Share

Istri yang Tidak Dikenal

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2024-12-08 11:21:51

Setelah Yonas pergi, Romeo menarik napas panjang untuk meredakan amarahnya. Aira selalu menjadi tanggung jawabnya sejak ayah mereka meninggal, tetapi gadis itu kini semakin sulit diatur. Ini semua karena Aira selalu dimanjakan dan dipenuhi semua keinginannya sejak kecil.

Untuk sesaat, ruangan terasa hening, hanya terdengar suara napas Romeo yang teratur. Di saat seperti ini, ia tidak boleh goyah dan terhanyut oleh perasaan. Bagaimanapun, tumpukan dokumen di mejanya masih menanti untuk diperiksa.

Romeo duduk di belakang meja kerjanya, menatap layar laptop dengan alis yang sedikit berkerut. Ia melepas jas dan menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku. Kurang lebih tiga jam, Romeo tenggelam dalam pekerjaan, hingga ketukan di pintu mengalihkan perhatiannya.

“Masuk,” katanya tanpa mengangkat pandangan.

Yonas masuk dengan langkah tenang sebelum menghampiri meja sang CEO. “Pak Romeo, Detektif Austin sudah datang. Dia sedang menunggu di luar.”

Romeo mengangguk pelan. “Suruh dia masuk
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Petunjuk Penting

    “Tuan Romeo, saya harus jujur. Dengan minimnya petunjuk seperti ini, akan sangat sulit untuk menemukan identitas gadis kecil itu. Belasan tahun adalah waktu yang panjang, dan lokasi spesifik kejadian sudah berubah banyak,” jelas Austin apa adanya. “Saya paham,” kata Romeo cepat. “Tapi, jika ada cara untuk mencari tahu, saya ingin Anda mencobanya.”Austin mengangguk perlahan, ekspresinya penuh pertimbangan. “Baiklah, saya akan mencoba. Hanya saja, saya tidak bisa menjanjikan hasil yang pasti. Lagi pula, prioritas saya saat ini adalah melacak keberadaan Nyonya Suri.”“Saya mengerti,” kata Romeo. “Bawa saja jepit kupu-kupu ini. Mungkin bisa membantu Anda dalam penyelidikan.”Austin menyimpan jepit tersebut ke dalam kantong kecil di jasnya. “Saya akan menyelidiki saat ada waktu luang dari tugas utama saya. Jika saya menemukan sesuatu, saya akan segera mengabari Anda.”Detektif itu membungkuk singkat, lalu melangkah keluar. Romeo memandangi punggungnya hingga hilang di balik pintu. Kenan

    Last Updated : 2024-12-08
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rasa yang Tak Wajar

    Malam itu, begitu sampai di mansion, Romeo tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia bermaksud langsung menuju kamarnya di lantai dua. Namun, sang adik ternyata sudah menunggu di ruang tamu dengan tangan terlipat di dada.Begitu Romeo melangkah lebih dekat, Aira bangkit dari sofa sembari memasang wajah cemberut. “Kak, kenapa kartu kreditku diblokir?” protesnya tanpa basa-basi.Romeo berhenti sejenak, menatap Aira dengan sorot mata tajam yang membuat siapapun merasa terkunci di tempatnya. Meski begitu, Aira tidak mundur. Gadis itu menatap balik dengan berani, biarpun di dalam hati ia merasa gentar. “Itu pelajaran untukmu, Aira,” jawab Romeo dingin, suaranya rendah tetapi penuh otoritas. “Selama ini kamu hanya tahu bagaimana menghamburkan uang. Kamu selalu bersikap manja dan menolak bekerja keras. Bahkan, skripsimu sampai sekarang belum selesai.”Kata-kata Romeo menghujam Aira seperti panah berapi. Matanya mulai berkaca-kaca, tetapi dia tidak ingin menangis di depan kakaknya. Harga dirin

    Last Updated : 2024-12-09
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jejak di Hari Ulang Tahun

    Kamar rumah sakit itu diselimuti ketenangan. Suri membuka mata perlahan, merasakan kegelapan samar mulai berganti dengan cahaya putih yang berpendar dari langit-langit ruangan. Kesadarannya berangsur pulih, tetapi rasa nyeri yang menusuk di pipi kirinya segera mencuri perhatian. Suri mengangkat tangannya, ingin menyentuh pipinya, tetapi ia ragu. Ia tahu, menyentuhnya hanya akan memperparah rasa sakit. Sejak menjalani operasi tumor hidung beberapa waktu lalu, tubuhnya seperti terbiasa menghadapi rasa sakit. Namun, operasi plastik di pipi kirinya ini membawa rasa yang berbeda—nyeri yang berdenyut dan terasa seperti ribuan jarum menusuk. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. “Tidak apa-apa,” gumamnya lirih. “Aku hanya perlu bersabar.” Meski nyeri itu menyakitkan, ia tidak akan mengeluh. Dalam hati, Suri percaya, rasa sakit ini adalah harga yang pantas untuk sebuah awal baru. Perawat yang menjaga Suri langsung tersenyum hangat dan menyapanya, "Selamat pagi, No

    Last Updated : 2024-12-09
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Apa Alasanmu, Suri?

    Cakrawala biru memayungi gedung pencakar langit dengan awan tipis yang tersapu angin. Romeo melangkah keluar dari mobilnya dengan mengenakan setelan jas krem, matanya yang tajam menatap pintu kaca kantor. Agendanya hari ini sangat padat, mulai dari rapat pagi hingga meninjau proyek pembangunan hotel. “Selamat pagi, Tuan Romeo. Dan selamat ulang tahun,” ucap Yonas dengan nada formal, disertai senyum kecil. Seperti biasa, pria itu sudah menanti kehadiran Romeo di lobi. “Terima kasih,” jawab Romeo datar. Tidak ada antusiasme dalam suaranya. Baginya, ulang tahun hanyalah hari biasa. Bahkan, ia hampir lupa bahwa hari ini adalah ulang tahunnya yang ketiga puluh satu, hingga Yonas mengingatkan. Dengan wajah tanpa ekspresi, Romeo berjalan menuju lift khusus CEO sementara Yonas mengekor di belakangnya. Namun, baru beberapa langkah, suara langkah tergesa-gesa terdengar dari belakang. Resepsionis muda kantor, seorang wanita bertubuh jangkung, memanggilnya. “Tuan Albantara!” Romeo menghe

    Last Updated : 2024-12-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Pergi Dari Sana

    Yonas menelan ludah, mencoba memahami alasan di balik permintaan tersebut. Ia mengangguk perlahan. “Akan saya sampaikan ke manajer HRD, supaya tidak mengumumkan hari ulang tahun Anda mulai tahun depan,” jawab Yonas patuh.Di sepanjang perjalanan menuju proyek, suasana di dalam mobil terasa tegang. Yonas memilih diam, merasa ini bukan waktu yang tepat untuk berbasa-basi. Namun, pikirannya sibuk menganalisis perubahan sikap Romeo pagi ini. Ia yakin semuanya berawal dari hadiah yang dikirimkan oleh Suri. Di sisi lain, Romeo duduk di kursi belakang dengan tangan terlipat. Matanya memandang ke arah jalan raya, tetapi pikirannya tidak berhenti berputar. Ia masih penasaran mengapa Suri mengirim parfum itu? Apa tujuannya? Kenangan tentang wanita itu kembali menghantam dirinya. Romeo ingat betul bagaimana dulu ia sering bersikap dingin atas perhatian Suri. Ia berpikir bahwa menunjukkan kelemahannya berarti memberikan Suri kendali penuh atas dirinya. Namun sekarang, ia justru merasa diabaik

    Last Updated : 2024-12-10
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kejutan

    Romeo melangkah turun dari mobilnya, melepas jas yang seakan membuat tubuhnya terasa panas. Yonas memegang pintu mobil sembari berpamitan. "Selamat malam, Tuan Romeo. Saya pulang dulu," kata Yonas sopan. Romeo mengangguk kecil, terlalu lelah untuk merespons lebih dari itu. Ia memberi isyarat kepada sopirnya agar mengantarkan Yonas pulang, sementara ia sendiri berjalan melintasi halaman mansion. Langit malam begitu gelap, hanya diterangi lampu taman yang redup. Ketika membuka pintu utama mansion, Romeo terkejut. Gelap. Tak ada satu pun lampu yang menyala di ruangan luas itu. Biasanya, lampu gantung besar di ruang tengah selalu menyala, memperlihatkan kemegahan interior rumahnya. Kini, hanya kegelapan yang menyambutnya. Romeo mengerutkan kening, lalu merogoh saku untuk mengeluarkan ponselnya. Ia menyalakan senter dari layar ponsel, berusaha menerangi jalan di depannya. “Ke mana mereka semua?” gumamnya. Ibu, adiknya, bahkan pelayan-pelayan biasanya masih berkeliaran hingga laru

    Last Updated : 2024-12-11
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Waktunya Kembali

    Dua minggu telah berlalu, dan tibalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Suri — hari di mana dokter Silas akan membuka perban yang menutupi pipinya. Ia duduk di ranjang rumah sakit dengan jantung berdebar kencang. Perban itu, yang menjadi penghalang antara dirinya dan cermin, kini akan dilepaskan, mengungkapkan apa yang tersembunyi di baliknya. “Siap, Suri?” tanya dokter Silas dengan senyum lembut. Tangannya yang cekatan mulai membuka simpul perban dengan hati-hati. Suri mengangguk kecil, meskipun hatinya bergejolak. Ia menggenggam cermin kecil di tangannya, tetapi belum berani menatap bayangannya sendiri. Tangannya sedikit bergetar, penuh dengan ketegangan yang sulit ia kendalikan. Saat perban terakhir dilepaskan, dokter Silas menggeser tubuhnya sedikit, memberi ruang agar Suri bisa melihat wajahnya sendiri. Dengan napas yang tertahan, Suri mengangkat cermin itu. Sejenak, ia terdiam. Matanya membelalak, dan perlahan air mata menggenang. Bekas luka yang selama ini menghantuinya telah

    Last Updated : 2024-12-11
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Insomnia

    Seperti janji yang diucapkan dokter Richard, setelah menjalani pemeriksaan intensif, Suri diizinkan pulang. Kabar ini membuat Suri tak merasa lega sekaligus gembira. Akhirnya, ia bisa merasakan kebebasan dan menghirup udara segar di luar rumah sakit. “Terima kasih, Dok,” ujar Suri penuh syukur saat dokter Richard menyalami tangannya. Dokter itu tersenyum ramah, memberi ucapan selamat kepada Suri sebelum beranjak keluar dari kamar rawat. Di sisi lain, perawat yang selama ini setia menemani Suri ikut merasa senang. Wajahnya berseri-seri, tak kalah bahagia dibandingkan pasien yang telah ia rawat sepenuh hati. “Terima kasih sudah menjaga saya selama di rumah sakit, Kak Celine,” kata Suri sambil menggenggam tangan perawat itu. “Itu memang sudah menjadi tugas saya. Saya ikut senang melihat Anda sehat.”Tanpa ragu, Suri memeluk sang perawat dengan hangat. Perasaan haru menyelimuti mereka berdua. Air mata hampir mengalir di sudut mata Suri, tetapi ia buru-buru menyeka sebelum jatuh. Bagin

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Masih Saja Membenci Suri

    Pagi hari di rumah sakit terasa begitu muram bagi Aira. Sejak membuka mata, ia tidak mengeluarkan satu kata pun. Bahkan, ketika Nyonya Valerie menatap wajahnya dengan penuh kasih sayang, Aira tetap mematung, seakan suaranya telah hilang entah ke mana. Sorot matanya kosong, menatap lurus ke langit-langit kamar tanpa ekspresi. Nyonya Valerie mencoba mengajak Aira mengobrol tentang hal-hal kecil, berharap bisa membangkitkan semangat putrinya. Namun, Aira tetap diam, seolah jiwanya telah tercabut dari tubuhnya. Bibirnya tertutup rapat seperti seseorang yang telah bersumpah untuk tidak berbicara lagi. "Aira, Sayang, Mama di sini,” tutur Nyonya Valerie lirih.Tangannya terulur, mengusap punggung tangan Aira dengan penuh kelembutan. Namun, putrinya tetap bergeming, tidak menoleh, tidak menunjukkan tanda-tanda mendengar. Aira seperti berada di dunia lain. Hati perempuan paruh baya itu semakin perih saat menyadari penyebab utama kebisuan Aira. Semalam, Aira mengetahui kenyataan pahit yang

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Godaan di dalam Air

    Tak lama kemudian, mobil mereka berhenti di depan apartemen. Romeo keluar lebih dulu untuk membukakan pintu untuk Suri. “Mau kugendong lagi ke atas?” tanyanya setengah menggoda.Suri tertawa kecil. “Tidak perlu. Aku baik-baik saja.” Sambil bergandengan tangan, keduanya berjalan berdampingan memasuki lobi. Begitu mereka sampai di unit apartemen, langkah Suri langsung tertuju ke kamar, hatinya berdebar penuh kerinduan. Di sana, dua bayi kembar mereka, Jevandro dan Jeandra, sedang menyusu dari botol yang berisi ASI perah. Mata mungil mereka yang jernih berkedip-kedip saat melihat ibunya datang. Dengan mata berkaca-kaca, Suri mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi lembut bayi-bayinya. Ia bersyukur karena telah kembali dengan selamat. Dan, yang terpenting, ia bisa berkumpul lagi dengan kedua buah hatinya. Romeo berdiri di samping Suri, tersenyum melihat pemandangan indah itu. Rasa bahagia terus mengalir dalam hatinya, bagai aliran sungai yang tak pernah surut. Sungguh, keluarga k

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tidak Akan Berpisah Lagi

    Meski Romeo tak menoleh sama sekali, Diva masih terus meronta-ronta. Suaranya melengking di antara pekikan sirene dan derap langkah para petugas yang mengawalnya. "Tolong, Pak, saya ingin bicara dengan Kak Romeo," serunya, sarat dengan emosi. "Sebentar saja." Para polisi saling bertukar pandang, ragu apakah akan mengabulkan permintaan tersangka yang jelas-jelas baru saja mencoba membunuh seseorang. Sementara itu, Romeo sudah mendudukkan Suri di dalam mobil. Namun, ketika pria itu hendak menutup pintu, Suri tiba-tiba mencegahnya. "Sayang, bicaralah pada Diva," tutur Suri lembut. "Untuk terakhir kali." Romeo mengerutkan kening, menoleh ke arah Suri, seolah ingin meyakinkan bahwa istrinya tidak salah bicara. Namun, tatapan Suri yang penuh pengertian dan ketulusan, membuat Romeo menemukan jawaban. "Mungkin, bila kamu yang menasihatinya, Diva akan lebih tenang," lanjut Suri.Romeo menarik napas dalam, lalu keluar dari mobilnya. Dengan sopan, pria itu meminta kepada polisi agar memb

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kita Mati Bersama

    Langkah Suri tetap tenang saat ia memasuki rumah itu, tetapi jantungnya berdegup kencang seperti genderang perang yang bertalu tanpa henti. Jemarinya yang menggenggam gagang kereta bayi terasa dingin, sementara ponselnya bergetar berulang kali di dalam tas. Suri tahu siapa yang menghubunginya.Romeo. Pria itu pasti mengetahui bahwa ia telah sampai di titik lokasi, dan tengah berusaha memperingatkannya. Namun, Suri tidak ingin mundur. Ia sudah berada di titik ini, sudah setengah jalan, dan harus memastikan dengan matanya sendiri bahwa Diva benar-benar ada di dalam rumah. Begitu Suri melewati ambang pintu, Bastian mengikuti dari belakang. Pria itu lantas berjalan ke tangga dan memanggil istrinya dengan lantang.“Sayang, Ibu Suri sudah datang!” Suara Bastian menggema ke lantai atas, nyaris seperti pekikan.Lalu, tanpa memberi kesempatan bagi Suri untuk merespons, Bastian berkata dengan santai.“Silakan duduk, Bu Suri. Saya harus keluar sebentar untuk memeriksa barang yang tertinggal

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menuju Babak Akhir

    Bukit Harapan. Nama itu terasa ironis bagi Suri. Tempat itu dikenal sebagai tempat yang damai, pelarian bagi mereka yang ingin melepas penat dari hiruk-pikuk kota. Namun, bagi Suri, tempat itu bukan lagi lambang ketenangan. Sebaliknya, di sanalah kemungkinan terburuk bisa terjadi. Ia menatap ke luar jendela, memperhatikan perubahan pemandangan di luar sana. Gedung-gedung tinggi mulai tergantikan oleh deretan rumah kecil yang berjajar rapi, kemudian berganti menjadi jalanan yang lebih sepi. Rasa dingin menjalari tubuhnya, bukan karena cuaca, melainkan karena kesadaran bahwa ia semakin dekat dengan titik penentuan. Suri merapatkan blazer yang ia kenakan. Hatinya berdegup cepat, tetapi ia menolak membiarkan ketegangan menguasainya. Mobil yang ditumpangi Suri akhirnya mencapai kawasan Bukit Harapan. Jalanan yang mereka lalui semakin sepi, dikelilingi oleh pepohonan rindang yang menjulang tinggi di kedua sisi. Suasana di tempat ini cukup lengang, hanya sesekali terdengar suara burun

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjalanan Menuju Bahaya

    Pagi itu, Suri membuka tirai lebar-lebar agar cahaya matahari menghangatkan kamar tidurnya. Kemudian, ia duduk di kursi khusus, menyusui bayi kembarnya dengan penuh kelembutan. Jevandro dan Jeandra yang mungil tampak nyaman dalam dekapan ibunya. Jemari kecil mereka menggenggam baju Suri, seolah tidak ingin terpisah barang sedetik pun. Namun, di balik momen penuh kasih itu, kegelisahan perlahan merambat ke dalam hati Suri. Hari ini akan menjadi hari yang penting, hari di mana ia mempertaruhkan segalanya demi mengakhiri ancaman Diva. Jarum jam telah menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi Romeo belum juga pulang. Sejak pukul enam, pria itu sudah pergi untuk mengatur segala persiapan, memastikan rencana mereka berjalan sempurna. Selesai menyusui, Suri menyerahkan Jevandro dan Jeandra kepada pengasuh. Dengan hati-hati, ia mengusap pipi kedua bayinya sebelum beranjak ke depan cermin besar di sudut kamar. Tangannya meraih setelan blazer berwarna putih gading yang dipadukan dengan blu

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Penjahat Kejam

    Sejenak, keheningan menelan ruangan. Randy terpaku di tempatnya, wajahnya kehilangan warna. Ia berkedip beberapa kali, seolah tidak yakin dengan apa yang baru saja diucapkan Diva. "M—maksudmu rumah ini akan dibakar?" tanyanya dengan suara serak. “Bukankah ini hasil dari kerja kerasmu?”Diva mengangkat dagu, mata elangnya berkilat tajam. "Aku rela kehilangan rumah, asalkan bisa menghabisi Suri. Orang yang berani merebut milikku, harus dihukum." Randy menelan ludah, rasa dingin menjalari tengkuknya. "Tapi... ini.…" Pria feminim itu menggeleng, mencari kata-kata yang tepat. "Aku tidak menyangka kamu akan melakukan tindakan berbahaya, Diva. Ini seperti adegan film kriminal!" Diva tertawa. Tawanya renyah, tetapi mengandung sesuatu yang dingin dan beracun. Ia melangkah lebih dekat, jemarinya yang ramping menyentuh wajahnya sendiri, seolah ia sedang membayangkan dirinya berperan dalam suatu adegan epik. “Tentu saja,” tukas Diva, bibirnya membentuk senyum sinis.“Karena aku adalah seo

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Diva Harus Tertangkap

    Mereka berdua kemudian naik ke tempat tidur, duduk berdampingan dalam keheningan. Waktu berjalan perlahan, setiap detik terasa lebih panjang dari biasanya. Hingga akhirnya, suara notifikasi masuk terdengar dari ponsel Suri. Dengan cepat, Suri meraih ponselnya dan membuka email. Rekaman CCTV sudah diterima.Suri bergegas turun dari tempat tidur untuk mengambil laptop. Ia mulai mengunduh rekaman CCTV itu, sementara Romeo duduk lebih dekat untuk melihat layar bersama. Ketika rekaman mulai terputar, tampak suasana lobi kantor Pilar Interior Desain. Orang-orang berlalu lalang dan staf yang keluar masuk tampak di sana. Lalu, dalam beberapa detik, muncul sepasang pria dan wanita yang masuk ke dalam gedung. Suri langsung memperbesar tampilan. Pria itu masih muda, berpenampilan rapi dengan kemeja formal, sedangkan wanita di sebelahnya mengenakan setelan blazer hitam, rambutnya pendek, dan sebuah kacamata menghiasi wajahnya. Romeo menyipitkan mata, berusaha melihat lebih jelas. “Aku

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Menerima Tantangan

    “Apakah saya perlu menghubungkan mereka dengan Anda, Bu?” tanya sang resepsionis dengan nada sedikit ragu. Romeo yang berdiri di sebelah Suri langsung menggeleng, ekspresinya jelas menunjukkan bahwa ia tidak setuju. Namun, Suri tetap mendekatkan ponselnya ke telinga. “Baiklah, hubungkan dengan saya.” Beberapa detik kemudian, suara bariton seorang pria terdengar dari seberang. Nada bicaranya terdengar ramah. “Selamat malam, Bu Suri. Perkenalkan, saya Henri. Saya mendengar bahwa Anda adalah salah satu arsitek terbaik di kota Velmora," jelas Henri penuh semangat."Kebetulan saya dan istri saya baru saja membeli rumah, dan kami ingin mendesain ulang. Kami berharap Anda sendiri yang menangani proyek ini.” Suri berusaha tetap tenang. “Terima kasih atas kepercayaan Anda, Pak Henri, tetapi saat ini saya sedang cuti untuk mengurus bayi saya.” “Ah, saya mengerti,” Henri menanggapi dengan nada pengertian, sebelum ia melanjutkan, “sebenarnya, itu bukan masalah. Jika perlu, Anda bisa me

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status