulu. Besok aku pasti akan datang.] Dian menghela napas panjang membaca pesan itu, beban di pikiran seakan lepas saat itu juga.

"Mana mungkin aku berani membawa Sarah ke rumah sakit, besok aja aku kasih penjelasan panjang pada pak Anwar," gumam Dian kembali menyimpan ponsel di saku celananya.

Agar tidak mencurigakan dia berniat untuk mengembalikan ponsel itu ketempat semula.

"Loh, kemana pak Fandi? Apa dia di kamar?" tanya Dian dalam hati saat melihat tidak ada Fandi di ruang keluarga.

Perlahan Dian melangkah ke kamar untuk memastikannya. Ternyata benar, Fandi ada di dalam kamar bersama Sarah. Dian mengintip dari celah pintu untuk melihat apa yang akan dilakukan laki-laki itu.

Terlihat jelas di sana Fandi merebahkan tubuhnya di sebelah Sarah kemudian mengelus-elus rambut istrinya.

"Tidak ada yang mencurigakan, apa jangan-jangan aku yang salah menanggapi maksud Sarah ya. Tapi tidak mungkin Sarah berulang kali memberi kode kalau apa yang dia maksud itu benar. Tapi apa yang dipermasalahkan? Bukankah dia sama pak Fandi biasa saja, normal seperti pasangan suami-istri pada umumnya."

***

Pagi ini Dian datang lebih awal, dia takut akan kemarahan Fandi lagi. Tetapi saat dirinya sampai di sana, terlihat mobil Fandi sudah menjauh.

"Pak Fandi pergi tanpa menungguku dulu. Bagaimana ke adaan Sarah?"

Buru-buru Dian berlari masuk ke dalam rumah besar itu, langkahnya menuju kamar semakin cepat.

"Dek Sarah," ucapnya melihat kondisi Sarah yang berantakan.

Matanya sembab seperti habis menangis lama, keringatnya bercucuran dan lebih parahnya lagi hanya selimut yang menutupi tubuhnya yang tanpa beralas sehelai benang.

Ingin sekali rasanya sarah mengatakan kalau sekarang dirinya sangat tersiksa.

'Manusia bej*t! Bagaimana bisa dia mempergauli istrinya dalam keadaan seperti ini,' batin Dian sambil mengambil pakaian dalam lemari Sarah.

"Apa pak Fandi melakukannya pada mu tadi malam?" tanya Dian membantu memakaikan baju untuk Sarah.

Dian melihat Sarah mengedipkan mata satu kali, itu artinya tidak. Lalu kenapa bisa Sarah dalam keadaan bert***ng. Dian merasa bingung melihat keadaan yang ada.

30 menit kemudian pak Anwar datang bersama seorang dokter yang terlihat masih sangat muda. Untungnya Sarah sudah kembali rapi dan wangi.

Anwar menggelengkan kepalanya tak percaya melihat kondisi keponakannya sekarang.

"Dian kenapa Sarah belum di bawa ke rumah sakit? Aku sudah menghubungi tiga rumah sakit di dekat sini, pantas saja mereka bilang tidak ada pasien atas nama Sarah. Ternyata kalian masih di rumah."

"Maaf Pak Anwar, akan saya jelaskan semuanya."

Tanpa menghiraukan Dian lagi, Pak Anwar langsung menghampiri Sarah.

"Sarah, apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa seperti ini?" tanya Anwar duduk, kemudian langsung meminta dokter Zain untuk memeriksanya.

Ada percikan kebahagiaan di hati Sarah melihat kedatangan Anwar.

Beberapa menit kemudian pemeriksaan dokter Zain pun selesai.

"Pak, boleh kita bicara di luar," ucap dokter Zain yang langsung di iya kan oleh Anwar.

"Ada apa sebenarnya dengan keponakan saya, dokter Zain? Kenapa tiba-tiba dia bisa menjadi lumpuh seperti itu?" tanya Anwar khawatir.

"Cukup berat Pak, sebenarnya kelumpuhan yang ada pada Sarah bukan lah karena sebuah penyakit melainkan dikarenakan obat pelemah saraf."

"Mungkin itu adalah obat yang selama ini dikonsumsi oleh Sarah, Pak," ucap Dian yang sedari tadi sengaja menguping.

"Apa maksudmu, Dian?" tanya Anwar menatap serius ke arah Dian.

Dian langsung menceritakan semuanya yang apa yang terjadi pada Sarah. Awalnya dia merasa takut, tapi setelah melihat kondisi Sarah tadi pagi. Itu membuatnya yakin dengan apa yang di maksud oleh Sarah kemarin.

"Dan Menurut pemeriksaan saya, saat ini mbak Sarah masih merasa gelisah karena dirinya masih dalam pengaruh obat perangsang yang dikonsumsi tadi malam," kata dokter Zain setelah mendengar penuturan Dian.

"Apa! Sarah mengonsumsi obat perangsang dalam keadaan seperti itu." Amarah Anwar tidak lagi mampu ia pendam.

"Fandi benar-benar sudah tidak waras, dia tega melakukan hubungan saat istrinya seperti ini," umpat Anwar marah.

"Sepertinya mereka tidak melakukan apa-apa tadi malam, karena sudah kutanyakan pada Sarah."

"Tapi sebenarnya itu lebih menyiksa dirinya Pak, mengonsumsi obat perangsang tetapi ia tidak dapat mendapatkan kepuasan," jelas dokter Zain.

"Sebaiknya Sarah kita bawa ke rumah sakit sekarang," ucap Anwar tegas.

Bab terkait

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Sembuh

    Satu minggu Sarah di rawat di rumah sakit dengan fasilitas terbaik dan dengan menjalani beberapa hari terapi. Akhirnya Sarah sudah bisa berjalan dan berbicara layaknya orang normal lagi.Hari ini Anwar dan Dian datang ke rumah sakit untuk menjemputnya. Kata dokter, Sarah sudah boleh pulang dengan keadaannya sudah sangat baik.Melihat kedatangan keduanya, Sarah pun langsung menghambur ke pelukan Dian, "Mbak Dian, aku sangat berterimakasih sama Mbak. Kalau tuhan tidak memberi pertolongannya melalui mbak Dian, aku nggak tahu sekarang aku masih hidup atau nggak.""Iya Sarah, yang penting sekarang kamu sudah baik-baik saja. Mbak juga tidak pernah menyangka kalau Fandi setega itu sama kamu, ternyata selama ini mbak juga tertipu akan sikap dan mulut manisnya itu."*"Apakah kamu masih mau kembali ke rumah itu, Sarah?" tanya Anwar saat mereka sudah berada di dalam mobil."Iya Om.""Sarah! Otak mu memang sudah benar-benar di racuni oleh pria brengsek itu. Kamu sudah dibuat lumpuh dan kamu masi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Jebakan Nesya

    Sementara di lain tempat pasangan kekasih yang sedang dimabuk asmara itu. Terkulai lemah, baru saja menyelesaikan aktivitas ranjang mereka."Sayang, aku yakin sekarang Sarah pasti sedang menangis meratapi nasibnya. Haha," ucap Nesya dengan jari-jemarinya di mainkan di atas dada bidang Fandi."Iya Sayang, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain menangis.""Aku sudah tidak sabar untuk menjadi nyonya Fandi.""Secepatnya, Sayang." Fandi memberikan kecupan pada b***r wanita kesayangannya itu. Kini dirinya benar-benar merasa sangat nyaman dan takut akan kehilangan Nesya.Flashback (awal pertemuan)"Mas, mulai sekarang aku percayakan perusahaan ayah di kelola sama kamu," ucap Sarah sembari membenarkan dasi suaminya."Sayang, kamu benar-benar yakin dengan keputusanmu ini?" "Tentu saja, karena sekarang kamu adalah satu-satunya orang yang aku percayai.""Om Anwar?""Mas berhentilah menyebut namanya. Kamu tahu kan aku benci padanya.""Maafkan aku, Sayang. Aku hanya takut dia tidak suka dan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Pindah Haluan

    Deretan foto pun menyusul masuk. Terlihat Sarah dan Nesya berpelukan, layaknya mereka sahabat yang tak terpisahkan. Selebihnya foto Fandi dan Nesya berbalut dalam satu selimut.Fandi menghela napas berat, kekecewaan istrinya sudah tergambarkan di pikirannya."Bodohnya aku bisa terjebak oleh wanita sialan itu!" Fandi frustasi beberapa kali ia mengusap wajahnya dengan kasar.Ting! Pesan kembali masuk dari nomor yang sama.[Sekarang kau adalah milikku]Dengan cepat Fandi membalas pesan tersebut.[Katakan, apa yang kau inginkan dariku?] balasan terkirim dan langsung centang biru.[Pertanyaan yang bagus Fandi. Tidak banyak kok, cukup kau jadi milikku seutuhnya.]Fandi kembali duduk di atas ranjang. Nesya benar-benar membuatnya merasa gila."Mas kok lama?" tanya Sarah yang baru muncul dari balik pintu."Nggak Sayang, ini baru saja nerima telpon dari kantor ada meeting penting sore nanti.""Oh, aku pikir kenapa. Mas, kamu tuh jangan terlalu mikirin pekerjaan terus, kamu juga harus jaga kese

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-07
  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Rencana Awal

    Sarah dan Dian diantar ke rumah oleh supir pribadi Anwar. "Mbak Dian, mbak adalah orang yang sangat berjasa padaku. Jadi izinkan aku membalas semua itu mulai sekarang," ucap Sarah saat mereka tiba di rumah Sarah."Aduh Dek, nggak usah segitunya. Selama ini kan Mbak juga sangat ikhlas ngejagain dek Sarah.""Sudahlah Mbak, aku sangat berhutang budi. Aku mohon kali ini Mbak jangan menolak permintaanku. Tinggalkan kontrakan di ujang gang itu dan tempati lah salah satu apartemenku.""Aduh, jangan Dek. Itu terlalu berlebihan. Terus kalau mbak sudah jauh bagaimana caranya mbak bisa bantu dek Sarah lagi?""Sekarang mbak tidak usah khawatir, aku pasti bisa jaga diri. Kejadian itu sangat menjadi pelajaran berharga untukku, Mbak. Jangan tolak permintaanku."Sarah terus membujuk Dian sehingga akhirnya Dian tidak bisa lagi untuk menolak."Sekarang mbak tolong panggilkan mbok Asi untuk membersikan rumah ini, karena ini sudah sangat mirip dengan kapal pecah. Setelah itu kita pergi ke kantor mas Fan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Rencana Karin

    Wajah Karin tampak pucat saat melihat Sarah membawakan nampan berisi dua gelas minuman."Suster Karin, kenapa? Kok wajahnya pucat begitu, sakit?" tanya Sarah sengaja ingin membuatnya bertambah gugup."Silahkan diminum," lanjutnya."Ini minuman dingin ya, aku lagi sakit tenggorokan jadi tidak bisa minum yang dingin.""Oh, kebetulan sekali ini ku buatkan teh hangat, Sus," ucap Sarah sambil meletakkan gelasnya di depan Karin.Karin tidak terdiam, matanya terus memandang ke arah minumannya. Rasa takut pun menghantuinya.'Bagaimana ini? Bagaimana jika Sarah sudah tahu apa yang kuberikan selama ini kepadanya. Apakah dia juga mencampuri minuman dengan obat? Atau bahkan racun?'"Silahkan diminum, Sus. Mumpung masih hangat," tawar Sarah lagi mulai menyeruput teh punyanya.Tangan Karin bergetar saat hendak meraih gelas didepannya, perasaannya mulai tak enak melihat tatapan Sarah yang begitu mengerikan di matanya.Suara deru mobil membuat keduanya menoleh ke depan."Sepertinya mas Fandi sudah pu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Pembalasan di mulai

    "Apa yang kamu lakukan di kamarku?" "Aku datang kemari untuk memberikan suntikan vitamin untuk berjaga-jaga supaya kamu bisa kembali lumpuh untuk selamanya," ucap Karin tersenyum sinis sambil memain-mainkan jarum suntik yang ada di tangannya.Sarah segera menjauhkan dirinya dari Karin. Dia melompat ke sebelah ranjang."Mau pergi kemana kamu, Sarah? Kali ini tidak akan kubiarkan kamu lolos dan sembuh." Karin mendekat ke arah Sarah dan langsung hendak menancapkan jarum suntik ke tangan Sarah. Dengan cepat Sarah menahan tangannya sehingga terjadi dorong-dorongan.Karena tak tahu apa yang diinjaki nya, tak sengaja Karin akhirnya terjatuh. Tentunya Sarah tak membuang waktu lagi segera menancapkan jarum suntiknya ke kaki Karin."Aww!" Karin meringis kesakitan.Sarah mengehela napas lega saat obat dalam suntikan habis tak tersisa masuk kedalam tubuh Karin."Bagaimana rasanya, Jalang!" Sarah mencengkeram wajah Karin dengan kuku-kukunya."Mas! Tolong!" teriak Karin saat cengkraman Sarah semak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-12
  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Kejutan

    Belum sempat Fandi meneruskan ucapannya, perih dan panas seketika menjalar di pipinya. Memegangi sebentar pipinya menatap Saran dengan sorot mata ketakutan."Maafkan aku, Sayang. Aku khilaf, dia selalu menggodaku." Fandi kini bersimpuh dibawah kaki Sarah.Pandangan Sarah beralih pada perempuan yang masih di atas ranjang menutupi badannya dengan selimut dan tengah tersenyum padanya. Merasa puas karena melihat hancurnya hati Saran sekarang.Tanpa disuruh, Bram yang juga tersulut emosi langsung menendang muka Fandi sehingga membuatnya tersungkur ke belakang. Darah segar pun mengalir dari bibirnya. "Jangan!" teriak wanita yang ada di atas ranjang dan bersiap untuk membantu.Sarah membungkuk badannya membantu orang yang masih berstatus sebagai suaminya itu berdiri.Diusapnya darah yang ada di bibir Fandi, dan memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum."Bangunlah, Mas," ucapnya selembut mungkin."Maafkan aku, Sayang, aku khilaf.""Aku memaafkanmu, Mas," ucap Sarah lagi kemudian mengusap ramb

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15
  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Kejutan

    "Mas, jangan tinggalkan aku disini sendiri!" sentak Nesya dengan wajah memelas.Sarah pun mengandeng tangan suaminya dan pergi meninggalkan Nesya. Pintu dan jendela dibiarkannya terbuka, karena siapa tahu ada yang mendengar teriakkan Nesya dan mau menolong untuk membuka ikatan di tangannya.Sesampainya di rumah, Fandi langsung dapat Bogeman mentah dari Bram. Yang tentunya semua dia lakukan atas perintah Sarah.Beberapa pukulan dan hantaman Fandi akhirnya ambruk ke lantai. Bram mengangkatnya dan memberikannya satu hadiah lagi sehingga Fandi tak sadarkan diri.Di dalam kamar hatinya terasa perih, sayatannya semakin terasa mengingat ruangan itu mereka selalu menghabiskan waktu berdua. Sarah langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyurkan badannya di bawah shower. Air mata yang sedari tadi ditahan, kini mengalir deras tanpa menunggu persetujuannya.Pikirannya dipenuhi masa-masa bahagia bersama lelaki kedua yang sangat ia sayangi setelah ayahnya.Udara pagi yang terasa dingin, membuat

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-15

Bab terbaru

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Happy Ending

    Sarah terbangun kala mendengar gemericik air di kamar mandi, menoleh ke sebelahnya tidak ada Zain disana."Mas," panggilnya."Iya Sayang. Aku di kamar mandi."Selang beberapa menit Zain keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang masih basah."Kenapa tidak membangunkanku?" tanya Sarah lagi."Kamu terlalu lelah Sayang, jadi istirahatlah, karena nanti malam aku akan menambah durasinya," jawab Zain sambil terkekeh kecil.Sementara Sarah bergidik mendengar ucapan suaminya."Aku bercanda Sayang, sekarang mandilah. Aku sudah memesan sarapan untuk kita."*Usai Sarapan Zain membuka kembali laptopnya, untuk mengetahui kabar perusahaan sepeninggalnya."Sayang, kamu tahu tentang berita yang sedang viral?" tanyanya pada Sarah yang baru duduk di sebelahnya."Tidak, emangnya apa?" "Aku juga belum tahu apa isi beritanya, di grub WhatsApp semua pada membicarakannya."Sarah pun mengambil ponsel yang diberikan oleh Zain. Seketika itu juga Sarah terkejut saat melihat sebuah video viral yang

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Honeymoon

    Karena keduanya kini sudah saling mempunyai perasaan, Zain ingin mempererat hubungan mereka, ia merencanakan menjalani honeymoon mereka yang tertunda, dengan dalih mengajak istrinya berlibur untuk refreshing.Zain memilih Maladewa atau dikenal sebagai Maldives. Ia merasa cocok jika membawakan Sarah ke sana.Maladewa adalah sebuah negara yang terletak di bagian selatan benua Asia. Dan merupakan kota impian istri tercintanya.Zain juga sudah memesan resort terbaik dan dekat dengan pantai, ia ingin membuat Sarah merasa nyaman dan bahagia selama honeymoon mereka. Mereka baru saja tiba tiga puluh menit yang lalu. Terlihat jelas raut wajah bahagia Sarah, akhirnya dia bisa menikmati keindahannya pantainya secara langsung. Karena selama ini ia hanya bisa melihat pemandangan itu melalui internet."Mas, aku sungguh bahagia hari ini. Terimakasih ya atas semuanya." "Sama-sama, Sayang. Selain membuatmu bahagia rasanya tidak ada lagi hal yang terwajib aku lakukan sebagai seorang suami."Sarah ter

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Karma untuk Nesya

    "Aku hamil.""Hamil? Lalu siapa ayah dari bayimu?""Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja kamu adalah ayah dari bayiku, bukankah kamu sudah berjanji akan menikahi ku. Aku juga sudah memberikan kamu modal usaha yang cukup banyak. Kamu tidak lupa kan!" teriak Linda keras.Bersembunyi di tempat yang dirasakan aman, Sarah pun dapat mendengar dan merekam semua apa yang mereka bicarakan.Sarah berpikir itu sudah cukup untuk dijadikan sebagai bukti. Setelah menyimpan ponselnya, dia pun berbalik untuk kembali ke mobilnya. Sontak dia kaget saat melihat seorang laki-laki berdiri di depannya. "Sedang apa kamu disini?"Baru saja Sarah mau berteriak, namun tangan lembut itu segera menutup mulutnya."Mas," ucapnya setelah menghela napas panjang. "Tadi aku cariin kamu dirumah nggak ada. Mbak Tati juga bilang kalau kamu terlihat buru-buru, aku jadi khawatir. Mm ... tapi nggak sia-sia aku aktifkan GPS di ponselmu," jawab Zain dengan lalu terkekeh kecil."Sejak kapan?" tanya Sarah sambil menatap Zain

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Perasaan apa ini?

    Sarah dan Zain baru saja keluar dari gedung, mereka baru saja selesai meeting. "Kita langsung pulang atau kemana?" tanya Zain pada istrinya."Kita langsung pulang saja Mas, aku mau istirahat," jawab Sarah."Zain!"Keduanya pun menoleh ke sumber suara, terlihat seorang wanita melambai-lambaikan tangannya."Violin," ucap Zain menghampiri wanita itu.Sarah pun mengerutkan keningnya, siapakah wanita itu? Kenapa suaminya terlihat begitu antusias. *Keluar dari kamar mandi, Sarah merasa aneh melihat suaminya seperti baru saja menutup telpon dari seseorang. Entah siapa itu dia pun tak tahu. "Mas, aku sudah selesai. Sekarang kamu mandilah.""Masih ada sedikit pekerjaan yang belum selesai, aku kerjakan dulu," ucap Zain keluar kamar berlalu ke ruang kerjanya.'Kenapa Mas Zain jadi begini? Tetap diam tanpa ada niat untuk menjelaskan siapa perempuan cantik tadi? Setidaknya ada sedikit basa-basi terhadapku, supaya gemuruh dalam dada ini bisa sedikit mereda.' gerutu Sarah dalam hatinya.Entah apa

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Tidak mau kembali miskin

    Dengan posisi menungging dan siap untuk menerima permainan dari Roy, tiba-tiba ..."Awwww," Nesya meringis kesakitan.Beberapa kali lecutan gesper mengenai tubuhnya, sakit perih bercampur menjadi satu. Roy mempunyai kelainan seks, Sadomasokis. Dimana dia sangat bergairah jika melihat pasangannya tersiksa.Sebab itulah banyak wanita yang enggan untuk melayani Roy.Semua tubuh bagian belakang Nesya terlihat koreng akibat lecutan gesper. Setelah merasa puas melihat Nesya meringis kesakitan barulah Roy melanjutkan adegan panasnya.Peluh bercucuran Roy berguling ke samping usai pergumulan yang panas. Kemihnya yang terasa penuh memaksanya ke kamar mandi untuk buang hajat.Saat Roy sudah memasuki kamar mandi, Nesya perlahan bangkit dari tempat tidur. tiba-tiba saja terdengar deringan telpon yang berasal dari ponsel Roy.Terganggu dengan suara yang berisik, Nesya pun mengambil ponsel itu.Dan detik itu juga senyum jahilnya mengembang saat membaca nama Istriku terpampang di layar sebagai pene

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Kapokmu kapan, Nes?

    Cuaca diluar sangatlah terik, Sarah sedang menikmati makan siangnya di cafe dekat kantornya. Dia sendirian karena Zain makan siang dengan rekan kerjanya apalagi jarak kantor mereka lumayan cukup jauh."Sarah." Tiba-tiba seseorang menyapa dan menghampirinya."Mbak Siska," jawab Sarah."Sarah, kamu apa kabar?" Tanya Siska sambil menarik kursi di depan Sarah."Alhamdulillah baik, Mbak. Mbak sendiri bagaimana kabarnya?""Ya ... Beginilah," jawab Siska dengan sedikit senyum. "Oh, ya. Aku dengar sekarang kamu sudah menikah dengan pemilik perusahaan terbesar itu ya."Sarah mengangguk pelan sebagai jawaban."Maafin Fandi ya Sar, dia sudah menyakiti kamu.""Sudahlah Mbak, semuanya sudah berakhir. Sekarang mas Fandi pasti sangat bahagia bersama istri dan anaknya."Terlihat jelas raut wajah Siska mendadak lesu."Sepertinya keluarga kami sedang menerima karma," ucapnya dengan suara parau.Sarah menautkan kedua alisnya, tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh iparnya."Ayah berselingkuh dengan

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU     Terbongkarnya Rahasia Besar

    "Enak ya, punya suami orang kaya! Suami kerja sementara kita ongkang-ongkang kaki dan menikmati hasil kerjanya." Terdengar suara Lidia sudah berada di depan kamarnya.Sarah menoleh sambil menyungging senyum, "Ada angin apa sehingga anda membicarakan diri sendiri kepada orang lain?" "Sarah! Belum juga seminggu kamu disini, sebaiknya kamu jaga sikap, karena aku yang berkuasa di rumah ini.""Berkuasa? Seingat ku rumah dan segala isinya ini bukan milikmu, seharusnya kamu sadar kalau kamu itu ibaratkan sirih yang hidupnya cuma numpang di batang.""Lancang sekali mulutmu, Sarah!" Tangan Lidia yang sudah terangkat dengan cepat ditangkap oleh Sarah lalu dihempaskan dengan kasar."Jangan membuatku marah, karena kamu bukan lawan yang sulit untuk ku hadapi."***Sementara di lain tempat Fandi yang sedang pusing karena baru saja mendapatkan telpon dari Frans yang menagih hutang-hutangnya.Masuk kedalam kamar niatnya ingin berkeluh-kesah dengan Nesya, tapi dia tidak menemukan istrinya disana padah

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Acara Sakral

    Dua hari kemudian, Sarah yang sedang menikmati sarapannya seketika melongo saat mendengar bel pintu yang terus berbunyi."Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?" gumamnya seraya bangkit dari duduknya. Tak lupa pula tangannya menyambar ponsel yang terletak di atas meja makan.Alis Sarah terangkat sebelah saat melihat seorang wanita yang bertamu ke rumahnya pagi-pagi sekali. Ya, wanita itu adalah Lidia, ibu tiri dokter Zain."Bisa kita bicara?" tanya Lidia dengan wajah yang tampak serius. "Ya, bicara saja langsung," ucap Sarah dengan datar."Ini hal yang sangat penting! Boleh saya masuk?" tanya Lidia lagi.Sarah memperbolehkan Lidia masuk dan mereka pun duduk di sofa. Karena kedatangan Lidia yang tampak serius, Sarah pun bersiap merekam suara lewat ponselnya. Berjaga-jaga siapa tahu suatu saat nanti mereka membutuhkannya."Saya dengar kamu pernah gagal dalam pernikahanmu, apa benar?" Pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Lidia."Ya benar," jawab Sarah tegas disertai anggukan kepala."S

  • OBAT YANG DIBERIKAN SUAMIKU    Fandi Frustasi

    "Dari mana saja kamu sampai subuh begini baru pulang," tanya Fandi saat melihat Nesya mengendap-endap hendak masuk.Usai mengatur napas karena kaget, Nesya menjawab pertanyaan Fandi dengan rasa jengkel."Bukan urusanmu, sejak kapan kamu pedulikan aku?""Nesya! Kamu itu lagi hamil dan kamu adalah istriku, jadi aku berhak tahu kemanapun kamu pergi!" Fandi mengeraskan suaranya.Nesya memiringkan senyumnya, "Aku pulang jam segini, karena aku cari kerjaan. Dan kamu bilang aku istrimu, itu hanya sebagai STATUS," Nesya menekan kalimatnya "kamu tidak pernah mencukupiku layaknya seorang istri, kamu tidak pernah adil antara aku, ibu dan kak Siska. Bahkan aku merasa mereka bukanlah mertua dan ipar, melainkan maduku."Fandi mengangkat tangannya hendak menampar Nesya, tapi Nesya lebih sigap menangkapnya."Ingat Mas, aku bukanlah Sarah. Orang yang bisa sabar menghadapi sikapmu," Nesya langsung berlalu usai berkata begitu.Sedangkan Fandi tertegun. Perasaan menyesal itu kembali menggerayanginya. Anda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status