Dua minggu kemudian ....
Ratna Ellisa Bhaskara, ibu mertua Fiora memutuskan mampir di pagi buta begini. Wanita paruh baya yang terlihat anggun dan cantik itu sengaja ingin menemui sang menantu. Dengan tulus, ia berencana meminta maaf. Meskipun tampaknya tak akan mudah, mengingat seberapa dingin sosok Fiora dan seberapa besar kesalahan Eryon beserta James. Namun setidaknya Ratna harus mencoba. Sedingin apa pun sikap Fiora, Fiora tak pernah sekalipun mengabaikannya. Menantunya itu masih kerap tersenyum dan tunduk santun padanya. "Maafkan Ibu, Fiora. Ibu sudah berusaha mencegah mereka. Tapi kau tahu sendiri bagaimana ayah mertuamu sangat percaya pada ramalan Mister Peramal dari Afrika itu. Dan soal Eryon, Ibu benar-benar malu karena dia masih saja tak dewasa di usianya yang nyaris tiga puluh lima tahun," ucap Ratna pada Fiora yang tengah duduk mematung di hadapannya, di ruang tamu itu. "Ibu sudah berusaha. Sungguh! Tapi susah bahkan Ibu sampai dilarang menemuimu. Untungnya Ibu bisa melipir ke sini, sebelum acara pestanya nanti," tambah Ratna menjelaskan. Fiora menatap Ratna. Mimik wajah ibu mertuanya tampak sendu dan penuh ketulusan. Ia percaya seberapa besar Ratna sangat menyesali apa yang terjadi. Selama ini Ratna bisa menjadi sosok ibu kedua bagi Fiora. Sayangnya, Ratna terlalu lemah. Hanya berperan sebagai istri yang serba manut. Tapi, Fiora juga maklum. Ayah mertua dan suaminya memang agak lain! "Tak apa, Bu. Aku bisa menahan semuanya," ucap Fiora yang akhirnya memberikan jawaban. Ratna menghela napas. "Ibu tak tahu, apakah Ibu mampu berdiri di pergelaran mewah pernikahan kedua anak Ibu, Fiora. Rasanya Ibu tak ingin datang. Ibu ingin menemanimu saja, Sayang." "Datang saja, Ibu. Jangan membuat suami dan anak Ibu merasa geram. Lagi pula, aku juga harus bekerja." Suara ponsel yang berdering dari dalam tas branded milik Ratna cukup mengejutkan kedua wanita itu. Ratna segera mengambil benda pintar tersebut. Namun raut masam seketika tergambar jelas di wajahnya. "Ayah mertuamu menelepon," ucap Ratna. "Berangkat saja, Bu. Aku harus mengurusi Skyla," sahut Fiora. Kemudian ia bangkit dari duduknya. "Aku tak ingin anakku muncul di pernikahan itu." Ratna mengangguk mengerti. "Kau benar, jangan sampai perempuan lancang itu mendekati Skyla, Fiora. Kau harus berhati-hati." Usai bangkit dari duduknya, Ratna berjalan menghampiri Fiora. Ia meraih kedua telapak tangan Fiora sambil menatap sendu. Sejujurnya masih banyak permintaan maaf dan segala kata pendukung yang ingin ia katakan pada Fiora. Namun mulutnya tak mampu bersuara terlalu banyak. Apalagi James terus-terusan membuat ponselnya berdering. "Tenang saja, Ibu, aku baik-baik saja," ucap Fiora dan sedikit mendorong agar Ratna segera berangkat ke tempat pesta sebuah pernikahan menjijikkan. Dorongan Fiora membuat Ratna tak lagi menahan diri terlalu lama. Dengan perasaan yang buruk, ia meninggalkan rumah menantunya. Namun ia berjanji, setelah pernikahan Eryon dan Angel, ia akan terus memihak Fiora. Tak ada kesempatan yang ingin ia berikan pada Angel untuk menjadi menantu idaman. Sepeninggalan Ratna, Fiora menuju kamar putri kecilnya. Berencana untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang ibu, kendati ada dua pengasuh yang bisa mengurusi. Namun sesampainya di sana, Fiora dikejutkan dengan penampilan Skyla yang begitu rapi dan jelita. Sebuah gaun indah membalut tubuh mungil Skyla. Dua orang pengasuh tampak sibuk mendandani anak itu, berlagak layaknya staff MUA yang disewa. "Apa-apaan kalian, hah?!" Geram, Fiora berkata sambil berjalan tegas ke dalam kamar. Sari dan Suci menoleh. Mereka lekas menundukkan kepala. Takut. "Ma-maafkan kami, Nyonya. Tuan Eryon meminta kami segera mendandani Nona Skyla untuk ikut serta ke pesta pernikahan beliau," ucap Suci menjelaskan. Fiora ingin menampar kedua pengasuh itu. Namun ia sadar, mereka tak bersalah. Mereka hanya mengikuti perintah. "Keluar!" titah Fiora. "Nyonya?" "Keluar!!!" Lebih tegas Fiora memerintah. Kedua pengasuh segera beranjak pergi. Namun Skyla yang sudah secantik anak peri justru menangis. Takut pada Fiora yang membentak kedua pengasuhnya. "Mommy! Don't be angry! You're so scary!" ucap Skyla di sela tangisannya. "Ah .... Forgive Mommy, Skyla," sahut Fiora menyesal. "Skyla mau ikut ke pesta sama Daddy, Mommy!" "No, you can't attend that party!" Fiora duduk berjongkok di hadapan Skyla yang tengah duduk di sebuah kursi rias. "Please. Kamu harus menurut sama Mommy ya, Sayang." "No, Mommy! Skyla mau ikut Daddy dan Bunda!" Mata Fiora melebar. "Bunda?!" "Ya, Mommy. Bunda Angel." "Stop! Don't call that woman 'Mom'! I am your mom, not her, Skyla!" Namun anak itu justru semakin histeris yang membuat Fiora kian geram. Bukan pada putrinya ia merasa marah. Tapi pada Eryon dan Angel, yang ternyata sudah mendoktrin Skyla agar lebih dekat dengan mereka. Entah apa saja yang telah Eryon tanamkan di benak Skyla selama Fiora bekerja. Pria itu sudah pasti banyak mencuri waktu untuk pulang ataupun menemui si J4lang. "Skyla! Dengarkan Mommy! I am your Mom, not her! Tidak ada kata Bunda untuk siapa pun, selain Mommy!" Merasa sangat pusing, Fiora tak mampu mengerem nada suaranya yang meninggi. "Fiora." Suara parau terdengar di tengah kepanikan Fiora dan tangisan Skyla yang berisik. "Sari, Suci, jaga Skyla. Bawa dia ke mobil saya." Sari dan Suci ternyata ikut serta pria itu. Darwin Alvarez, yang mendadak muncul di sana. Mereka segera masuk ke dalam kamar untuk melaksanakan perintah salah satu tuan besar mereka. "Ayah?" Fiora menatap sang ayah kandung dengan mata yang berkaca-kaca. Namun sebisa mungkin ia tidak ingin menangis. "Skyla akan aman di rumah Ayah. Ayah juga tak sudi cucu Ayah datang ke pernikahan itu. Ah, sebenarnya sejak tadi Ayah sudah tiba, tapi ada mobil milik keluarga ayah mertuamu yang masuk duluan. Ayah menunda datang, karena tidak mau memperumit keadaan. Ayah sudah mendengar semuanya dari salah satu sekretarismu, sekaligus meminta penjelasan dari James. Rupanya pria kolot itu masih percaya pada ramalan dukun Afrika itu," ungkap Darwin. Fiora menghela napas. Agak lega. Akhirnya ada solusi yang tidak terlalu menekan Skyla, sehingga anak itu tak perlu merasa terancam. Meski hatinya tetap menyesal karena sampai membentak putrinya sendiri. Andai Eryon lebih tahu batasan dan tidak terus menyerang Fiora, apalagi sampai menggunakan Skyla, mungkin Fiora lebih bisa menahan diri. "Apa kau begitu mencintai Eryon?" tanya Darwin tak terduga. "Sampai kau harus terlihat sehancur itu? Kau tak pernah begini, Fiora." "Tidak, Ayah. Sejak awal aku tak pernah mencintainya, Ayah tahu sendiri tentang itu. Aku hanya kecewa, karena usahaku di pernikahan kami tidak dia hargai. Dan dia melanggar kesepakatan kami," sahut Fiora. Namun Darwin tidak percaya. Ia justru meyakini jika Fiora sudah menaruh hati pada Eryon. Empat tahun pernikahan bukan waktu yang sebentar. Tak mungkin tidak ada satu pun momen manis di antara mereka, meski Fiora begitu kaku. Apalagi sudah ada Skyla di antara mereka, yang artinya romansa malam juga kerap terjadi. "Sebenarnya kejahatan apa yang pernah Ayah lakukan di masa lalu, sampai mertua sialanku itu sampai mengaku bisa menjebloskan Ayah ke penjara?" tanya Fiora. Darwin menatap Fiora lalu menghela napas. "Ayah pernah berselingkuh dengan siapa? Atau Ayah punya skandal apa dengan pemerintah? Atau mungkin organisasi mafia?" lanjut Fiora menuntut penjelasan. "Masa lalu Ayah tak penting bagimu, Fiora," jawab Darwin pada akhirnya. Fiora menatap tajam sang ayah. "Tak penting bagaimana? Jika tidak ada ancaman itu mungkin aku bisa bercerai dengan Eryon!" "Kau tak mungkin bercerai dengannya, Fiora. Sekalipun ancaman yang melibatkan Ayah itu tidak ada. Mana mungkin kau bisa merelakan semua jerih payahmu dan membiarkan orang lain menikmatinya. Angel, gadis itu hanyalah staff biasa yang sering mengikuti Eryon, bukan? Semuanya akan jatuh ke gadis tak becus itu jika kau memilih bercerai. Karena pada kenyataannya, pengaruh James sedang jauh lebih besar." "Lagi pula James akan bersikeras mempertahankan dirimu, Fiora. Mengingat betapa malasnya Eryon. Dan Angel hanya anak kemarin sore, mana mungkin mereka mampu menggantikan peranmu yang begitu luar biasa. Tanpa dirimu, bisnis kita akan hancur. James sadar betul tentang itu." "Makanya dia akan melakukan segala cara untuk membuatmu tetap menjadi menantunya. Tapi, di sisi lain dia juga menghimpun kelemahan kita agar kita berada di bawah kendalinya. Sekalipun berbesan dan menyatukan perusahaan, pada akhirnya kita semua tak bisa saling memercayai." Darwin benar. Dan sejak awal Fiora sudah mempertimbangkan hal-hal itu. Kecuali dirinya mampu merelakan semuanya dan hidup tanpa sepeser pun hasil dari perusahaan. Sekaligus tak memedulikan semua ancaman James. Namun ia tidak bisa kehilangan segalanya. Apalagi kalah dari Gundik itu. "Jantung ibumu juga belum membaik, jika sampai tahu masalah ini, ibumu bisa kembali kritis," ucap Darwin penuh sesal. Fiora memejamkan mata, merasa kesulitan menarik napasnya. Padahal ingin menyerang, tapi rasanya dirinya terus-terusan diserang. Eryon dan James sudah semakin kurang ajar. "Tamu VVIP itu, hubungi dia." Darwin berangsur menyerahkan sebuah kartu nama pada Fiora. "Seorang pengusaha sukses dari Spanyol. Sepertinya kalian pernah bertemu empat tahun lalu, tiga bulan sebelum kau menikah kau ke Barcelona. Ketika kau memutuskan mencari ketenangan di sana, setelah akhirnya kau baru kembali dua minggu sebelum pernikahanmu. Saat kau menawarkan diri untuk mewakili Ayah di acara amal yang pengusaha itu gelar, dengan menghimpun pengusaha lain dari berbagai negara." "Zeyan Lorenzo? Benar juga. Kami pernah bertemu di Barcelona," sahut Fiora sambil menatap kartu nama itu. Darwin menghampiri Fiora. Memegang kedua pundak putri tunggalnya itu, kemudian berkata, "Secara tak terduga, dia menghubungi Ayah setelah gagal menjalin komunikasi denganmu dan entah apa sebabnya, padahal dia calon tamu besarmu. Dia ingin sekali bertemu denganmu, Fiora. Ayah tak mengatakan komunikasi kami pada James. Kau bisa melobinya. Ayah yakin, putri Ayah tahu cara terbaik dengan memanfaatkan momen ini." *** Bersambung....Beberapa saat yang lalu ....Sambungan telepon antara Fiora dan sosok VVIP terjadi, tepat setelah Darwin memutuskan untuk pergi bersama Skyla dan kedua pengasuh lainnya."Halo, Nyonya Fiora. Saya sudah menunggu panggilan dari Anda," ucap VVIP itu dari kejauhan yang langsung tahu jika sosok Fiora-lah yang tengah menghubunginya.Fiora mengernyitkan dahi. Merasa heran. Kata ayahnya, sosok VVIP itu berasal dari Spanyol, dan sama sekali tidak memiliki darah dari negeri ini. Berbeda dengan Fiora yang meski memiliki darah Belanda, darah Indonesia lebih kental berada di tubuhnya. Belum lagi, pria asing itu bisa langsung tahu sosok Fiora-lah yang menghubunginya."Halo, Mr. Lorenzo. Sepertinya Anda sudah menduga jika saya akan menghubungi Anda," sahut Fiora tetap tenang dan berusaha tidak menunjukkan rasa herannya."Bisakah kita segera ketemu? Anda mendarat di Jakarta pada pukul berapa? Biar kami yang menjemput Anda." Tanpa basa-basi Fiora melanjutkan ucapannya. Langsung ke inti dan seolah tanp
Barcelona, 29 Desember 2019.Zeyan Lorenzo menjadi bintang utama dalam pagelaran acara amal yang dibalut sebuah pesta megah. Acara yang diselenggarakan untuk menarik para donatur besar, dari kalangan jutawan mancanegara dalam keperluan kemanusiaan. Sekaligus dalam rangka membangun relasi dan memperluas bisnis pada kala itu.Namun ada seorang wanita cantik yang hanya diam di sudut ballroom. Penampilannya biasa saja, kontras dengan para wanita yang lain. Meski begitu ia tetap terlihat memesona. Ada segelas wine di tangannya. Raut wajahnya konsisten datar, seolah ia tidak tertarik dengan apa pun dalam acara itu.Sepertinya wanita tersebut juga enggan membuka pembicaraan dengan siapa pun. Ia mungkin hanya 'asal datang'. Sayangnya ia yang berencana menenggelamkan diri dalam keramaian sekaligus keglamoran pesta itu justru berakhir mencolok di mata Zeyan. Sejak acara dimulai, mata Zeyan tak bisa melepaskan pandangan dari wanita itu. Terus menahan keingintahuan sambil berbincang, tapi ia ruti
Jantung Fiora berdetak tak beraturan usai teringat malam penuh kefrustasian itu. Tentu saja ia tidak lupa dengan apa yang telah ia lakukan.Suatu dosa besar yang tak pernah Fiora hilangkan dari memori ingatan. Ia juga ingat bagaimana Eryon mengejeknya yang ternyata tak lagi p3rawan. Padahal Fiora sudah sok jual mahal, apalagi sampai berani menuntut beberapa syarat besar sebelum pernikahan.Selama ini, sebisa mungkin Fiora menutupinya dengan ketenangan. Sayangnya, hal itu sepertinya tak akan bisa berlaku lagi."Kau ...?" Fiora menatap nanar ke arah Zeyan Lorenzo. Bahasanya tidak lagi formal. "Tidak mungkin, 'kan?!"Kedua tangan Fiora sampai mencengkeram kuat permukaan sofa yang masih ia duduki. Terjangan badai dadakan ini sukses membuatnya panik seribu kali lipat daripada saat ia menghadapi pengkhianatan Eryon dengan Angel.Zeyan justru tersenyum. Tampak biasa, tapi penuh misteri."Anda sudah mengingatnya, Nyonya? Benar, pria yang Anda sewa secara spontan. Pria yang tidak pernah Anda l
Ballroom itu sudah didekorasi dengan sangat epic dan luar biasa megah. Gaun pengantin yang Angel kenakan pun begitu mewah, berikut riasan dan hairstyle yang Eryon pilihkan membuatnya semakin memesona. Tentunya ada banyak sekali harapan dan kesempurnaan yang Angel inginkan dari momen hari ini. Namun mengapa harus ada kuman kecil yang baginya cukup merusak pemandangan?“Ck, bikin jengkel saja. Seharusnya aku bisa mendapatkan banyak potret cantik tanpa kuman kecil itu! Anak itu hanya akan membuatku diejek teman-temanku saja!” gerutu Angel pelan-pelan. Ia sudah memastikan Eryon tidak akan mendengar keluhannya, ketika suaminya itu masih sibuk berbincang dengan beberapa teman sesama laki-laki sembari menggendong Skyla yang seharusnya tidak pernah ada!Lagi pula anak itu tak akan berguna. Sebab, Angel dapat memastikan Fiora tak akan pernah datang. Wanita sosialita yang angkuh tersebut tak mungkin rela mempermalukan diri sendiri. Karena meski pesta digelar secara tertutup, nyatanya Eryon masi
Beberapa saat sebelumnya ....Tubuh Fiora terhuyung, hampir jatuh usai menerima kabar tak mengenakan dari Sari. Kepalanya berputar. Tak sanggup dirinya menerima terjangan badai yang seolah bertubi-tubi. Namun di sisi lain, Fiora harus tenang dan berpikir lebih jernih. Ia tidak boleh gegabah, sebab ia yakin Eryon telah mengatur suatu rencana.Karena jika Fiora ingat kembali. Belakangan ini Eryon lebih sering bertindak menyebalkan. Mulai dari melanggar kesepakatan, lalu membawa calon istri kedua ke rumah. Membiarkan gundik berusia dua puluh tiga tahun itu berpenampilan layaknya Fiora. Lalu doktrin yang mungkin Eryon berikan terhadap Skyla agar memanggil Angel dengan sebutan 'Bunda'. Dan terakhir, ketika Eryon justru merebutnya Skyla dari tangan Darwin, padahal hal itu tidak perlu dilakukan!Dengan semua tindakan tersebut, sepertinya Eryon menyimpan suatu motif sendiri. Apakah pria itu sengaja membuat Fiora kesal?"Nyonya Fiora?" Zeyan yang melihat Fiora tampak syok dan hampir terjatuh,
Keadaan pesta telah dikendalikan oleh James. Semua berjalan seperti semula. Namun tidak dengan hati Eryon, Angel, dan Heniyanti. Mereka yang merasa dipermalukan rasanya ingin segera mengakhiri pesta ini. Terutama Eryon.Sebab tak hanya rasa malu yang Eryon alami. Emosinya membuncah, meski masih tertahan di dalam dadanya. Sepasang matanya terus menatap Fiora dan Zeyan, termasuk Skyla yang ada di gandengan Fiora. Mereka justru tidak pergi. Bergabung dalam pesta pernikahan itu, bahkan Fiora terlihat sedang mengenalkan sosok Zeyan pada James.Sementara para tamu juga masih memperhatikan Fiora dan Zeyan. Seolah Fiora dan pria asing itu adalah bintang utama di pesta pernikahan.Sampai tak berselang lama, Fiora dan Zeyan, lalu James serta Ratna sekaligus Skyla justru keluar dari ballroom tersebut. Entah hendak ke mana."Tidak bisa dibiarkan!" ucap Eryon emosi. "Fiora, bagaimana bisa kau menang lagi dariku?"Angel menatap suaminya yang begitu berapi-api. Arah pandangan Eryon dan bagaimana Ery
"Jadi, rencananya kapan Anda akan kembali ke Spanyol, Mr. Lorenzo?" tanya James sembari berjalan di lobi hotel.Zeyan tersenyum sambil terus membersamai langkah ayah mertua Fiora tersebut. "Mungkin tiga bulan lagi. Menyesuaikan masa berlaku visa yang saya gunakan, Mr. James. Rasanya masih belum puas dalam mengeksplor keadaan kota ini dan mencari sumber materinya. Lagi lupa Nyonya Fiora sudah menjanjikan keuntungan besar untuk kita semua. Haha."James turut tertawa. "Yang namanya pengusaha memang tidak jauh dari kata mencari keuntungan ya. Semoga kerja sama kita nanti bisa terlaksana dengan baik."Dari cara Zeyan berbicara, dan begitu fasih berbahasa negara ini, James mulai membuat kesimpulan. Pria muda itu semakin ia yakini 'Zeyan Lorenzo murni sedang mencari keuntungan ke negeri dengan triliyun penduduk ini'. Indonesia memang sering menjadi target pasar para pengusaha dunia. Pasar Indonesia akan memberikan keuntungan besar jika branding dilakukan dengan benar.Jadi, apa pun yang Fior
Duuuuuughhhh!Punggung Fiora dihantamkan keras ke dinding kamar hotel itu. Eryon menyeringai setelah melakukan tindakan kasar pada istri pertamanya tersebut. Ia bahkan tak segan menekan kedua pundak Fiora, agar Fiora tidak bisa melarikan diri darinya."Berani-beraninya kau datang ke pesta pernikahanku dengan membawa g1golo itu, Fiora! Bahkan kau sampai merias diri melebihi kami! Apa yang kau mau, Fiora?! Harusnya kau bisa menjaga martabatku sebagai suami, bukannya bikin malu! Kau harusnya juga sadar jika tindakanmu bisa mencemarkan nama baikmu sendiri!" omel Eryon sambil menatap nanar penuh amarah pada Fiora, yang memberikan ekspresi serupa."Cuiiih!" Fiora meludah tepat ke wajah Eryon, membuat suaminya itu seketika membelalakkan mata. "Menjaga martabatmu sebagai suami?! Jangan bercanda, Eryon!"Eryon mengusap wajahnya yang terkena ludah Fiora dengan kasar, sementara tangan yang lain beralih ke leher Fiora. "Lancang kau, Fiora!"Fiora hampir kesulitan bernapas. Untungnya Eryon melepas
Baru saja hendak memasuki mobilnya, langkah lari seseorang membuat Fiora membatalkan rencananya tersebut. Saat ia menoleh ke arah belakang, tampak Angel yang sedang tergopoh-gopoh untuk menyusulnya. Ada apa lagi? Apakah wanita gundik itu tidak memiliki rasa trauma sedikit pun setelah diberi hukuman oleh Fiora? Namun baiklah, sedikit meladeninya tampaknya akan sangat menyenangkan, terutama di detik-detik terakhir sebelum peperangan sesungguhnya terjadi. Sambil bersedekap tangan, Fiora menatap Angel dengan ekspresi wajahnya yang masih datar. "Bicaralah jika ingin bicara, tapi urungkan niatmu jika kau ingin menyerangku. Kau tidak akan pernah menang dariku," ucap Fiora. Suaranya stabil. Tidak tegas, tidak pula bernada menekan. Namun pancaran matanya justru memberikan kesan berbeda bagi Angel. Angel menggigit bibir. Kedua telapak tangannya tampak masih mengepal. Jujur saja, Angel sempat berniat mengambil sebongkah batu dan melemparkan pada kepala Fiora. Atau segera ia ayunkan ke wajah
Fiora melihat Ratna yang tampak sibuk memarahi Angel di dapur, ketika dirinya dibiarkan duduk di ruang makan. Ibu mertuanya terlihat sekali sedang ingin membantunya dalam membalas dendam. Meski terlihat cukup kekanak-kanakan, tapi boleh juga.Angel bahkan dipaksa untuk memasakkan makan siang. Istri kedua Eryon itu tampaknya pun diperlakukan layaknya pembantu rumah tangga oleh Ratna. Ratna benar-benar menjelma menjadi mertua super menyebalkan teruntuk menantu keduanya.Yah, jika dibandingkan dengan Fiora yang jelas asal-usulnya, memiliki pendidikan tinggi, pintar, dan kerap memberikan pengaruh besar ke perusahaan James, tentu tak aneh jika Ratna cenderung berat sebelah. Apalagi Angel datang dengan status sebagai gundik putranya."Kalau kamu tidak becus menjadi menantu seperti Fiora, setidaknya kamu harus sedikit berguna! Mau ditaruh di mana muka saya di depan menantu kesayangan saya, jika masakan yang saya hidangkan justru hambar bahkan keasinan?!" omel Ratna usai memberikan beberapa t
Ibu Mertua: Siang ini, datang ke rumah ya, Sayang. Ibu kangen sekali makan bersama denganmu. Meski sebenarnya tidak pantas Ibu memohon seperti ini, tapi, Fiora, mohon datanglah. Ibu merindukanmu. Fiora yang duduk di atas ranjangnya berangsur menghela napas usai membaca pesan dari Ratna, ibu mertuanya tersebut. Rupanya segala sesuatu yang terjadi belakangan ini, sampai membuatnya seakan lupa pada keberadaan Ratna.Meski Ratna adalah ibu Eryon sekaligus istri dari James yang telah membuat Fiora murka, pada kenyataannya Ratna tetaplah seorang ibu mertua yang baik dan sangat menyayangi Fiora serta Skyla. Dan sebentar lagi Fiora malah berpotensi menimbulkan kekacauan dalam hidup Ratna. "Aku tahu hubungan pernikahan Ibu dan Ayah Mertua memang tidak sehat, keberadaan Ibu hanya seperti pajangan. Kabar KDRT yang terjadi di antara mereka pun sering aku dengar, termasuk betapa meremehkannya Eryon pada ibunya sendiri. Tapi, ... Ibu Mertuaku yang seperti peri itu, tetap tak akan bisa lari dari p
Fiora menghentikan mobilnya di bagian parkir area dari rumah besar milik ayahnya. Cepat, ia bergegas turun seusai itu. Ia berjalan nyaris tergesa-gesa, disertai dua alasan besar yang perlu segera ia realisasikan. Yakni, menemui si Mungil Skyla dan juga ayah-ibunya. Pertemuannya dengan Zeyan Lorenzo berikut hasil dari pertemuan itu pun mendasari keinginannya untuk segera bertemu Darwin di malam hari ini. "Mommy!" Seruan si Putri cantik menggema di ruang utama rumah itu yang begitu luas. Adalah Skyla Alarice Bhaskara yang kemudian berlari lincah ke arah sang mami. Fiora yang sudah begitu merindukan putrinya turut berlari. Ia membungkuk kemudian menangkap tubuh Skyla. Pelukan Fiora berikan terhadap sang putri berikut serbuan kecupan yang seolah tiada henti. "Au, Mommy!" Putri kecil itu merasa geli, dan sesekali tertawa. Lucu sekali. "Di mana Daddy? Skyla rindu dengan Daddy!"Senyuman Fiora yang tadinya diselingi tawa mendadak sirna. Wajahnya yang awalnya gembira berubah masam sekaligu
"Aaaaaaarrrrrggghhh! Hentikan, Ayah!!!" ronta Eryon ketika pukulan tongkat golf mendarat di bokongnya berulang kali.Tidak hanya itu, sebab tendangan dan tamparan juga sempat Eryon terima dari James. Amarah besar sudah membumbung, menyelimuti diri James usai gosip tentang gugatan cerai yang Eryon ajukan terhadap Fiora beredar. Bagaimana bisa Eryon terus membuat kerumitan setelah segala kekacauan yang ada?! "Gara-gara kamu, keadaan semakin kacau. Dasar Anak Tolol! Sama saja dengan ibumu yang tak berguna! Bahkan kamu malah mengambil gundik yang sama tak bergunanya!" omel James. Geram membuatnya tak segan untuk menendang bokong Eryon, sampai putranya tersungkur di atas lantai kantor.Hukuman penyiksaan semacam ini tentu sudah bukan hal tabu lagi. Sejak Eryon masih sekolah, James kerap memberikan sangsi serupa jika dirinya dibuat sangat geram. Namun belakangan, ia memang lebih bisa mengendalikan diri. Atau mungkin karena Eryon tak lagi serumah dengannya dan kerap menghindarinya. Saat in
Braaaakkkkk!Pintu ruangan terbuka kasar. Derap langkah kaki si Pelaku terdengar keras. Membuat Fiora yang masih berkutat dengan laptopnya, mulai tak fokus. Sepasang matanya yang terbingkai kacamata berangsur menatap tamu tak diundang, tapi sudah ia tebak, jika orang itu akan datang. Siapa lagi jika bukan Eryon orangnya. Datang dengan wajah berselimut amarah. Pakaiannya sangat berantakan, padahal hari ini masih hari kerja. Namun Fiora sendiri sudah tidak heran. Suaminya itu memang pemalas, sering bolos, dan kerap meninggalkan banyak pekerjaan ke para staff maupun asisten. "Kamu, 'kan? Kamu yang membuat gosip itu, iya, 'kan?!" ucap Eryon sesaat setelah menggebrak meja kerja Fiora. Fiora mendengkus, kemudian melepas kacamatanya. Ia berangsur menarik badan. Sembari duduk bersedekap dan melipat kakinya, ia menatap santai pada suaminya. "Benar. Itu aku." Fiora menyeringai, cenderung memberikan sikap meremehkan. "Aku hanya sedikit memulai. Sesuai kesepakatan kita, kamu harus bersedia me
Pagi-pagi wajah Ratna begitu masam. Matanya tak lepas dalam memandang muka menyebalkan dari menantu keduanya. Bisa-bisanya James membawa gundik Eryon itu ke rumah mereka. Belum lagi si Besan tak berkelas juga duduk di sana.Tadi malam, wanita baya yang nyentrik bernama Heniyanti itu memang turut ikut dan memutuskan menginap tanpa persetujuan tuan rumah. Kondisi Angel yang dianggap masih syok, menjadi alasan di balik keputusan sepihak Heniyanti. Belum lagi, Eryon yang justru membela Fiora, di saat Fiora adalah penyebab semua masalah, sukses mengukuhkan keinginan Heniyanti tanpa bisa James dan Ratna tolak sama sekali. "Kalau di rumah saya, jam segini putri saya sudah sarapan dengan menu yang lengkap. Miskin-miskin begini, saya tidak pernah mengabaikan gizi untuk putri saya, apalagi keadaannya sedang hamil. Lalu, kami juga tidak pernah mengabaikan tamu yang datang. Pasti kami selalu memberikan jamuan istimewa!" celetuk Heniyanti sarkastik. Ratna menggeleng-geleng pelan. "Kalau memang b
"Maafkan kami semua, Mr. Lorenzo. Terutama ibu saya yang malah menodong Anda dengan segala pertanyaan, yang rasanya sangat berlebihan." Fiora berubah sambil membersamai langkah Zeyan di taman rumah sakit, yang terbilang sepi.Waktu memang sudah menunjukkan hampir jam dua belas malam. Para medis lebih sibuk di dalam gedung rumah sakit, mungkin hanya beberapa yang berlalu lalang. Keluarga para pasien tampaknya sedang beristirahat, sambil menemani kerabat-kerabat mereka yang sedang dirawat. Zeyan menghentikan langkahnya dan berangsur menghadapkan diri pada Fiora. Sebuah senyum simpul tampak terlukis di bibir merah mudanya. Tampan sekali."Bisakah kita berbicara lebih santai? Jangan panggil aku dengan sebutan mister lagi. Aku bukan lagi, orang asing bagi ...?" Zeyan menelan saliva setelahnya. Rupanya Zeyan masih cukup canggung untuk menyebut nama Fiora tanpa embel-embel kata 'nyonya'. Lagi pula, Fiora belum tentu setuju dengan tindakannya. Dan lagi, seingatnya di negara ini seseorang ya
"Ibu! Jangan pingsan lagi!" ucap Fiora usai memberikan pengakuan atas dosanya di masa lalu. Sisca yang masih menunjukkan keterkejutan mendadak menarik tangan Fiora, dan memukul lengan putri tunggalnya itu. Ada sedikit umpatan yang ia lontarkan pada Fiora untuk pertama kalinya. Ia benar-benar tidak menyangka jika Fiora yang selalu bersikap dingin, justru semurah itu dalam memberikan tubuhnya pada Zeyan Lorenzo. Bagaimana bisa? Mau dibayangkan berulang kali, rasanya tetap tak masuk akal! "Aaaakkkh! Sakit, Ibu! Hentikan!" keluh Fiora ketika pukulan ibunya tidak kunjung berhenti. Ia memundurkan tubuh, sementara ekspresi wajahnya tampak meringis kesakitan. Dengan menggunakan tangan kirinya, ia mengusap bekas sebaten tangan ibunya."Kalau tidak mau Ibu pingsan dan jantungan lagi, kenapa mendadak mengakui hal menjijikkan yang kau lakukan itu, Fiora?!" Keras, Sisca memberikan pertanyaan sekaligus reaksi ucapan untuk pengakuan dosa putrinya. Fiora menggigit bibir, lalu menundukkan kepala. I