Pertarungannya dengan Cockatrice membawa O jauh dari titik semula. Butuh waktu yang tidak sebentar agar ia bisa menemukan jalan kembali, meskipun dengan bantuan peta. Selain itu, perjalanannya juga tidak mulus karena harus menghadapi beberapa monster. Sayangnya, selain cairan hitam yang sedikit jumlahnya, tidak ada lagi yang bisa didapatkan O dari monster-monster itu. Ia ingin mengabaikan monster-monster itu, tetapi mereka mengejarnya seperti anjing kelaparan memburu mangsa. Terutama monster-monster kadal yang entah kenapa jadi sering muncul."Exploro!" O menggunakan Sihir Pemindai untuk ke sekian kalinya. Meskipun ia memiliki peta dari kanal bawah tanah itu, O tidak bisa mengandalkannya. Kepalanya tidak begitu mampu mengkorelasikan gambar di peta dan jalan yang dilaluinya. Selain itu, memaksimalkan level dari Sihir Peta & Navigasi adalah bagian dari misinya. ""Selamat! Level Sihir Peta & Navigasi naik menjadi level 2!"""Ah, akhirnya!" O merasa sihir yang satu ini lebih sulit naik
O lagi-lagi lengah. Pertarungan belum dimulai, tetapi ia sudah dirantai seperti seorang tawanan. Musuhnya kali inipun bukan monster tanpa akal, tetapi seorang Wraith, terlebih seorang anggota Ordo Pelahap Malam. Membiarkan dirinya lengah di tempat ini sama saja bunuh diri. O mematri hal itu dalam kepalanya mulai sekarang. Rantai-rantai yang membelenggunya sekarang sama persis dengan rantai yang membelenggu monster singa di katakomba. O segera mengetahui siapa lawan yang dihadapinya sekarang: Livor sang Wraith. Ada kemungkinan kemampuan pasif: Pertahnan Mental miliknya tidak cukup kuat untuk melawan invasi mental dari Livor. Oleh karena itu, sebelum sosok Livor memunculkan dirinya, O harus segera bertindak. O mulai merapal beberapa mantra dalam pikirannya. Benar saja. Tak lama, sosok Livor menembus dari langit-langit ruangan berbentuk kubah itu. Beruntung, sosok itu tidak langsung menyerang O, tapi mengoceh terlebih dahulu. Ya, lawannya kali ini memang bukan makhluk tak berakal, tapi
Imajninasi adalah kekuatan. Dengan daya imajinasinya yang kuat, O dapat membayangkan 101 cara untuk menggunakan sihirnya. Glacies, Perisa Es. Sihir ini menciptakan dinding es setebal kurang lebih 1 meter dengan panjang dan lebar kira-kira 10 meter. O yakin, jika level sihirnya semakin tinggi, maka ukuran dan ketebalannya juga akan semakin besar. Tidak butuh waktu lama untuk mengaktifkan sihir ini. Bahkan, bisa dibilang sihir ini tidak butuh waktu untuk diaktifkan. Secepat mantranya disebutkan, secepat itu pula sihir ini aktif.O menggunakan karkateristik sihir Persai Es untuk mengunci lawannya. Beberapa detik yang lalu, setelah ia meluncur ke dalam air yang mengalir deras ke luar terowongan, O tidak mengikuti aliran itu. Alih-alih berenang ke luar, ia menjangkarkan dirinya ke puing-puing terbesar menggunakan sabitnya, lalu melucuti jubahnya dan berenang ke arah yang berlawanan dengan arus. Ia menggunakan Aqua, Sihir Cambuk Air untuk bergerak dari satu puing ke pui
""Peringatan bahaya! Invasi mental yang dilakukan oleh seorang Wraith jauh lebih berbahaya!"""Aku tahu," jawab O dalam hati. "Percayalah padaku."O sudah memikirkan matang-matang keputusannya untuk membiarkan Livor merasuki tubuhnya. Pertama, ia yakin akan kemampuannya untuk bertahan dari invasi mental dan bahkan melawan balik. Sejauh ini ia sudah berhasil menang melawan invasi Phantom Ronald dan Kreator. Jika ia boleh sombong, dua invasi mental itu sama sekali tidak menantang. Bahkan, ia mempermainkan Kreator a.k.a Victor dengan ingatan akan masa lalunya sendiri.Berikutnya, O juga mempertimbangkan dampak dari terbunuhnya Livor. Wraith itu mengatakan sendiri bahwa Malus bisa langsung mengetahui kematian Kreator. Kenyataan bahwa Livor datang langsung ke sini, dan bahkan menyergap dirinya, memperkuat bahwa jaringan informasi Ordo Pelahap Malam ini memang sangat baik. Artinya, jika O menghabisi Livor, bukan tidak mungkin Malus akan mengirimkan bawahan lain
Kerasukan, atau istilah kerennya, invasi mental, dilakukan dengan cara mengaburkan ingatan pemilik tubuh asli. Mereka, para Phantom, melakukan itu dengan cara melebur kesadaran dan ingatan mereka dengan kesadaran target mereka. Oleh karena itu, pada kasus Phantom Ronald dan Kreator a.k.a Victor, O terlebih dahulu mengalami ulasan ingatan sebagai Ronald dan Kreator. Kemudian, ketika ia bisa mendapatkan dan menguasai kesadarannya kembali, ia bisa balik menyerang phantom yang merasukinya. Misalnya dalam kasus Kreator, O semula merasakan dirinya sebagai Victor. Lalu, ketika ia bisa memisahkan identitas dirinya dan Victor, O menjadikan dirinya sebagai mayat korban, dan kemudian menjadi entitas yang sama sekali baru, yang tidak pernah ada dalam ingatan Victor. Saat itulah keadaan berubah 180 derajat. Phantom yang menginvasi kini balik diinvasi oleh kesadaran yang berusaha dienyahkannya.Namun, dalam kasus Livor kali ini berbeda. Tak hanya tidak tersadar sebagai Livor, O juga semp
Buku yang ditemukan di atas meja altar berisi banyak hal. Ia tidak tahu apa saja isi buku itu karena yang ia butuhkan hanya formula sihir dan rapalan mantranya. Ia beruntung karena hanya dalam waktu 5 detik, ia menemukan sebuah sihir yang familiar: Sihir Lubang Hitam. O tidak tahu apakah sihir dasar berelemen kegelapan ini cukup untuk melawan Livor yang bisa jadi memiliki akses terhadap semua sihirnya. Akan tetapi, pilihan apa lagi yang dia punya?Dan begitulah pertempuran mereka berlanjut. O yang hanya bisa menggunakan satu sihir segera dikalahkan oleh Livor yang dengan lihai mengombinasikan sihirnya. Saat tembok es yang menjulang itu rubuh di atasnya, O tahu nasihmya sudah di ujung tanduk.BUMM!Tembok es setebal 1 meter menimpa O dengan segenap bobotnya. Akan tetapi, pertarungan belum selesai. Tembok itu perlahan terangkat kembali sebelum akhirnya pecah menjadi bongkahan es yang lebih kecil dan meruap seperti udara.Sosok O muncul dari balik pu
Livor dan O duduk bersebrangan, berhadap-hadapan. Suasana terasa ganjil. Dua orang yang saling melempar serangan beberapa waktu yang lalu, kini duduk semeja. Setidaknya, begitu bagi Livor. Sementara O...O sibuk memilih minuman yang dari daftar menu diciptakannya. Begitu santai dan kasual, seperti tidak pernah ada huru hara apapun di antara mereka berdua."Kau ingin pesan apa, Livor?" tanya O. Wujudnya sekarang adalah seorang laki-laki berambut ikal. Itu wujudnya saat masih hidup sebagai Langit."Aku tidak bisa merasakan apapun," balas Livor. Wujudnya masih berupa Wraith. Wujud itu tidak punya organ pengecap, meskipun secara penampakan sangat mirip dengan manusia biasa. Ia mengira O sengaja mempermainkannya."Ah, ya. Maaf. Aku ingin mengubah wujudmu, tapi aku tidak bisa," kata O lagi. Ia kemudian menciptakan segelas jus melon dingin dari udara kosong.Livor tidak menanggapi kata-kata O lagi."Ah, aku baru tahu kita bisa melakukan
"Kristal intimu bahkan hanya sebesar ibu jari, tapi tubuhmu sempurna. Kau seorang penyihir, tapi gerakanmu tidak kalah lincah dengan Ksatria," ujar Livor, tak bisa menyembunyikan kekagumannya. "Kau ini sebenarnya apa?""Uh, aku sudah menjawabnya, Livor. Aku manusia biasa yang terlahir kembali secara acak dalam tubuh yang karakteristiknya paling cocok dengan tubuhku saat hidup," jawab O panjang lebar, "Yang aku tahu, kristal inti ini terbentuk saat jiwaku menyatu dengan mayat entah siapa di katakomba itu.""Ugh! Baiklah, kalau kau bersikeras menjeawab seperti itu."O menghela napas panjang. "Mari kita lanjutkan wawancaranya.""Hah, baiklah..."Wawancara berlanjut....O = OL = LivorO :"Kembali soal monster-monster tadi, Livor. Ke mana monster singa itu?"L :"Hmm? Kupikir kau membunuhnya."O :"Tentu saja tidak. Kenapa aku membunuhnya setelah menyelamatkannya?"L :"Yah, kau membunuh Cockatrice itu. Kenapa tidak?"O :"Hmm. Masuk akal."L :"Baguslah kalau kau belum membunuhnya. Itu monster