Beranda / Romansa / (Not) A Queen / Chapter 6 Rencana yang Sedang Dirancang

Share

Chapter 6 Rencana yang Sedang Dirancang

Penulis: Ilamy Harsa
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-17 11:19:18

“Anda tau, Nyonya Freya. Bahkan perempuan berbadan gendut itu mengusir Alecta, tak peduli ada uang di tangannya.” Laurent tertawa. “Lalu setelah perempuan itu diusir, tiga debt collector itu merampas uangnya, dan terakhir dia bermalam di depan toko.” Laurent menjentikkan jarinya. “Bukankah itu menyenangkan?”

Freya hanya tersenyum simpul. Meskipun Laurent berhasil menjungkirbalikkan kehidupan Alecta, tapi perempuan itu belum menghubunginya sampai sekarang. Jika ia sudah menyerah, harusnya sejak tadi malam minta untuk dijemput.

“Jadi bagaimana dengan bayarannya?” tanya Laurent.

Freya mengambil amplop yang berisi uang untuk membayar jasa Laurent, pria yang mirip Swiper si rubah pencuri. “Silakan dihitung.”

Laurent tertawa. “Aku percaya padamu, Nyonya.”

Freya mengecek ponselnya. Tidak ada panggilan masuk ataupun pesan baru. Dia mulai resah.

“Sepertinya ada sedang menunggu sesuatu. Biar aku tebak, pasti perempuan itu belum menghubungimu. Itu yang membuatmu gusar, kan?” Laurent mengambil satu batang rokok dari tempat persegi yang ada di dekatnya.

“Tebakanmu benar, Laurent. Selama Alecta tidak menghubungiku, rencana ini tidak bisa dikatakan berhasil.”

Laurent menyalakan pemantik, lalu membakar ujung rokoknya. Dia menyesapnya, kemudian mengeluarkan hembusan aroma khas tembakau murahan. Freya tidak menyukai aroma itu, tapi terlalu malas untuk memprotes kegiatan Laurent.

“Asal kamu tau, Nyonya Freya. Selama aku membuntutinya, perempuan incaranmu itu tidak memiliki ponsel.” Laurent menyesap rokok itu, lalu mengembuskan asap dari mulutnya.

Mata Freya melebar. Dia bangkit, lalu menggebrak meja. “Kenapa kamu tidak bilang sejak awal!”

Laurent menyeringai seakan memberikan sebuah cibiran kepada Freya. “Bukankah kalian sudah bertemu setelah penculikan itu? Kenapa tidak Anda tidak mengamatinya, Nyonya. Menyedihkan sekali, ternyata masih ada sedikit kebodohan di sini,” ucap Laurent sambil menunjuk kepalanya yang berarti ada kebodohan di otak Freya.

“Brengsek!” Freya menganggap cibiran dari Laurent adalah bentuk penghinaan atas kecerobohannya sendiri.

“Kuberi satu nasehat untukmu, Nyonya.” Laurent mengembuskan asap ke udara yang membuat Freya merasa muak . “Jika Anda sedang membangun sebuah rencana, pastikan tidak ada satupun hal yang terlewatkan. Kalau tidak, rencana yang susah payah Anda bangun akan berbalik seperti bumerang. Anda bisa celaka sendiri.”

Freya menatap Laurent yang masih duduk di kursi putar. “Terima kasih.”

Setelah mengatakan ucapan terima kasih, Freya meninggalkan ruangan itu. Selama perjalanannya keluar dari Kantor Mata-Mata dan Pekerjaan Kotor itu, dia menjadi perempuan pemikir. Dia memikirkan tentang kebodohannya melewati hal sekecil itu.

“Bodoh! Harusnya kamu juga mengecek isi tasnya.” Kekesalan Freya seakan menguar keluar dari tubuhnya. Raut wajahnya tampak jelas jika dirinya menahan marah.

Sampai di dalam mobil, Freya terkejut dengan ponselnya yang berbunyi. Sebuah nomor yang tidak dikenal meneleponnya.

Jangan-jangan Alecta!

Freya buru-buru menjawabnya dengan menekan ikon gagang telepon berwarna hijau. “Hallo.”

“Halo, Freya!” suara penelpon itu amat familiar diterima telinga Freya.

“Alec? Alecta Zeline?”

“Benar! Aku Alecta. Maaf jika membuatmu bingung. Saat ini waktuku tidak banyak, karena ponsel ini bukan milikku. Aku meminjamnya dari ibu pemilik warung makan.”

“Ada apa meneleponku?” Freya menggiring Alecta untuk segera berbicara to the point.

“A-aku, aku menerima tawaranmu, Frey.”

Desiran kelegaan seakan sedang menghujani hati Freya yang dari semalam diliputi kegelisahan. Alecta baru bersedia setelah hidupnya jatuh ke dasar jurang.

“Benarkah? Tapi apa yang membuatmu berubah pikiran Alec?” Freya menanyakan seolah-olah dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Padahal, dia otak di balik drama ini.

“Nanti kujelaskan, sekarang bisa kamu jemput aku di rumah tak berpenghuni, di Jalan Wales nomor 43C?”

Freya tersenyum sangat mengerikan. “Baiklah, aku akan menyuruh orang untuk menjemputmu, Alec. Bersabarlah sedikit.”

“Aku akan menunggumu. Maaf, aku segera menutup telepon ini karena batas waktu habis. Terima kasih Frey.”

“Sama-sama.” Freya tertawa penuh kemenangan. Pertaruhan uangnya kali ini berhasil daripada pertaruhan menculik Alecta yang tidak menghasilkan apapun.

Bukan ‘tidak menghasilkan apapun’, justru itu penyambung antara diriku dan Alecta.

Freya masih menganggap dirinya cerdas, meskipun ada sesuatu yang terlewatkan, tapi mangsanya masuk perangkap sesuai keinginannya.

Mobil berjalan meninggalkan kantor mata-mata dan pekerjaan kotor yang berbalut gedung olahraga. Hari ini dewi keberuntungannya berada di pihak Freya. Sebentar lagi, semua yang dia mau akan masuk dalam genggamannya, layaknya tali penggerak boneka. Bahkan suaminya sendiri sudah Freya anggap seperti boneka yang dikendalikannya.

“Nara, antarkan aku sekarang ke apartemen kelas satu di kota ini,” titah Freya kepada sopirnya.

“Baik, Nyonya!”

***

Sekembalinya Alecta dari rumah makan itu, dia tetap menyimpan sebuah pertanyaan.

“Kenapa Freya menanyakan jawabanku tadi? Ada yang aneh. Dia hanya menganggap aku berubah pikiran?”

Alecta jadi ragu kalau Freya yang membuatnya seperti ini. “Tapi, kan dia bisa hanya berpura-pura tidak tau.”

Itu masuk akal. Sebab Alecta pernah ambil bagian dari kelicikan dan usaha barang terlarangnya. Saat itu Alecta masih SMA, dan diharuskan pindah kelas karena kelasnya semakin hari semakin menyusut jumlah siswanya karena banyak orang tua yang pindah ke Kota Zen, salah satu kota metropolitan di Borndenis.

Alecta terpaksa tinggal di kelas yang populer karena kenakalan siswanya, sampai para guru angkat tangan mendisiplinkan mereka. Alecta harus terbiasa dengan siswi yang berbicara kata-kata kotor, beberapa anak yang  sengaja duduk di belakang lalu bercumbu, ada juga satu perempuan yang harus mencumbui beberapa anak laki-laki sekaligus dan digilir menjamahi tubuhnya, pemandangan yang membuat Alecta mual.

Alecta duduk di sebelah Freya, siswi yang terkenal seantero sekolah, dan memiliki beberapa kenalan dari sekolah lain. Ia terkenal bukan karena prestasi, melainkan kepintarannya berbisnis dan taruhan. Ia pernah mengadakan taruhan untuk balapan motor, dan ia selalu memenangkannya, seakan uang-uang taruhan itu ditakdirkan menjadi miliknya.

Bisnis yang dijalankan Freya cukup beresiko untuk seukuran siswi SMA. Dia menjual protection berbagai rasa. Aturan di Kota Numa sangat ketat, barang seperti itu tidak boleh dibeli oleh remaja yang masih sekolah atau di bawah 18 tahun. Dan Freya melanggar aturan itu untuk mendapatkan uang.

Alecta pernah melihat ada barang seperti itu di tas Freya, bukan cuma satu biji, melainkan satu dus yang wadahnya sudah dilapisi koran, agar tidak banyak yang curiga. Alecta yang tidak mau terlibat masalah dengan teman sebangkunya memilih diam.

Suatu hari di kantin, siswi bernama Lyra (teman sekelas yang duduknya di belakang) melabrak Freya karena kalah taruhan dan menuding Freya telah berbuat curang. Semua terjadi di depan mata Alecta, dia diam tidak berusaha membela.

“Lihat saja, riwayatmu akan tamat Freya. Bisnis haram-mu juga akan terbongkar dan sebentar lagi!” ancam Lyra.

Keesokan harinya, saat jam istirahat suasana kelas lenggang, hanya ada Freya dan Alecta. Freya melancarkan aksinya, dengan membawa banyak protection berbagai varian, lalu memasukkannya ke dalam tas Lyra. Alecta berpura-pura tidak melihat dan tenggelam dalam buku yang dibacanya.

Setelah melakukan itu, Freya keluar kelas. Tak lama kemudian para gerombolan siswa mendatangi kelas berserta dua guru. Freya mengatakan jika Lyra menjual protection di lingkungan sekolah.

Lyra masih berdalih, kalau ia tidak pernah berjualan seperti itu. Ia mengatakan jika yang berjualan sebenarnya adalah Freya. Namun, Freya telah memasang ranjau untuk Lyra. Dua guru itu akhirnya memeriksa tas Freya dan Lyra. Pada tas Freya tidak ditemukan barang itu. Karena ia telah memindahkannya ke dalam tas Lyra.

Saat tas Lyra mendapat giliran untuk digeledah, banyak protection berbagai warna dan rasa memenuhi tasnya.

“Loh! Jadi yang jualan itu kamu, Ra?” celetuk salah seorang siswa lain.

“Bukan! Bukan aku! ini pasti orang yang jahat kepadaku!” Lyra gelagapan. “Dia yang menaruh semua protection ini di tasku”

Alecta sekarang tau, kenapa tadi Freya menaruh barang dagangannya ke tas Lyra. Sebelum Lyra menyerang, Freya sudah lebih dulu menghabisinya. Alecta terkejut dengan rencana penjebakan ini. Padahal, Lyra termasuk pelanggan setia Freya. Hampir setiap hari, ia membeli barang itu sebelum pulang.

“Coba tanyakan pada teman sebangkunya, dia pasti tau siapa yang menaruh protection di tasku!” Lyra menunjuk Alecta. “Cuma dia yang jarang keluar dari kelas.”

Sekarang semua orang menatap Alecta, tak terkecuali Freya. Walaupun rencana menjebak Freya sudah sangat baik, tapi ia selalu meninggalkan satu kecerobohan. Saksi yang ada di dalam kelas hanya Alecta. Meskipun membaca buku, matanya bisa melihat apa yang diperbuat Freya tadi. Semuanya menunggu jawaban dari Alecta.

“Memang sejak tadi aku di kelas, membaca buku.” Alecta balas menatap Freya. “Tapi tidak ada yang menyentuh tasmu, Lyra. Oh iya, aku baru ingat! Bukannya tantemu itu punya apotek, ya?”

“Tuh, kan! Bener pasti yang jualan itu Lyra! Tantenya saja punya apotek, bisa jadi dia mendapatkan suplai barang dari tempat itu?” Freya menambahkan sebagai pemanis.

Lyra yang tidak terima lalu mendatangi Alecta untuk menamparnya, namun tangannya terhenti oleh guru yang sedari tadi diam. “Tidak ada kekerasan dalam sekolah. Sekarang ikut bapak ke ruang BK!”

Lyra diseret oleh guru laki-laki itu. Para siswa yang bergerombol tadi membubarkan diri setelah menyoraki Lyra. Freya juga ikut ke ruang BK untuk dimintai keterangan.

Saat jam pulang, Freya sengaja menunggu Alecta di gang dekat sekolah. Gang yang selalu di lewati Alecta saat pulang.

“Hai!” Sapa Freya.

Alecta cukup kaget dengan sapaan itu. Jarang sekali Freya menyapanya. Meskipun sudah tiga minggu menjadi teman sebangkunya, jangan kira gadis itu mau berbicara pada Alecta yang sudah terkenal pendiam.

“Oh, hai.” Alecta hanya menyapa sebentar lalu berjalan masuk gang.

Dari belakang, Freya langsung merangkul Alecta. “Aku mau berterima kasih padamu soal tadi.” Sambil berjalan, Freya mengambil dompetnya lalu memberikan uang kepada Alecta. “Ini tanda terima kasihku.”

“Tidak perlu.” Alecta mengembalikannya uang itu kepada Freya. “Lagian aku punya dendam pada Lyra. Jadi anggap saja kita sejalan.”

“Wah! Ternyata orang pendiam sepertimu bisa mendendam?” Freya tertawa terbahak-bahak mendengarnya.

“Dendam adalah salah satu sifat yang ada pada manusia. Dan aku masih manusia, Frey. Aku pernah di-bully habis-habisan oleh Lyra saat SMP. Jadi, jika aku membalasnya saat ini tak salah, kan?”

“Tidak, tidak ada yang salah. Tindakanmu benar, Alec. Dan tindakanmu itu menyelamatkanku.” Freya menarik tangan Alecta. “Aku lapar! Ayo kita ke restoran cepat saji, aku yang akan mentraktirmu.”

“Eh! Tunggu, Frey!” Alecta tidak bisa menolak. Dia mengikuti Freya ke restoran cepat saji yang lokasinya tak jauh dari sini.

Di restoran cepat saji, mereka memesan burger, soda dingin, es krim, dan kentang goreng ukuran besar. Di sela menunggu pesanan datang, Alecta ingin bertanya tentang bisnis yang dijalani Freya.

“Kamu mendapat pasokan barang itu dari mana? Bukannya barang itu tidak boleh dibeli oleh anak di bawah usia 18 tahun?”

Freya terkekeh. “Itu bisa diatur. Aku punya banyak koneksi.”

“Apa kamu tidak takut jika bisnismu ketahuan? Ditambah akan banyak remaja yang mencoba berhubungan intim.” Alecta memang memikirkan sejauh ini. Sejujurnya dengan membantu Freya, secara tidak langsung di sudah terlibat.

Freya mendekatkan wajahnya. “Masa muda itu selalu ingin mencoba hal yang baru. Tentu saja mereka ingin melakukan ‘itu’ tanpa resiko hamil. Mereka tidak mau menjadi orang tua dengan usia semuda itu.”

“Tapi itu melanggar norma.”

“Ternyata kamu ini cerewet sekali, Alec. Sebenarnya apa maumu?”

“Aku tidak ingin terlibat dengan bisnismu.”

“Santai saja, Alec. Aku bukan orang yang selalu melibatkan orang-orang yang tidak punya keperluan dengan barang itu. Kecuali tadi, jika aku tidak bergerak lebih cepat daripada Lyra, aku yang akan kalah.”

Setelah hari itu Alecta membiarkan Freya menjalankan bisnisnya. Untuk timbal baliknya, Freya membantu Alecta untuk melawan siswa-siswi lain yang merisaknya.

Alecta masih mengingatnya. Kejahatan Freya tetap tersimpan di memori kenakalan remaja. Baginya, Freya adalah perempuan pemikir dan rela berkorban apapun demi tujuannya tercapai.

“Bagaimana jika Freya sedang menjalankan sebuah rencana yang melibatkan aku? Tapi, semakin aku dekat dengannya lagi, bukankah itu semakin baik? Aku bisa membalaskan dendamku? Misalnya merebut suaminya?”

Alecta tertawa. “Itu pasti menarik sekali!”

Bab terkait

  • (Not) A Queen   Chapter 7 Menjadi Pribadi Lain

    Sebuah mobil putih mengkilat dengan ban-ban hitam yang kontras dengan warna aspal berhenti di depan rumah tak berpenghuni. Seorang pria berpenampilan rapi keluar dari mobil, lalu menatap ke sebuah jendela tanpa kaca. Di sana Alecta sudah menunggu.Alecta mengambil napas panjang. “Ini saatnya memulai membalaskan dendam. Kamu bisa Alecta. Buat Freya menderita karena pernah merampas orang yang kamu sukai! Buat Freya menanggung akibat karena menjungkirbalikan kehidupanmu dalam semalam. Buat Freya membayar semua ini.”Alecta sudah memantapkan tekadnya. Dia hanya ingin membuat Freya merasa kehilangan. Dia mengangkat tas besar dan amplop berisi surat kontrak yang tulisan sudah pudar. Saat melangkah keluar, Alecta mendapat sambutan penuh penghormatan di lakukan oleh pria itu.“Saya Naratama, utusan dari Nyonya Freya. Silakan masuk, Miss Alecta.” Pria itu membukakan pintu mobil seakan menyuruh Alecta agar segera bergegas.Alec

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • (Not) A Queen   Chapter 8 Perbaikan Menjadi Cantik

    “Poin ke-15, tidak boleh keluar apartemen kecuali saat pemeriksaan berkala ataupun dalam keadaan mendesak. Poin ke-16, tidak boleh membocorkan hal ini kepada media dan hindari paparazi.” Aleta tidak percaya jika isi surat kontrak ini ada 100 poin yang harus dipatuhinya. “Kamu membuat surat ini jauh lebih detail dari sebelumnya.”Freya masih menikmati kopinya. Sejenak ia belum menjawab pertanyaan Alecta.“Poin ke-27, dilarang membawa teman ataupun saudara ke apartemen ini. Kamu ingin menyiksaku dalam kesepian?” Alecta menatap tajam lawan bicaranya yang masih menyesap kopi. “Jawab aku, Frey.” Alecta sudah merasa gemas karena tak kunjung dijawab.Freya meletakkan cangkir kopinya dengan lembut, seolah sedang makan bersama keluarga kerajaan. Kini, ia menatap Alecta. “Iya, aku mendetailkan semua surat kontrak itu agar kerahasiaan surogasi ini tetap terjaga. Tidak bocor pada media, karena aku tidak men

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • (Not) A Queen   Chapter 9 Pria Penurut

    Alecta mendekatkan wajahnya ke Naratama. “Bagaimana kepribadian Priam Ardiaz?”Refleks Naratama menghindar, lalu menyodorkan sekotak donat. “Miss mau donat?”Alecta tersenyum, pertanyaannya tidak dijawab oleh Naratama. Dia tidak memperlihatkan rasa kesalnya melainkan tersenyum dan mengambil satu donat bertopping cokelat. “Terima kasih, kelihatannya lezat.”Alecta memainkan aktingnya. Dia memakan donat yang dipilihnya, seolah melupakan pertanyaan nekat tadi. “Donat ini sungguh enak!”Naratama tertawa hambar sambil menggaruk belakang kepalanya. Bagi Alecta, perilaku seperti itu berarti lawan bicaranya sedang grogi.“Kenapa Miss bertanya soal Tuan Ardiaz?”Alecta diam sejenak, memikirkan apa yang ingin dia jawab, karena perilaku Naratama agaknya sulit ditebak.“Iya ... Aku hanya takut. Selama ini aku belum pernah bertemu langsung dengan Priam Ardiaz, tapi aku

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • (Not) A Queen   Chapter 10 Buket Bunga Kedua

    Priam sedang terjebak dalam lautan manusia. Rapatnya sudah selesai tiga puluh menit yang lalu, tapi perjalanan menuju restoran, tempat pertemuannya dengan kandidat surrogate mother akan terlambat. Dia sudah mengirim pesan kepada Freya, kalau dirinya akan terlambat sampai waktu yang tidak bisa diprediksi.“Macet banget, Pak.” Pak Samsul berusaha memecah kesunyian serta kecemasan tuannya.“Tidak apa-apa, Pak. Lagian banyak orang yang turun ke jalan. Apa mereka sedang demo?” Priam bertanya balik.Pak Samsul yang tadi sudah menegangkan wajahnya karena takut kena semprot Priam karena keterlambatan ini, akhirnya bisa bernapas lega. Setidaknya tuannya tidak memasang wajah galak seperti singa jantan yang ingin berkelahi dengan singa lainnya.“Sepertinya tidak, Pak. Kalau tidak salah sedang ada festival kembang api untuk memperingati hari jadi kota ini, Pak,” Pak Samsul menjawab santai. Ia tahu berita fest

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-21
  • (Not) A Queen   Chapter 11 Firework

    “Miss, Tuan Priam sudah datang.” Naratama memberitahukan kedatangan Priam kepada Alecta.Alecta reflek memandang Priam yang masih terpaku di tempatnya. Mata mereka bertemu.Alecta melihat sosok pria dengan mulut sedikit terbuka dengan penampilanya yang sedikit kacau berbalut setelan jas mewah. Pria itu masih terpaku dengan mata yang lurus menatap Alecta.Apakah ada yang salah dengan penampilanku?Berkali-kali Alecta mengelap mulutnya takut ada yang sisa makanan yang menempel, dan sedikit salah tingkah. Akhirnya dia memilih menundukkan pandangannya, berusaha agar tidak perlu bersitatap dengan Priam terlalu lama.“Silakan duduk, Tuan. Saya akan memanggil Nyonya Freya, karena beliau sedang menelepon di ruangan lain. Permisi.” Naratama berlalu dengan sopan.“Iya.” Priam menjawab singkat, lalu berjalan pelan menuju meja yang sudah ditempati Alecta.Meskipun tidak menengok sepenuhny

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-24
  • (Not) A Queen   Chapter 12 Aku Menginginkan Waktumu

    Letusan kembang api pertama membuat perhatian Priam teralihkan. “Sudah dimulai festivalnya.” Dia bangkit lalu berjalan menuju balkon untuk melihat letusan berikutnya. Baginya festival kembang api yang diadakan setiap penghujung bulan November adalah salah satu kenangan yang mengingatkan Priam kepada orang yang dicintainya.Letusan kembang api bermunculan lagi terus menerus hingga langit Kota Dennosam penuh dengan pemandangan yang indah. Setiap kembang api yang meletus itu, sekejap membentuk lingkaran, mereka akan hilang lalu berganti letusan kembang api yang baru.Priam terlalu terbawa suasara. Dia merasa istrinya berdiri tepat di sampingnya, ia bilang jika festival kembang api ini sangatlah indah. Tanpa sadar, Priam merangkul perempuan yang dia rasa adalah istrinya.“Bukankah ini festival kesukaanmu, Camelia?”Perempuan yang dirangkulnya itu memberontak. “Camelia? Siapa yang kamu maksud, Priam? Aku ini Alecta!&

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • (Not) A Queen   Chapter 13 Seperti Rapunzel

    Mobil yang dikemudikan Naratama melaju meninggalkan pelataran restoran. Tepat berjarak 750 meter menuju apartemen kelas I, sebuah tanda bahwa jalanan ditutup karena dikhususkan untuk jalan festival. Mau tak mau Naratama harus putar balik. Ia menggerutu karena harus memutar jalan sejauh lima kilometer lagi. Namun, Alecta tidak peduli. Dia menganggap apa yang dialami Naratama adalah karma paling ringan karena telah mengancamnya. Naratama terpaksa mengambil jalan lain. Ia tak mungkin membiarkan Alecta berjalan sendirian meskipun jaraknya sudah lumayan dekat. Ternyata benar yang dikatakan Priam, jika Naratama terlalu penurut dengan perintah Freya. Huh! Ia masuk ke dalam orang yang bakal tidak kupercayai! Alecta teringat kejadian mengejutkan bersama Priam tadi. Di balkon restoran, Priam tanpa sadar memeluknya, ia juga menyebut nama perempuan lain. Camelia. Alecta tidak mengenal perempuan itu, dia sempat berpikir jika Camelia adalah perempua

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • (Not) A Queen   Chapter 14 Janji yang Terpenuhi

    Chapter 14 Janji yang Terpenuhi Di pertengahan bulan Desember Freya menjalani prosedur pengambilan sel telur setelah menerima suntikan hCG (human chorionic gonadotropin) 36 jam yang lalu. Dia sudah dianestesi agar tidak merasakan sakit saat prosedur ini dilakukan. Hampir tiga minggu lebih Freya sudah mempersiapkan segalanya termasuk ibu pengganti meskipun harus memakai jalur pemaksaan. Setiap hari dia harus menggunakan obat suntik yang mendorong folikel di dalam ovarium untuk memproduksi sel telur yang lebih banyak, setelah siklus menstrusinya sudah diketahui. Hari ini adalah saatnya sel telur yang dihasilkan itu diambil. Untuk Priam, ia juga menjalani proses pengambilan sampel air mani yang nantinya akan diambil sel-sel sperma dengan kualitas terbaik. Setelah proses selesai, sel telur dan sel sperma akan menjalani inkubasi di laboratorium selama 12-24 jam ditempatkan di wadah khusus. Alecta juga sudah menjalani pemeriksaan kesehatan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-27

Bab terbaru

  • (Not) A Queen   Catatan Penulis

    Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).

  • (Not) A Queen   Chapter 127 Finale

    Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d

  • (Not) A Queen   Chapter 126 Vengeful

    Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak

  • (Not) A Queen   Chapter 125 Vicious

    Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran

  • (Not) A Queen   Chapter 124 Tuan Muda

    Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip

  • (Not) A Queen   Chapter 123 Ego

    Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa

  • (Not) A Queen   Chapter 122 Nama Bayi

    Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat

  • (Not) A Queen   Chapter 121 Hari Bersejarah

    Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden

  • (Not) A Queen   Chapter 120 Fakta yang Tak Terbantahkan

    Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status