Share

Hanya Seorang Diri

Author: Rias Ardani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Hahahaaa ....Selamat, anak mama tersayang!”

Aku masih saja mendengar suara tawa penuh kebahagiaan dari luar kamarku yang memang bersebelahan dengan milik Mouren–anak yang dibawa ibu tiriku.

Hal ini menarikku kembali ke masa lalu.

Saat aku berusia 9 tahun, Ibuku meninggal dan Ayah resmi menikahi Mama Lida tak lama setelahnya.

Hanya butuh waktu lima bulan, Mama Lida dan Mouren datang ke rumah ini–membawa perubahan besar di hidupku.

Aku bagaikan anak yang tidak terurus, tidak diperhatikan, dan sering diacuhkan.

Namun, aku ikhlas dan berlapang dada karena tahu jika melawan pun, akan percuma.

Dulu, aku pernah juara 2 dan Mouren juara 1, tetapi hanya dia yang mendapatkan selamat. Mereka menulikan telinga atas pemberitahuanku mengenai pencapaianku.

Kuakui Mouren yang merupakan blasteran Indonesia dan Jerman itu cukup cantik dan juga lumayan pintar.

Mungkin, sebab itulah, Ayah dan Mama Lida, memprioritaskan pendidikannya dari awal hingga kini. 

Perih, jika kuingat masa itu.

‘Kupikir, jika hubunganku dan Abimanyu berhasil, mungkin aku akan segera lepas dari siksa hati dibeda-bedakan dan diabaikan,’ batinku perih, ‘ternyata, aku salah.’

******

"Bagaimana hubungan kamu sama Abimanyu, Ra? Katamu, Abimanyu sudah kembali," ucap Mama Lida melempar tanya kepadaku saat kami berempat sedang makan malam.

Aku sontak menarik napas berat.

Pertanyaan Mama Lida kembali menyakiti hati ini.

"Sudah selesai, Ma." Aku menjawab sambil menunduk

Brak!

"Apa?" 

Ayah begitu terkejut mendengar jawabanku. Bahkan, dia menggebrak meja makan cukup kuat–membuat kami juga ikut terkejut.

"Kenapa bisa? Kamu benar-benar anak tidak berguna! Sudah kurang pintar dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Sekarang, percintaan juga?” omelnya, “membesarkan anak seperti kamu ini, sungguh sangat merugikan ...."

Ya Allah, kenapa ucapan Ayah selalu saja kasar begini padaku?

Apa di matanya, aku benar-benar tidak membantu sama sekali?

"Ayah, jangan begitu sama Nara, kita kan tidak tahu kenapa dia sampai putus sama Abimanyu," tegur Mama Lida dengan lembut pada Ayah.

Aku menoleh ke arah wanita itu.

Jujur saja, sikap Mama Lida selalu berubah-ubah.

Di depan Ayah, dia bersikap bak malaikat, tapi di belakang Ayah, ucapannya cukup menyakitkan jika bicara padaku.

"Mama, jangan belain anak tidak berguna ini terus! Aku ini seorang Manager di perusahaan Papahnya Abimanyu!” ucap ayah, “Abimanyu itu calon pemimpin perusahaan. Mau ditaruh di mana mukaku ini jika orang kantor tahu bahwa anak ini sudah tidak ada hubungan lagi dengan keluarga Abimanyu?”

“Bisa-bisa, hilang rasa segan mereka padaku," gerutunya.

"Tenang, Ayah. Jangan panik begitu. Lagian, jika Nara gagal dengan Abimanyu, itu bukan salahnya Nara, memang mereka saja yang tidak berjodoh," ujar Mama Lida lagi.

"Memalukan!" Ayah menatap tajam kepadaku. 

"Jika bukan karena diri yang hanya lulusan SMA, tidak mungkin hubungan kami berakhir," jawabku pada akhirnya.

"Siapa suruh kamu tidak sepintar Mouren?!" bentak Ayah lagi.

Tanganku seketika mengepal.

"Sebenarnya, yang anak Ayah itu, siapa? Aku atau Mouren? Kenapa aku selalu Ayah hina, sedangkan dia dibangga-banggakan? Akulah yang terus dituntut untuk mengalah, bahkan tidak berkuliah hanya karena Mouren ingin melanjutkan kuliah di luar negeri."

Ucapanku seketika membuat hening ruang makan. Namun, itu tak berlangsung lama karena ayahku kembali emosi.

"Diam kamu! Anak tidak tahu diuntung. Jika kamu sepintar Mouren, Ayah juga pasti akan kuliahkan kamu," jawab Ayah sambil menunjuk-nunjuk wajahku.

Aku terdiam. Rasanya, percuma. Makan malam hari ini kembali sangat tidak nyaman.

"Ayah, jangan keras begitu sama Kakak. Kasihan Kakak, demi aku, dia rela mengalah," ucap Mouren mendadak.

Kulihat ia memasang wajah sedih ke arahku.

"Lihat dia! Meskipun kamu singgung perasaannya, Mouren tetap membela kamu. Begitu baiknya Mama Lida dan Mouren sama kamu, bisa-bisanya kamu berkata seperti tadi? Untung saja, kamu anak kandungku. Jika bukan, sudah kuusir kamu dari rumah ini," ucap Ayah kasar.

Aku terhenyak. Ingin sekali air mata ini tumpah di meja makan ini. Namun, sekuat tenaga, aku menahannya.

"Sudah-sudah, lebih baik kita fokus makan saja! Jangan terlalu ribut terus," timpal Mama Lida.

Sepasang ibu anak itu berperan “mendamaikan” aku dan ayah.

Sejurus kemudian, ayah pun mendengus dan menatapku dengan ketidaksukaan yang begitu besar.

Ayah kandungku serasa Ayah tiri.

Tanpa kata, aku pun menghabiskan makan malamku, lalu kembali ke kamar dengan hampa.

"Sesakit inikah rasanya?" keluhku, "andai Mamah masih ada, ingin sekali aku mengadu sambil didekapnya.”

Aku menarik napas. Bukan hanya putus cinta, tapi aku dikucilkan dalam keluarga–dianggap sampah tidak berguna. 

“Jika bunuh diri tidak berdosa, mungkin aku lebih memilih mati dan menyusul Mamah," lirihku seorang diri.

Namun, aku menyadari pikiran bodohku itu. 

Kugelengkan kepala sembari menutup mata, "Maafkan aku, ya Allah jika hamba mulai kembali mengeluh lagi. Aku memang tidak sepintar Mouren di mata Ayah, tapi aku juga bukan anak yang bodoh. Aku memang tidak pernah dapat juara 1 selama sekolah. Tapi, bukan berarti aku tidak pernah juara."

"Aku tidak bisa begini terus, aku harus membuat perubahan dalam hidupku!!"

Related chapters

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Mencoba Bangkit

    "Apa? Kamu sama Abimanyu putus, karena masalah pendidikan kamu yang hanya sampai SMA?" pekik Siska, sahabat baikku, setelah aku selesai bercerita.Hari ini, di sebuah taman kecil di pinggiran kota, aku memang menemuinya untuk curhat. Aku tak tahu harus merespons apa, selain menunduk sambil mengangguk. "Kurang ajar sekali keluarga itu! Mentang-mentang mereka kaya, seenaknya mereka buang kamu? Padahal, mereka menjadikan kamu pesuruh mereka,” ucapnya membara, “Apa kata aku, Ra?! Keluarga mereka itu cuma manfaatin kamu ...." "Kupikir mereka hanya mengujiku selama ini, memberiku begitu banyak kerjaan, dan selalu meminta tenagaku semau mereka. Tapi, aku nggak nyangka, mereka sebenarnya tidak suka padaku." Siska tampak mengepalkan tangannya. Nampak binar amarah terlihat di matanya. "Brengsek! Seenaknya saja mereka menginjak harga diri kamu, Ra?! Aku nggak rela jika kamu diginikan!” ucapnya dengan nada tinggi. Sahabatku itu bahkan tersenggal menahan emosi. Dia diam beberapa saat sebelu

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Jatuh Kembali

    Aku tertegun."Tapi Mama Lida mengambil uang tabunganku, Yah. Uang itu mau aku gunakan untuk buka usaha," jawabku dengan suara serak. "Mama kan cuma pinjam, masa nggak boleh?" sahut Mama Lida. "Aku perlu uang itu, tolong kembalikan," pintaku dengan nada memohon. "Sudah-sudah, perkara uang saja kamu ributkan. Memangnya, berapa uang kamu yang Mama Lida pakai?" tanya Ayah. "Di dalam ATM itu, ada uangku 50 juta, Yah. Hasil tabunganku selama bekerja beberapa tahun ini. Aku rela menahan segala keinginanku untuk berbelanja demi bisa membuka usaha. Tapi, Mama Lida diam-diam mengambil uangku dan menggunakannya tanpa izinku," ucapku panjang lebar. Ayahku tampak membelalak kala mendengar nominalnya. Sepertinya, ia tak menyangka jika aku dapat menabung sebanyak itu. "Ini demi Mouren, Yah. Keluarga calon suaminya akan datang malam ini. Mama cuma ingin menyambut mereka dengan hidangan terbaik dan menunjukkan pada mereka bahwa kita layak menjadi keluarga. Karena mereka orang kaya, Mama nggak m

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Mandiri

    "Benar sekali, kami datang kemari, ingin melamar Mouren, untuk menjadi istri Abimanyu."Bukan pria itu yang menjawab, tetapi sang ibu–yang selalu berpenampilan glamor dengan gaya angkuh itu–menjawab. Ia menatapku dengan tatapan mengejek. Sungguh, aku tidak tahu harus bereaksi seperti apalagi. Rasanya sakit, hancur. Aku merasa ditipu dan dibodohi selama ini. Kutatap kembali Abimanyu yang tak merasa bersalah sama sekali dan hanya menatap tidak peduli. "Sayang ...." Suara Mouren terdengar dari dalam. Wanita blasteran itu langsung berjalan keluar dan menyapa keluarga Abimanyu. "Hei, kamu cantik sekali malam ini," puji wanita paruh baya yang ada di dekatiku ini, ketika Mouren bersalaman dan mencium tangannya. Semua tersenyum ramah pada Mouren, seakan-akan mereka tidak peduli dengan keberadaanku, yang masih diam terpaku di dekat mereka. "Calon besan, mari masuk," seru Mama Lida, yang menyusul Mouren keluar. Melihat itu, emosiku mendidih. Luar biasa sekali sandiwara keluarga-kel

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Memaksa Ikut

    Dengan bantuan beberapa orang di sekitar, aku membawa Nenek asing itu ke Puskesmas terdekat yang cukup besar. Hal ini dikarenakan jarak rumah sakit sepertinya terlalu jauh.Pikiranku seketika menjadi kacau kala melihat jam sudah menunjukkan 8 pagi lewat 30 menit."Shitt, aku sudah terlambat 30 menit," gumamku.Kuperhatikan perawat dan dokter yang sedang keluar dari ruang UGD. Mereka mengatakan, jika Nenek itu baik-baik saja. Ia pingsan karena terlalu terkejut."Jadi, Anda bisa tenang dan menyelesaikan biaya administrasinya. Terima kasih." Deg! Seketika, aku bingung harus bagaimana. Uang saja, aku tidak punya. Lantas, bagaimana aku harus membayarnya?Entah kenapa hidupku menjadi semakin rumit saja. Kuhubungi Zaskia, untuk meminjam uangnya. Aku juga terpaksa harus izin dari tempat kerja, karena tidak bisa masuk kerja hari ini."Zas, bisakah aku pinjam uang. Maaf sebelumnya, jika aku terus membuat kamu repot, aku perlu sekali untuk membayar administrasi.""Perlu berapa?" tanya Zaskia

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Pertemuan Kedua

    Aku menarik napas panjang sebelum mengangguk.Nenek yang namanya saja belum kuketahui itu tampak berbinar. Ada sedikit rasa haru di hati melihat itu.'Ya Allah, mau tidak mau, aku terpaksa membawa Nenek asing ini ke rumah kontrakkan Zaskia,' batinku, 'semoga sahabatku itu mau mengerti kondisinya.'*******Di rumah kontrakan Zaskia, aku pun merapikan tempat tidur dan meminta Nenek asing itu untuk beristirahat.Setelahnya, aku menyiapkan makan malam dan memastikan Nenek itu menghabiskannya.Lama aku terdiam sampai aku melihat Zaskia tampak bingung melihat Nenek asing itu sedang makan."Ha--lo?" sapanya sedikit terjeda.Aku menatap Zazkia dengan senyum tak enak.Dari lirikan mata, aku menyadari sahabatku yang baru pulang kerja itu memintaku masuk ke dalam kamarnya."Kita nggak kenal dia siapa, Ra," ucap Zazkia membuka percakapan, "kok kamu bisa-bisanya membawa dia ke sini?"Perempuan itu nampak sekali tidak senang dengan keputusanku ini yang membawa Nenek itu.Perasaanku semakin tidak en

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Dipecat

    Bab8"Kamu datang kemari? Nenek pikir kalian tidak akan mau perduli lagi. Entah wanita tua ini mati atau apalah itu," ucap nenek asing tadi, pada lelaki yang mengaku cucunya.Aku dan Zaskia hanya bisa terdiam, dengan jarak yang tidak begitu jauh dari kamarku. Kami tidak berani mendekat."Nenek, tolong jangan seperti ini. Seluruh keluarga besar kita sedang kebingungan mencari keberadaan Nenek. Dan tidak seharusnya, Nenek ikut orang asing begitu saja," ujar lelaki itu."Meskipun dia orang asing, dia begitu tulus menolong wanita tua sepertiku ini. Bukannya kalian senang, jika aku tidak ada di rumah lagi? Kalian sendiri yang mengatakan, semakin tua aku semakin cerewet dan menyusahkan.""Nek, maafkan ucapan Kelvin. Nenek tahu sendiri, dia mewarisi sifat Ibu. Sebaiknya kita pulang ya, Nek. Kasihan Papa, dia sangat khawatir dengan hilangnya Nenek," bujuk lelaki itu."Nenek tetap mau di sini saja," jawab Nenek asing itu.Zaskia menoleh ke arahku."Jika tuan Angkasa marah, aku bisa kena imbasn

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Ke rumahnya

    Bab9"Nara, kamu ...." lelaki yang menjadi atasan di toko tempatku bekerja itu terkejut, karena aku membuka pintu ruangannya tiba- tiba.Ceroboh sekali aku ini, kupikir dia sedang berbicara dengan seseorang di dalam ruangannya. Ternyata, dia berbicara melalui panggilan telepon.Sebab nampak di tangannya, sedang memegang telepon yang masih terlihat kontak panggilan seseorang."Tidak sopan sekali," gerutunya."Maaf jika saya tidak sopan. Saya kemari ingin meminta kejelasan, kenapa saya tiba- tiba dipecat begitu saja, tanpa ada alasannya," ujarku dengan tegas."Terserah saya mau memecat kamu dengan alasan apapun. Lagi pula, kamu hanya pekerja lepas, tidak ada kontrak yang mengikat kamu di toko ini, jadi saya bebas mau memecat kamu kapanpun.""Setidaknya berikan saya alasannya, apa yang membuat Bapak tega, memecat saya begitu saja," jawabku lagi."Karena saya tidak ingin kamu ada di toko ini lagi, puas?" Kalau sudah begini jawabannya, akan sangat percuma aku bicara lagi. "Baiklah, terim

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Tahu diri?

    Bab10"Kenapa? Kamu keberatan dengan keputusan Nenek?" tanya Nenek Asia pada pak Angkasa.Lelaki itu terdiam, dan hanya menarik napas berat."Jika kamu keberatan, biar Nenek pindah dari rumah ini, dan tinggal bersama Nara di kontrakkannya," ujar Nenek Asia lagi."Nek, dia ini orang asing, kita belum mengenal dia sepenuhnya, apa tidak terlalu berlebihan, membawanya tinggal di rumah ini?" Lelaki itu benar, aku hanya orang asing yang baru Nenek Asia kenal, aku paham akan kekhawatiran yang di rasakan pak Angkasa."Pak Angkasa benar, Nek. Sepertinya saya tidak perlu tinggal di sini, biarkan saya tinggal bersama Zaskia saja, ya," pintaku pada Nenek dengan lembut."Tidak masalah, asalkan kamu izinkan saya, tinggal bersama kamu ...."Aku menjadi bingung seketika, secara Zaskia pasti keberatan dengan hal ini, bagaimana mungkin aku membuat keputusan yang selalu membuat Zaskia tidak nyaman."Nenek, jangan menyusahkan wanita ini. Hidupnya saja sudah susah, jangan kita tambahi lagi," tegur pak An

Latest chapter

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   60 TAMAT

    Bab60Tiba- tiba hati nyonya Rengganis merasa sakit, melihat nasib malang yang menimpa Nara."Kamu lupa tentang asalmu! Kamu juga bukan siapa- siapa, Bu. Harta dan kuasa yang saat ini kita miliki hanyalah titipan. Lihat keadaan kita sekarang, aku sakit- sakitan, kedua anak kita pergi meninggalkan rumah ini. Percuma kita punya rumah mewah, tapi di dalamnya tidak ada cinta. Entah nanti ketika aku mati, apakah kamu mampu hidup sendiri, atau aku mati tanpa ada siapapun disisiku," lirih tuan Tantaka saat itu.Membuat perasaan dihati nyonya Rengganis mulai terketuk."Wanita itu tidak salah apa- apa, tapi dia harus menderita parah dalam hidupnya. Dibuang keluarga, karena Ibu tiri dan adiknya yang gila harta. Aku yakin, dia pun tidak mau hidup begitu, Bu. Tidak sepantasnya kamu menambah luka dihidupnya. Jangan menyumbang derita di hidup orang lain," lanjut tuan Tantaka."Angkasa ...." tuan Tantaka berteriak, mendekati Angkasa yang ternyata sudah menarik rambut Nara seenaknya.Teriakkan tuan T

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   59

    Bab59"Mona ...."Wanita cantik itu tersenyum dan mendekati Bram."Sudah kuduga ini kamu. Kenapa, kamu kehilangan Nara?""Kenapa kamu bisa tau?""Kamu belum tahu apa- apa, Bram. Angkasa yang membawa Nara pergi, entah pergi kemana aku juga belum tau.""Maksud kamu apa? Dan kenapa Angkasa membawa Nara pergi, jelaskan yang benar, aku nggak lagi baik- baik saja, Mon. Tolong jangan bergurau.""Siapa yang bergurau, faktanya Nara memang pergi bersama Angkasa, suami sah Nara.""Suami sah? Kamu gila, aku sudah tegasin sama kamu ya, Mon. Aku nggak lagi baik- baik saja. Kita memang kenal, tapi kita tidak dekat, jadi jangan seperti ini, aku nggak suka ya."Bramantio nampak marah dan tidak suka, mendengar informasi yang dibawakan Monalisa dengan tujuan tertentu."Angkasa itu memang suaminya, dan lelaki kecil yang saat itu bersama Angkasa, itu adalah anak mereka. Kamu tidak tahu apa- apa, kamu ditipu wanita itu, entah dengan tujuan apa, mungkin saja karena uang. Yang jelas, semua yang aku katakan f

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   bab58

    Bab58Jam 9 malam, nyonya Rengganis pulang ke rumahnya, bersama dengan Monalisa.Seharian ini, setelah pergi dari kantor Angkasa, kedua wanita ini memilih untuk pergi shopping dan bersantai di restoran mewah.Plakkk ....1 tamparan keras mendarat di wajah nyonya Rengganis, ketika wanita itu pulang bersama dengan Monalisa."Ibu, ada apa ini? Kenapa Ibu pukul saya?" tanya nyonya Rengganis pada nenek Asia.Pak Tantaka hanya diam disofa single, sambil menatap ponselnya yang terus- menerus melakukan panggilan pada nomor Angkasa."Apa yang sudah kamu dan wanita licik ini lakukan pada cucuku? Sampai- sampai dia memilih pergi dari kota ini?" bentak nenek Asia, membuat nyonya Rengganis terkejut."Maksud Ibu siapa? Angkasa? Bukankah tadi dia ada di kantor."Nyonya Rengganis benar- benar merasa kesal atas semua perbuatan nenek Asia padanya, yang dengan teganya menampar wajahnya begitu saja.Panas, panas pukulan tangan nenek Asia, masih begitu terasa dipipi kirinya."Dasar menantu bodoh! Mau saja

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   57

    Bab57"Angkasa, buka! Kamu mau Ibu mati di depan ruangan kamu?" tanya suara di depan yang mulai pelan.Angkasa menarik rambutnya dengan kesal, kemudian lelaki yang kini tubuhnya nampak kurus itu pun terlihat bimbang untuk membukakan pintu.Karena dia yakin, jika Ibunya bertemu dengan Nara, maka akan semakin ribet keadaannya.Nara melirik sejenak ke arah Angkasa, memindai wajah yang masih tampan itu. Sayangnya, tubuhnya nampak semakin kurus, tidak terawat lagi.Bahkan hal baru yang Nara mulai ketahui, kini Angkasa mulai mengisap rokok. Terlihat dari asbaknya yang ada di atas meja, dan roko serta korek api yang juga ada di sana.Padahal yang Nara tahu, dulu lelaki di depannya ini, tidak menyukai rokok sama sekali. Setelah sekian tahun terpisah, banyak perubahan Angkasa, yang mengarah ke negatif di mata Nara."Angkasa," lirih suara di depan, yang disusul suara panik lainnya."Angkasa, ibu sesak napas," pekik suara dari luar, yang mereka kenali suara Monalisa."Shiiit." Angkasa sangat kes

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   56 Mengancamnya

    Bab56"Angkasa ...." Akhirnya Monalisa berteriak. Sayangnya, Angkasa tidak menghiraukannya sama sekali. Ketika memasuki ruangan, Angkasa melepaskan pergelangan tangan Nara. Nara terdiam sejenak, sembari menarik napas dalam- dalam, mencoba menghilangkan perasaan takut dan gugupnya.Telapak tangan Nara basah, ada perasaan was- was menggerogoti hatinya."Ada apa kemari? Pasti sangat begitu penting, sampai kamu datang kesini, setelah berhari- hari menghilang," ujar Angkasa membuka obrolan.Nara duduk disofa, mencoba menjawab dengan tenang, demi Baskara, anak yang telah mengobati rindu dihatinya, setelah sekian tahun menanggung perasaan sakit hati, karena merindukan anak semata wayang."Demi Baskara," lirih Nara."Aku memberanikan diri datang kemari. Demi dia, demi anakku," lanjut Nara, membuat Angkasa yang tadinya berdiri membelakangi Nara, sambil menatap ke arah dinding kaca, kini berbalik badan, melemparkan pandangan pada Nara yang duduk dengan tatapan datar.Sangat jauh dengan Nara ya

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   Bab55, Mengejeknya

    Bab55Nara berdiri, dan perlahan mundur."Ngapain kamu? Jangan mendekat," bentak Nara, dengan tatapan penuh ketidaksukaan."Nara, aku rindu, rindu sama kamu," lirih lelaki itu, yang tidak lagi lanjut melangkah."Rindu apa? Bulshit. Kamu jahat, kamu perusak kebahagiaanku," ucap Nara dengan suara bergetar."Karena kamu aku menderita, aku terbuang dari keluarga dan aku harus melewati berbagai macam kedukaan," lanjut Nara.Tatapan penuh kekecewaan bercampur luka, terpancar jelas diwajah cantik Nara.Nara yang dulu sederhana, kini menjadi Nara yang cantik, modis dan putih bersih terawat.Membuat kekaguman dimata lelaki yang kini berhadapan dengannya."Aku cinta sama kamu, Nara. Aku nggak bahagia, menyaksikan kamu berumah tangga dengan Angkasa. Kembalilah denganku, Nara. Aku janji, aku akan bahagiakan kamu," ucap lelaki itu."Jangan bicara tentang cinta, pengkhianat, penipu. Demi Allah, Abimanyu, aku benci kamu, aku jijik dan seumur hidup aku akan membenci kamu," tegas Nara."Seharusnya ki

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   54

    Bab54Merasa mendapat tuduhan yang tidak mengenakkan, nenek Asia pun membantahnya."Nenek tidak mungkin melakukan hal itu, Angkasa," jawab nenek Asia dengan suara bergetar."Tapi fakta yang berkata seperti itu. Diam- diam, nenek berhubungan dengan Nara. Padahal Nenek tahu, aku nyaris gila karena dia tinggalkan. Dan Baskara ikut menanggung lukanya. Padahal, dia tidak tahu apa~apa, yang dia tahu Nara pergi dari kehidupannya." Angkasa berkata dengan suara serak, membuat tangis Baskara menjadi pecah."Nenek, Baskara mohon," lirih anak lelaki itu. Membuat dilema nenek Asia."Baiklah, Nenek minta maaf pada kalian, jika Nenek memilih diam dan menyembunyikan keberadaan Nara. Semua Nenek lakukan, atas permintaan Nara, yang tidak ingin terhubung lagi dengan kamu, Angkasa.""Dan Nenek mau menurutinya, membiarkan cucu Nenek sendiri menderita? Dan cicit Nenek menjadi anak broken home, anak malang yang terlahir dari keluarga yang berantakkan?"Nenek Asia meneteskan air mata, merasa tertekan dengan

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   53

    Bab53Dengan semangat yang tersisa hanya setengah, Nara pun membukakan pintu ruang kerjanya."Ada apa, Wi?" tanya Nara, kepada pegawainya yang bernama Dwi."Ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda, Bu. Apakah Ibu mau menemuinya? Katanya ada hal penting yang harus dibicarakan. Jika Ibu menolak, dia akan meminta orang merusak restoran kita."Nara mengeryit."Siapa? Kamu sudah tanyakan namanya?""Pak Angkasa Tantaka, Bu."Mendadak tubuh Nara menjadi gemetar hebat, mendengar nama lelaki itu. Lelaki yang dia rindukan, dia benci dan sekaligus lelaki yang selalu dia hindari selama bertahun- tahun, hingga segumpal kekuatan menariknya kembali dengan berani.Sebelum Nara menjawab, tiba- tiba suara lembut terdengar."Mamah ...." suara kecil anak lelaki itu membuat Nara dan Dwi menoleh ke empu suara.Seorang anak lelaki tampan itu tersenyum, dengan mata yang berkaca- kaca, menatap ke arah Nara.Bola mata kecoklatan itu memancarkan percikkan kerinduan yang mendalam."Mamah, Baskara sudah besa

  • Nyonya Kaya Itu Hanya Lulusan SMA   52

    Bab52Nara terdiam membeku, ketika melihat Bramantio dengan semangatnya berjalan menuju Angkasa.Meskipun dia tahu mengenai status keluarga antara Bram dan Angkasa, tetapi dia tidak mengharapkan adanya pertemuan semacam ini."Lama tidak berjumpa, bagaimana kabar kamu?" tanya Bramantio apa adanya. Angkasa tersenyum sinis, seakan mengejek pertanyaan Bram."Kabarku baik, kamu datang ke Indonesia tanpa memberi kabar kepadaku, kupikir kamu sudah lupa, bahwa kamu mempunyai sepupu.""Kata Nenek kamu selalu sibuk dan nyaris tidak pernah ada di rumahmu. Padahal dari awal aku datang ke Indonesia, aku ingin sekali bertemu kamu, terutama jagoan kecil, Baskara."Angkasa mengernyit, dengan tatapan pertanyaan."Aku tahu dari Nenek, katanya kamu sudah menikah dan memiliki seorang anak laki- laki yang tampan. Kapan- kapan, aku ingin bertamu ke rumah kamu, makan malam gitu." Angkasa terkekeh."Tak usah, aku tidak ingin membuat kamu bahagia."Bramantio mengernyit, mendengar jawaban sarkas Angkasa."Aku

DMCA.com Protection Status