Feris sudah datang di kafe yang dipesan oleh Laurent. Tadi pagi, dia baru saja pulang dari vila setelah Lusi datang dengan cara mengendap-endap, dan Feris memergokinya. Lalu, gadis itu meminta maaf sedalam-dalamnya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Saat Feris menanyakan, siapa yang menyuruh Lusi, jawabannya hanya berupa gelengan tanda Lusi harus merahasiakannya, dan dia tidak memaksa Lusi untuk tau kebenarannya.
Saat pulang pun, Feris juga disambut dengan berbagai macam pertanyaan dari beberapa pelayan termasuk Bibi Lani dan Naratama, sebab malam tadi dia tidak tidur di kamarnya. Hal ini membuat mereka curiga, bahkan pertanyaan mereka makin nyeleneh seperti, apakah Feris tidur sekamar dengan Nyonya Alecta?
Kabar kedekatan Feris dengan seorang wanita akhirnya menjadi trending topik di rumah itu. Bibi Lani dan Naratama saja yakin jika Alecta mampu menjadikan hidup Feris yang membosankan dan terkesan kaku menjadi berwarna.
Jangan lupa masukin novel ini di rak favoritmu, dan beri saja GEM agar leboh semangat updatenya! terima kasih kepada kamu yang sudah buka gembok di novel ini. Semoga sehat selalu.
Feris berhenti di sebuah perumahan kelas II yang berada lumayan jauh dari kafe yang diperuntukannya bertemu dengan Laurent. Dia mendapat alamat agen kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor lain yang sebenarnya tidak setenar milik Laurent. Tapi, apa boleh buat, Feris ingin menyelidiki kembali hubungan antara Freya dan David Mirman. Baginya, sangat janggal sekali untuk urusan kontrak harus dibicarakan dengan makan berdua, ditambah sekarang ini Naratama lebih sering mendapat libur daripada jatah mengantarkan majikannya. Sebenarnya tidak apa-apa jika seorang majikan bisa mandiri. Tapi, kemandirian Freya terasa janggal. Dari informasi yang didapat Feris, ada kesamaan dari Naratama dan Laurent. Mereka mengatakan kalau Freya sebentar lagi akan syuting di luar negeri. Itu berarti memperkuat pernyataan jika Freya akan menjalankan surogasi secepatnya. Feris menghela napas. Dia sudah berada di depan sebuah rumah yang berukuran standart. Yang dia ketahui peru
“Saya ingin bertemu dengan David Mirman,” ucap Freya kepada resepsionis sambil menujukkan ponselnya. Dia juga akan menginap di hotel ini. Tentu saja masker yang menutupi sebagian wajahnya menjadi andalannya saat ini. “Baik, silakan tunggu di lobby, Miss,” kata Perempuan dengan rambut di gulung ke belakang dan berpakaian sangat rapi. Dari nametag yang terpasang di dadanya, tertulis kalau namanya adalah Sofia. Freya duduk, sambil mengirim pesan kepada David kalau dia sudah sampai. Di bagian resepsionis, Sofia sedang sibuk menerima pesan dan kepalanya tertunduk-tunduk ketika bilang “iya” atau “baik, pak” di telepon. Freya berharap yang menelepon itu adalah David, sebabnya dia tidak mau berlama-lama di lobi. Resepsionis yang bernama Sofia itu memberitahu kalau David sudah siap ditemui. Seorang bellboy menawarkan diri membawa koper kecil yang dibawa Freya. “Iya, bawakan.” Freya bangkit dan si bellboy itu mendahuluinya. Sebe
Suara ponsel milik Alecta membuyarkan percakapan intens antara dirinya dan Feris. Mendadak ekspresi Feris tak senang ketika Alecta menerima sebuah pesan baru. Seolah pandangan perempuan itu langsung teralihkan oleh bendak kotak itu. Alecta termenung ketika membaca pesan dari Freya. “Sepertinya mulai besok Aku harus bolak balik ke rumah sakit untuk cek kesehatan. Sebentar lagi Freya akan memulai proses surogasi untuk kedua kalinya.” Seketika Feris merasa dadanya sesak. Selama ini ia telah melupakan kalau perempuan yang duduk di hadapannya ini hadir untuk sedikit keegoisan majikannya. Mendadak perutnya sedikit mual ketika tau Alecta menyewa rahimnya untuk berjuang keluar dari kehidupannya yang malang dan menyedihkan. Rasanya, Feris ingin memeluknya saat ini. “Hei, Feris. Kalau nanti tugasku sudah selesai, aku sudah mengandung anak Freya dan Priam, sampai nanti melahirkan. Apakah setelah kontrak itu selesai, kamu masih mau menemuiku di suatu tempa
Alecta yakin mobil Feris sudah pergi dari vila ini. Kalau malam, suara deru mobil sudah pasti terdengar sampai ke kamar Alecta. Dia masih tidak percaya kalau tadi, dia mencium pria berkacamata itu sampai wajahnya memerah dan shock. Alecta baru bisa membuktikan sekarang, kalau umur yang lebih tua tidak menjamin dewasaannya. “Mungkin itu ciuman pertamanya. Ah! Ternyata dia masih polos.” Alecta tertawa. Kejadian tadi membuat Alecta tidak bisa tidur. Meskipun hanya ciuman biasa, sensasinya masih membekas. Berbeda dengan ciuman dari Priam yang membara dan terkesan terburu-buru. Sensasi yang ditinggalkan hanya rasa malu dan Alecta merasa seperti pecundang besar. “Apa karena Priam itu sudah beristri jadi rasanya berbeda dibanding Feris yang masih sendiri.” Kenangan pahit itu kembali muncul. Alecta masih merasa khawatir kalau tiba-tiba Priam datang dan meminta bercinta dengannya. Pasti dia tidak akan siap untuk melakukan hal itu, apalagi menjal
Tidak ada percakapan saat mobil melaju menuju rumah sakit. Hari ini, baik Alecta ataupun Feris sama-sama membisu. Bukan berarti mereka sedang tidak akur satu sama lain, hanya saja mereka malu-malu untuk memulai. Setelah kejadian malam itu, semuanya terasa canggung.Alecta merasa dirinya terlalu agresif karena memulai ciuman itu lebih dulu. Sedangkan Feris bingung, bagaimana memulai lagi ciuman itu, tapi harus dari dirinya yang mencium lebih dahulu. Ia merasa harus mengumpulkan keberanian untuk itu.Mobil berhenti di tempat parkir yang disediakan oleh pihak rumah sakit. Feris memang sengaja memilih tempat yang teduh. Alecta bersiap membuka pintu mobil, akhirnya dicegah. Refleks Alecta bertanya, “Ada apa?”Feris masih belum bisa berkata lancar, sebab itu saat berbicara kata-katanya tidak jelas seperti menceracau. Untuk pertama kalinya, ia sulit mengatur agar kata-katanya terdengar jelas.“Kamu mau mengatakan apa?”
Pemeriksaan kesehatan Alecta sudah selesai, kini giliran menunggu hasilnya keluar. Di ruang tunggu, Feris masih di sana duduk dengan kepala menunduk membaca sesuatu di ponselnya. Ia lansung menatap Alecta.“Sudah selesai?”Alecta menggeleng. “Kita harus harus menunggu hasilnya.”Feris tersenyum, dia menyimpan ponselnya, lalu mengisyaratkan tangannya ke samping agar Alecta bisa duduk di dekatnya. Alecta menurut.Alecta duduk sangat dekat dengan Feris, tanpa ada jarak. Kepala perempuan itu bersandar di bahu Feris seakan meminta kehangatan. Ia melipat jarak yang terjadi diantara dia dan Feris.Jantung Feris berdegup kencang. Dia berharap Alecta tidak mendengarnya. Tangan Alecta memeluk tangannya seakan perempuan ini habis mengalami sebuah ketakutan.“Kamu baik-baik saja?”Alecta menggeleng pelan. “Aku sedikit kedingina. Ruangan dokter itu sangat dingin menurutku, dan biarkan a
Alecta duduk di tepian ranjangnya, lalu menatap kotak kardus berwarna pink lembut dengan tatapan tidak senang. Dia berpikir, mungkin jika saja lingerie hitam itu berasal dari Feris, pasti dirinya akan sangat senang sekali. Sayangnya, lingerie hitam itu berasal dari Priam. Lebih tepatnya kostum yang harus dia pakai untuk kedatangan Priam. Malam ini, Priam ingin memenuhi keinginan Alecta yang memintanya untuk bercinta. Alecta menjambak rambutnya sendiri ketika mengingat pagi, saat Priam datang dan mencumbuinya. Dia tanpa perhitungan yang matang meminta Priam untuk melakukan hubungan intim. Dulu saat Alecta pertama kali bertemu dengan Priam, saat dia merasa diberi kesempatan untuk balas dendam ke Freya, impiannya adalah merebut apapun yang Freya punya termasuk rumah, harta, popularitas, dan Priam. Sekarang, setelah Alecta mengetahui ada satu orang yang benar-benar sabar untuknya, benar-benar mencintai setulus hati, benar-benar memperlakukannya seperti wan
“Apakah itu Priam? Kalau iya, dia terlalu cepat datang sebelum semua rencanaku terealisasikan.”Alecta terlonjak dari tempat tidurnya. Dia segera menyimpan pil tidur yang sudah digerusnya beserta lumpang dan alu ke dalam laci. Sedangkan botol obat tadi hanya ditutupi bantal. Dia harus memastikan siapa yang datang, dan berharap itu bukan Priam. Begitu keluar dari kamar, Alecta langsung berlari menuju balkon, tempat dia melihat mobil siapa yang datang. Dia merasa lega saat mengetahui yang datang adalah mobil dari jasa pengiriman yang mengantarkan barangnya. Tapi, kelegaan itu tidak bertahan lama. Lusi sudah keluar menerima paket itu tanpa memanggil Alecta. Apa mungkin dia ingin memeriksa paket itu? Alecta tidak mau Lusi memeriksa barang pesanannya tanpa seizinnya. Jadilah Alecta berlari turun mengabaikan suara gaduh yang dia ciptakan sendiri. Bahkan Alecta melewati dua anak tangga sekaligus agar mempercepat langkahnya. Beruntung Alec
Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).
Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d
Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak
Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran
Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip
Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa
Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat
Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden
Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny